Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP 1 Tinjauan umum program PEMP

50

2.3.2.3 Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP 1 Tinjauan umum program PEMP

Studi tentang masyarakat pesisir, khususnya masyarakat nelayan di berbagai wilayah Indonesia telah memberikan gambaran yang jelas bahwa persoalan kerawanan sosial-ekonomi seperti kemiskinan, kesenjangan sosial, keterbatasan akses pendidikan dan kesehatan, lemahnya kelembagaan sosial, dan lemahnya akses terhadap modal usaha, teknologi dan pasar, merupakan masalah- masalah serius yang perlu diatasi. Masyarakat pesisir yang berjumlah sekitar 16.420.000 jiwa tersebar di 8.090 desa pesisir. Mereka terdiri atas kelompok nelayan 4.015.320 jiwa, pembudidaya perairan 2.671.400 jiwa, dan kelompok sosial lainnya 9.733.280 jiwa. Persentase yang hidup di bawah garis kemiskinan sebesar 32 atau 5.254.400 jiwa, dari total masyarakat pesisir DKP, 2004 b . Berbagai persoalan kritis di bidang sosial dan ekonomi tersebut muncul disebabkan oleh permasalahan yang bersifat multidimensi kompleks dan saling terkait satu dengan lainnya. Menurut Kusnadi 2006, sebab-sebab pokok penyebab kemiskinan nelayan adalah: Pertama, belum adanya kebijakan, strategi dan implementasi program pembangunan kawasan pesisir dan masyarakat nelayan yang terpadu di antara para pemangku kepentingan pembangunan. Kedua, adanya inkonsistensi kuantitas produksi hasil tangkapan, sehingga keberlanjutan aktivitas sosial ekonomi perikanan di desa-desa nelayan terganggu. Hal ini disebabkan oleh kondisi sumber daya perikanan telah mencapai kondisi ‘over- fishing’ , musim paceklik yang berkepanjangan, dan kenaikan harga bahan bakar minyak BBM. Ketiga, masalah isolasi geografis desa nelayan, sehingga menyulitkan keluar-masuk arus barang, jasa, kapital, dan manusia, yang mengganggu mobilitas sosial-ekonomi. Keempat, adanya keterbatasan modal usaha atau modal investasi, sehingga menyulitkan nelayan meningkatkan kegiatan ekonomi-perikanannya. Kelima, adanya relasi sosial ekonomi yang ”eksploitatif” dengan pemilik perahu, pedagang perantara tengkulak, atau pengusaha perikanan dalam kehidupan masyarakat nelayan. Keenam adalah rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga nelayan, sehingga berdampak negatif terhadap upaya peningkatan skala usaha dan perbaikan kualitas kehidupan mereka. 51 Kebijakan pemerintah dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan meluncurkan Program PEMP, yang dirancang sejak tahun 2001 sampai dengan 2009 dapat dipandang sebagai upaya kongkret untuk mengatasi hal-hal disebutkan di atas. Program PEMP secara umum bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan kultur kewirausahaan, penguatan Lembaga Keuangan Mikro LKM, penggalangan partisipasi masyarakat dan kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya yang berbasis sumber daya lokal dan berkelanjutan, sehingga dapat mendorong dinamika pembangunan sosial ekonomi di kawasan pesisir. Pada awalnya, Program PEMP digagas untuk mengatasi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak BBM terhadap perekonomian masyarakat pesisir, yang difokuskan pada penguatan modal melalui perguliran revolving fund Dana Ekonomi Produktif DEP. Pengelolaan DEP dilakukan oleh Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina LEPP-M3, yaitu lembaga yang sejatinya dibentuk sebagai cikal-bakal holding company milik masyarakat pesisir. Program PEMP memiliki 4 kegiatan utama, yaitu: 1 Pengembangan lembaga keuangan mikro LKM di tingkat masyarakat yang bernama Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir-Mikro Mitra Mina LEPP-M3. Lembaga ini pada awalnya adalah lembaga informal yang didirikan sendiri oleh masyarakat serta dijalankan atau diorganisir oleh mereka sendiri. 