Analisis Ketergantungan Daerah Perikanan Fisheries Dependent Region

74 Gambar 6 Pendekatan Penelitian

3.3.1 Analisis Ketergantungan Daerah Perikanan Fisheries Dependent Region

Analisis ketergantungan daerah terhadap perikanan telah digunakan oleh Kasimis dan Petrou 2000 dalam menentukan daerah perikanan di Yunani. Hal ini diperkuat oleh Adrianto 2004 bahwa penentuan daerah-daerah perikanan ini KEMAMPUAN BISNIS INDIVIDU Pengetahuan, pengalaman, keberanian mencoba usaha baru ANALISIS Structural Equation Modeling SEM KINERJA PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP PEREKAYASAAN KELEMBAGAAN Koperasi LEPP-M3, organisasi nelayan, Swamitra Mina KEBIJAKAN PUBLIK Program pemberdayaan, skim modal, bank mitra ANALISIS SWOT Pengembangan Kebijakan Pembangunan Perikanan Tangkap ANALISIS KETERGANTUNGAN PERIKANAN POTENSI PERIKANAN 75 perlu diidentifikasi agar kebijakan yang terkait dengan pembangunan perikanan dan kelautan dapat dibuat secara akurat dan komprehensif. Hasil analisis ini akan sangat terkait dengan skim pemberdayaan pada suatu daerah. Menurut Phillipson 2000, ada 3 indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis ketergantungan daerah terhadap perikanan, yaitu: 1 Indikator ketenagakerjaan perikanan kontribusi tenaga kerja perikanan terhadap total ketenagakerjaan daerah; 2 Indikator absolut aktivitas perikanan indikator yang terkait langsung dengan keragaan sektor perikanan; dan 3 Indikator tingkat signifikasi ekonomi dari sektor perikanan terhadap ekonomi daerah. Atas dasar asumsi, bahwa 1 Jumlah RTP mengindikasikan potensi perikanan, 2 Jumlah kapal penangkapan mengindikasikan intensitas kegiatan penangkapan, 3 Jumlah produksi mengindikasikan peran perikanan terhadap perekonomian masyarakat, 4 Jumlah tenaga kerja perikanan mengindikasikan tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan perikanan, dan 5 dan kontribusi sektor perikanan terhadap pendapatan Asli Daerah PAD mengindikasikan kontribusi sektor perikanan, maka indikator-indikator yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai berikut: i Rasio jumlah nelayan terhadap total penduduk RN ∑ = t t t N n t RN 1 1 Keterangan: n t = Jumlah nelayan pada tahun t untuk wilayah kabupatenkodya. N t = Total jumlah penduduk pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkota. t = Jumlah tahun. ii Rasio jumlah produksi ikan kabupatenkota terhadap produksi propinsi RM. ∑ = t t t C c t RM 1 1 76 Keterangan: c t = Jumlah produksi ikan pada tahun-t untuk wilayah kabkodya. C t = Jumlah total hasil tangkapan pada tahun-t untuk wilayah provinsi. t = Jumlah tahun. iii Rasio jumlah kapal ikan RK. ∑ = t t t K k t RK 1 1 Keterangan: k t = Jumlah kapal perikanan pada tahun t untuk wilayah kabupatenkota. K t = Jumlah kapal perikanan pada tahun t untuk wilayah provinsi. t = Jumlah tahun. Rasio jumlah tenaga kerja sektor penangkapan ikan RTK. ∑ = t t t L l t RTK 1 1 Keterangan: l t = Jumlah tenaga kerja perikanan pada tahun-t untuk wilayah kabupatenkodya. L t = Jumlah total tenaga kerja dari sektor pada tahun t untuk wilayah kabupatenkota. t = Jumlah tahun. iv Kontribusi sektor perikanan KP. ∑ = t t t PDB PADP t KP 1 1 Keterangan: PADP t = PAD perikanan pada tahun t untuk wilayah kabupatenkota. PDB t = Produk domestik bruto pada tahun t untuk wilayah provinsi. t = Jumlah tahun. Dari rumus di atas, identifikasi level ketergantungan sebuah daerah terhadap sektor perikanan khususnya dan struktur ekonomi pada umumnya dapat 77 dilakukan dengan asumsi dasar bahwa semakin tinggi rasio-rasio di atas maka semakin tinggi ketergantungan daerah tersebut terhadap sektor perikanan. Dengan kata lain, daerah tersebut dapat diidentifikasi sebagai daerah perikanan. Analisis selanjutnya adalah analisis pengambilan keputusan untuk menentukan sebuah daerah merupakan daerah perikanan atau bukan, dilakukan dengan meggunakan analisis kriteria ganda multi-criteria analysisMCA. Langkah yang dilakukan adalah standarisasi untuk masing-masing indikator yang dianalisis, sehingga nilainya berkisar antara 0 dan 1. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai standar suatu indikator i pada suatu daerah kajian j, j i SV , adalah sebagai berikut Briguglio, 1995: min , max , min , , . i i i j i j i x x x x SV − − = 0SV mni 1 j i x , = nilai untuk indikator ke-i di daerah j min , i x = nilai minimum untuk indikator ke-i max , i x = nilai maksimum untuk indikator ke-i Untuk membuat indeks komposit dari indikator yang diukur, maka setiap indikator diasumsikan memiliki bobot sama w=1 sehingga nilai akhir untuk setiap daerah adalah: m SV NK m i j i j ∑ = = 1 , Keterangan: NK j = Nilai komposit untuk daerah ke-j SV i,j = Nilai standardisasi indikator ke-i pada daerah ke-j m = Jumlah indikator 78

3.3.2 Analisis SEM Structural Equation Modeling.