2 Pengembangan usaha ekonomi produktif oleh kelompok pemanfaat yang merupakan kelompok- kelompok kecil yang memiliki kesamaan usaha, aspirasi dan tujuan. Kegiatan ekonomi produktif yang dilakukan berdasarkan atas potensi sumberdaya alam yang tersedia, peluang pasar, kemampuan dan penguasaan teknologi oleh masyarakat, serta dukungan adat dan budaya setempat. Bentuk-bentuk kegiatan ekonomi produktif meliputi usaha penangkapan ikan, budidaya ikan, serta usaha jasa yang mendukung seperti perbengkelan atau penyediaan sarana produksi lainnya. 3 Pelatihan dan pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat lokal. Kegiatan ini dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat menjalankan program yang dilaksanakan. Agenda pelatihan lebih banyak bermuatan non-teknis seperti peningkatan motivasi, kerjasama kelompok, serta bagaimana merumuskan masalah dan menyampaikan pendapat secara tertulis maupun tidak tertulis. 4 52 Pengembangan model pemberdayaan pasca program yang diarahkan pada pengembangan jaringan usaha antara masyarakat sasaran dengan kelompok lain, LSM, swasta, serta pemerintah. Program PEMP dirancang untuk tiga tahap pengembangan, yaitu tahap pertama, 2001-2003, merupakan periode inisiasi dengan fokus pada penggalangan partisipasi dan penyadaran masyarakat termasuk lembaga swadaya masyarakat, serta perintisan kelembagaan yang diharapkan sebagai cikal bakal holding company yang akan memayungi aktivitas ekonomi masyarakat pesisir. Sampai akhir 2003, program ini telah menjangkau 246 KabupatenKota pesisir yang tersebar di seluruh Indonesia, telah terbentuk 323 Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina LEPP-M3, 9.964 Kelompok Masyarakat Pemanfaat KMP, dan menyentuh sekitar 94.182 KK masyarakat pesisir. Tahap kedua, yang dilaksanakan dari 2004 sampai 2006, merupakan periode institusionalisasi penguatan kelembagaan. Dalam kurun waktu tiga tahun periode ini, program difokuskan pada revitalisasi kelembagaan melalui peningkatan status LEPP-M3 menjadi berbadan hukum koperasi. Pada akhir 2004 telah terbentuk 160 koperasi masyarakat pesisir, 89 di antaranya merupakan pengembangan LEPP-M3 dan selebihnya merupakan koperasi baru dan koperasi perikanan yang telah eksis sebelumnya. Koperasi-koperasi tersebut adalah koperasi serba usaha, yang diharapkan akan memiliki berbagai unit usaha. Tahun pertama periode institusionalisasi, koperasi tersebut difasilitasi untuk mendirikan unit lembaga keuangan mikro LKM. Tahap ketiga adalah tahap diversifikasi, yaitu tahap pengembangan usaha sesuai dengan kebutuhan masyarakat pesisir dan kebutuhan pasar. Pada tahap ini dimulai dengan pengadaan program SPDN Solar Packed Dealer untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar solar bagi nelayan dan Kedai Pesisir untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan peralatan melaut. Peningkatan status kelembagaan ini diiringi dengan perubahan sistem penyaluran dan status dana ekonomi produktif DEP yang semula sebagai dana bergulir yang dikelola oleh LEPP-M3 menjadi dana hibah kepada koperasi yang 53 harus dijaminkan pada perbankan. Oleh karena itu dana yang dikeluarkan oleh perbankan berstatus kreditpinjaman kepada koperasi yang dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro LKM Swamitra MinaUSP, yaitu salah satu unit usaha milik koperasi LEPP-M3 di bidang keuangan yang pembentukan serta pengelolaannya bekerjasama antara koperasi dengan perbankan bank pelaksana. Fungsi utama LKM ini adalah menjembatani keperluan permodalan masyarakat pesisir dengan lembaga pembiayaanperbankan. Dengan demikian sistem penyaluran DEP yang semula melalui perguliran berubah menjadi skim kredit mikro. Sebagai bentuk rekayasa kelembagaan lanjutan dalam rangka penyempurnaan manajemen, peningkatan pelayanan, transparansi dan kepercayaan, beberapa LKM yang bekerjasama dengan Bank Bukopin telah menerapkan sistem operasinya dengan sistem online. Kelebihan sistem ini adalah telah menggunakan teknologi informasi perbankan yang secara sistematis kinerja LKM dapat termonitor secara cermat dari waktu ke waktu. Hal ini membuat LKM beroperasi secara proporsional dan transparan. Sejak dimulai tahun 2001 hingga tahun 2005, program ini telah menjangkau 271 dari 289 kabupatenkota berpesisir di seluruh Indonesia, dan telah terbentuk 323 kelembagaa masyarakat LEPP-M3, 9.964 Kelompok Masyarakat Pemanfaat KMP serta menyentuh sekitar 101.428 KK masyarakat pesisir atau 554.055 jiwa. Berdasarkan data dari 52 Swamitra Mina online, 67 sasaran Program PEMP berkaitan langsung dengan sektor perikanan dan 33 tidak terkait langsung, misalnya untuk mendukung kegiatan ekonomi pemilik bengkel, tukang ojek, industri pengolahan bahan makanan dan minuman, pemilik tokowarung makanan, dan konsumtif warga masyarakat pesisir. Jumlah dana ekonomi produktif atau penguatan modal PEMP yang digulirkan sejak tahun 2001 s.d. 2007 sebesar Rp 616.939.401.000. Untuk meningkatkan kinerja LEPP-M3, pada tahun 2004 Program PEMP diarahkan pada penguatan kelembagaan LEPP-M3 dalam format koperasi dan pada masing-masing koperasi dibentuk Lembaga Keuangan Mikro LKM. Peningkatan status kelembagaan ini diiringi oleh perubahan sistem penyaluran DEP, yang semula berstatus sebagai dana bergulir dikelola LEPP-M3 menjadi 54 dana hibah kepada koperasi yang dijaminkan pada perbankan cash collateral. Selanjutnya, dana yang dikeluarkan oleh perbankan berstatus kreditpinjaman dikelola oleh LKM Swamitra MinaUSP atau sejenisnya, yang merupakan salah satu unit usaha milik koperasi LEPP-M3koperasi perikanan. Pembentukan dan pengelolaan LKM tersebut bekerja sama antara koperasi dengan bank pelaksana. LKM ini diharapkan berfungsi sebagai lembaga pembiayaan alternatif, yang cepat atau lambat akan menggantikan peran rentenir. Perbankan juga dapat menyalurkan kredit melalui LKM dengan skim kredit tidak langsung two steps loan . Alokasi kredit diberikan kepada LKM untuk kemudian disalurkan kepada masyarakat dengan skim kredit mikro yang sesuai dengan kondisi masyarakat pesisir. Upaya penguatan kelembagaan tersebut sampai saat ini periode institusionalisasi 2004-2006 telah menghasilkan 278 Koperasi LEPP- M3Koperasi Perikanan yang mempunyai unit usaha LKM 242 unit, baik Swamitra Mina, Unit Simpan Pinjam USP, Bank Perkreditan Rakyat BPR Pesisir, dan Baitul Qirodl. Swamitra Mina, baik online 52 unit, maupun offline 95 unit, pembinaannya dilakukan oleh Bank Bukopin; USP 68 unit, pembinaannya oleh Bank BRI 34 unit, Bank Papua 18 unit, dan Bank Maluku 16 unit; BPR Pesisir 9 unit, pembinaannya oleh PT Permodalan Nasional Madani PNM; Baitul Qirodl LKM Syariah sebanyak 18 unit, pembinaannya oleh Bank Syariah Mandiri dan Pusat Inkubasi usaha kecil PINBUK. Dana pihak ketiga tabungan dan deposito masyarakat peserta program di Swamitra Mina online sudah mencapai Rp 10.557.450.931 data Swamitra online, November 2006 dan dana penyertaan perbankan murni di luar DEP telah mencapai Rp 10.511.920.000, serta sisa hasil usaha SHU mencapai Rp 2.604.098.467 dan BDR kredit tidak lancar 19,71. Pada tahun 2005 sebanyak 80 unit LKM dikembangkan melalui diversifikasi usaha. Usaha-usaha yang dikembangkan adalah pembangunan Solar Packed Dealer untuk Nelayan SPDN dan Kedai Pesisir yang tersebar di beberapa daerah. Tujuannya adalah agar Koperasi LEPP-M3Koperasi Perikanan dapat mengarah kepada cita-cita untuk menjadi holding company. Adapun pembangunan SPDN bekerja sama dengan PT Pertamina dan PT Elnusa Petrofin 55 dan untuk Kedai Pesisir bekerja sama dengan Distributor Ritel. Jumlah SPDN 112 unit, sedangkan Kedai Pesisir 118 unit. Pembentukan kelembagaan dan perubahan-perubahan sistem di atas, semata-mata dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara holistik dan sistematik sesuai dengan prinsip pemberdayaan, yaitu helping the poor to help themselves . Oleh karena itu, dalam jangka panjang Program PEMP diarahkan pada tiga hal berikut ini. 1 Peningkatan kemandirian masyarakat pesisir melalui pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM, partisipasi masyarakat, penguatan modal, dan penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat pesisir. 2 Peningkatan kemampuan masyarakat pesisir untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut secara optimal, berkelanjutan sesuai dengan kaidah kelestarian lingkungan. 3 Pengembangan kemitraan masyarakat pesisir dengan lembaga-lembaga swasta dan pemerintah. 2 Organisasi pengelola program PEMP Dalam pelaksanaannya, program PEMP melibatkan beberapa pemangku kepentingan, yang susunan, tugas dan fungsinya sebagai berikut. 1 Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan DKP, bertindak sebagai penanggung jawab dan pembina Program PEMP pada tingkat nasional. Berfungsi dalam penyusunan pedoman umum, pelaksanaan sosialisasi dan pelatihan tingkat nasional, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan. Penanggungajwab langsung program adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Dirjen KP3K. 2 Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan provinsi yang berfungsi menyeleksi dan mengusulkan kabupaten kota calon penerima program, dan terlibat dalam sosialisasi, monitoring dan evaluasi. 56 Dinas Kelautan dan Perikanan kabupatenkota sebagai penanggung jawab operasional program bertugas menetapkan Konsultan Manajemen KM, koperasi pelaksana, melaksanakan sosialisasi dan publikasi tingkat kabupatenkota, memfasilitasi pembentukan LKM, perekrutan Tenaga Pendamping Desa TPD, pelatihan, monitoring, evaluasi dan pelaporan. 3 Konsultan Manajemen KM, yaitu konsultan yang ditunjuk untuk membantu Dinas Kelautan dan Perikanan kabupatenkota dalam pelaksanaan Program PEMP dalam aspek teknis dan manajemen. Pendampingan ini meliputi kegiatan: inventarisasi potensi dan kebutuhan modal usaha masyarakat pesisir, pemetaan jalur produksi, pasar dan konsumen, serta kemungkinan pengembangan program melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Sejak tahun 2005 KM juga bertugas membantu proses revitalisasi LEPP-M3 menjadi badan hukum koperasi, bersama dengan TPD mendampingi masyarakat untuk mengakses DEP, pendampingan teknis dan manajemen usaha. KM diutamakan yang berasal dari daerah setempat, dengan harapan mengetahui karakter, potensi, dan permasalahan daerahnya. 4 Tenaga Pendamping Desa TPD, yaitu tenaga profesional yang bersedia tinggal di tengah masyarakat sasaran, bertugas mendampingi masyarakat selama kegiatan program dalam bentuk penyusunan perencanaan usaha, pelaksanaan, dan tindak lanjut kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. TPD diutamakan berkualifikasi minimal D3 di bidangnya dan berasal dari daerah sekitar kegiatan program. 5 Koperasi, yang merupakan holding company masyarakat pesisir dengan berbagai unit usaha, yang berfungsi sebagai ujung tombak pelaksanaan Program PEMP di daerah. Dalam pelaksanaan kegiatan, koperasi berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan kabupatenkota, dan lembaga perbankanpembiayaan sebagai mitra usaha. Dalam menjalankan fungsinya, koperasi sebagai penerima DEP sebagai hibah yang harus dijaminkan kepada perbankan untuk mendapatkan pinjaman. Dana pinjaman selanjutnya disalurkan ke masyarakat pesisir melalui LKM 57 Swamitra Mina, USP, atau BPR Pesisir milik koperasi. Bagi kabupaten yang baru dan belum memiliki koperasi, dalam waktu 3 bulan pemerintah daerah harus meningkatkan status kelembagaan LEPP-M3 menjadi Koperasi LEPP-M3. Kopeasi juga diharapkan berperan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir melalui pengembangan unit usaha lain, seperti unit usaha perikanan tangkapbudidaya, SPDN, kedai pesisir, dan wisata bahari. 6 Bank Pelaksana, yaitu lembaga perbankan yang ditetapkan oleh DKP dengan tugas dan fungsi: 1 menyediakan kredit bagi koperasi sebagai konsekuensi dari adanya DEP yang dijaminkan untuk kegiatan penguatan modal, 2 menyalurkan DEP langsung dengan pola hibah melalu rekening koperasi yang ada di Bank Pelaksana untuk kegiatan pelaksanaan BPR Pesisir, SPDN, dan atau Kedai Pesisir; dan, 3 melakukan pendampingan teknis dan administratif kepada Koperasi LEPP-M3 dan atau LKMUSP. Khusus untuk kabupatenkota di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam penyaluran DEP oleh Bank Pelaksana dengan pola bagi hasil sistem syariah. Fungsi pengawasan terhadap sirkulasi dana dari bankpelaksana kepada koperasi dan sebaliknya, serta dana yang dijaminkan, dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan KabupatenKota setempat, dengan tidak melanggar aturan-aturan perbankan yang ada. Pada periode inisiasi, organisasi pengelola sedikit berbeda, dengan keberadaan Mitra Desa, yang anggotanya terdiri atas wakil aparat desa, tokoh masyarakat, wakil dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Pada periode institusionalisasi keberadaan Mitra Desa dihilangkan. Adapun fungsi Mitra Desa pada saat itu antara lain sebagai berikut: 1 Memberikan masukan Program PEMP di desa yang bersangkutan 2 Memberikan masukan dalam penentuan kriteria calon pesertanggota KMPIndividu 3 Memberikan masukan untuk pengembangan kegiatan KMP 58 4 Pada desakecamatankabupaten yang baru menerima DEP, Mitra Desa bersama KM kabupatenkota menentukan calon KMP atas dasar kelayakan usaha 5 Merupakan lembaga konsultatif bagi LEPP-M3 dalam pembentukan KMP baru 6 Mengarahkan penggunaan dana sosial dan keagamaan yang dihasilkan KMP dan LEPP untuk kepentingan masyarakat di wilayahnya. Perbedaan lain adalah pada periode inisiasi belum ada Bank Pelaksana, sebagaimana dalam periode institusionalisasi. 3 Kegiatan pokok program PEMP Memasuki tahap akhir periode institusionalisasi dan mempersiapkan periode diversifikasi, kegiatan pokok Program PEMP meliputi LKM Lembaga Keuangan Mikro, SPDN Solar Packed Dealer untuk NelayanSPBN Stasiun Pengisian BBM untuk Nelayan, dan Kedai Pesisir. LKM terdiri atas: a Swamitra Mina, yaitu unit usaha milik koperasi yang bergerak di bidang pelayanan permodalan bagi masyarakat pesisir, terutama untuk segmen usaha mikro; b USP, yaitu unit usaha koperasi yang bergerak dalam pelayanan permodalan simpan-pinjam bagi masyarakat pesisir, terutama untuk segmen usaha mikro, yang operasionalisasinya dikerjasamakan dengan Bank BRI, Bank Papua, dan Bank Maluku; c BPR Pesisir, yaitu unit usaha yang juga melayani kegiatan keuangan pada segmen usaha mikro dan kecil. BPR merupakan bagian dari program pemerintah untuk mendekatkan lembaga perbankan kepada masyarakat pesisir. Pendirian dan operasionalisasi unit usaha ini dilakukan bekerjasama dengan PNM dan di masa depan diharapkan dapat menjadi Perseroan Terbatas PT; d Baitul Qirodl, yaitu LKM hasil kerja sama Koperasi LEPP-M3 dengan Bank Syari’ah Mandiri yang berbasiskan syari’ah. Baitul Qirodl ini menggunakan sistem bagi hasil dan sampai saat ini hanya ada di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. SPDNSPBN merupakan unit usaha yang melayani kebutuhan bahan bakar solar dan premium bagi nelayan dengan harga subsidi. SPDN ini khusus melayani 59 kapal perikanan yang berukuran kurang dari 30 GT atau setara di bawah 90 PK dan pembudidaya ikan skala kecil. Kedai Pesisir merupakan unit usaha yang melayani kebutuhan bahan pokok dan kebutuhan usaha bagi masyarakat pesisir dalam bentuk outlet dengan sistem swalayan. Kedai Pesisir juga berfungsi sebagai supplier bagi warung-warung sejenis di sekitarnya. 4 Mekanisme pelaksanaan program PEMP Pendanaan operasional Program PEMP terdiri atas beberapa komponen, salah satu di antaranya adalah Dana Ekonomi Produktif DEP, yang besarnya berkisar antara 60-80 dari total anggaran di masing-masing kabupatenkota penerima program. DEP merupakan hibah kepada koperasi yang penggunaannya diperuntukkan kegiatan produktif. DEP dibagi dalam 4 kategori penggunaan, yaitu: a untuk penjaminan cash collateral, b untuk BPR Pesisir, c untuk SPDN, dan d untuk Kedai Pesisir. Pemanfaatan DEP untuk masing-masing kegiatan tersebut menggunakan mekanisme yang berbeda. Untuk penjaminan tunai, DEP dikelola dengan tahapan sebagai berikut: 1 DEP dibukukan pada rekening giro atas nama koperasi untuk dijadikan jaminan kepada Bank Pelaksana. Bank Pelaksana memberikan kredit kepada koperasi minimal sebesar DEP yang dijaminkan. Seiring dengan meningkatnya kinerja LKM, Bank Pelaksana diharapkan dapat menyalurkan kredit yang bersumber dari dana perbankan itu sendiri. 2 Kredit dari Bank Pelaksana dibukukan sebagai Modal Tidak Tetap MTT pada unit usaha simpan-pinjam untuk diteruskan sebagai pinjaman kepada masyarakat pesisir yang menjadi anggota atau calon anggota koperasi. Penyaluran kredit oleh Bank Pelaksana kepada koperasi dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut. 1 Kredit yang diterima dari Bank Pelaksana dibukukan sebagai MTT oleh koperasi dan digunakan untuk disalurkan kepada masyarakat pesisir anggota dan calon anggota sebagai pinjaman, sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan pemberian pinjaman di unit usaha simpan pinjam koperasi. 60 2 Jangka waktu kredit dari Bank Pelaksana kepada koperasi, maksimal tiga tahun dan jangka waktu pinjaman kepada masyarakat pesisir anggota dan calon anggota koperasi disesuaikan dengan kondisi dan jenis usaha yang dibiayai, namun tidak boleh melampaui jangka waktu pinjamanpembiayaan dari Bank Pelaksana kepada koperasi. 3 Tingkat suku bunga pinjaman dari Bank Pelaksana kepada koperasi maksimum sebesar 6 efektif per tahun. 4 Bunga dan pokok pinjaman dibayar secara rutin setiap bulan. Kewajiban bunga pinjaman selama 6 enam bulan pada tahun pertama dicadangkan, sedangkan pokok pinjaman mulai diangsur pada bulan ke tujuh tahun pertama. Bunga pinjaman yang dibebankan kepada anggota dan calon anggota koperasi maksimal sama dengan suku bunga yang berlaku pada BPR atau Koperasi Simpan-Pinjam setempat. 5 Apabila koperasi menunggak kewajiban pelunasan kredit selama 3 tiga bulan berturut-turut, maka Bank Pelaksana berhak mencairkan DEP atas nama koperasi yang dijadikan sebagai jaminan untuk melunasi kredit. Apabila koperasi telah menunggak kewajibannya dan Bank Pelaksana telah mencairkan DEP yang dijadikan sebagai jaminan, maka hal tersebut akan menjadi pertimbangan bagi koperasi tersebut untuk tidak mendapatkan alokasi DEP pada Program PEMP tahun berikutnya maupun dana yang bersumber dari Bank Pelaksana atau lainnya. Mekanisme pencairan DEP yang dimulai dari koperasi adalah sebagai berikut: 1 Koperasi mengajukan proposal pencairan DEP ke KPA, dan 2 Koperasi membuka rekening pada Bank Pelaksana. 3 KPA mengajukan pencairan dana ke KPPN berdasarkan ketentuan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan, Depkeu, dan dilampiri dengan: 61 i Surat perjanjian pemberian dana antara KPA dengan ketua koperasi yang diketahui oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten kota. ii Surat keputusan dinas kelautan dan perikanan kabupatenkota tentang penetapan koperasi sebagai pelaksana penyaluran modal dengan pola hibah yang dijaminkan. iii Surat pernyataan koperasi tentang kesediaan menjaminkan DEP. iv Kuitansi tanda terima KPA kepada koperasi. 4 KPPN Daerah mencairkan DEP dan mentransfer ke rekening koperasi pada Bank Pelaksana. 5 Setelah koperasi melengkapi persyaratan dan telah menandatangani seluruh dokumen yang dipersyaratkan, maka Bank Pelaksana dapat melakukan pengikatan kredit selama jangka waktu 3 tahun untuk program penyaluran DEP yang dijaminkan. Selanjutnya, Bank Pelaksana dapat mencairkan pinjaman tersebut kepada koperasi untuk segera dibukukan sebagai pinjaman di unit usaha simpan-pinjam. 6 Koperasi menyalurkan kredit dari Bank Pelaksana ke LKM untuk disalurkan kepada masyarakat pesisir. 7 LKM menyalurkan pinjaman kepada masyarakat pesisir. Mekanisme penyaluran pinjaman ke masyarakat tersebut merupakan perbaikan dari mekanisme yang digunakan pada periode inisiasi. Pada periode inisiasi, pinjaman diberikan langsung dari Pimpro kepada masyarakat melalui LEPP-M3, tanpa menggunakan jasa Bank Pelaksana. Selain itu, dalam periode inisiasi pinjaman diberikan kepada kelompok masyarakat pesisir KMP yang memiliki kesamaan usaha atau lokasi pemukiman, sedangkan pada periode institusionalisasi diberikan kepada masyarakat secara perorangan. 62 5 Jumlah DEP yang disalurkan Jumlah DEP yang telah disalurkan melalui Program PEMP selama periode 2001-2006 sebesar 1 trilyun 188,3 milyar. Dana sebesar itu sebagian besar 51,77 penyalurannya terlambat, yaitu tersalurkan pasca proyek, sedangkan dana yang disalurkan pada saat proyek sedang berjalan sebesar 48,23. Jumlah dana PEMP yang terbanyak disalurkan baik yang penyalurannya saat proyek sedang berjalan maupun pasca proyek adalah pada tahun 2005, yaitu sebanyak 238,62 milyar rupiah atau sebesar 20,08 dari seluruh DEP yang disalurkan periode 2000-2006. Adapun yang paling sedikit pada tahun 2006, dengan jumlah dana sebesar 120,168 milyar rupiah, atau sebesar 10,11 dari seluruh DEP periode 2000-2006. Pada periode institusionalisasi tahun 2004-2006, jumlah debitur yang telah memanfaatkan DEP sebesar 13.064. Jumlah terbesar debitur terjadi pada tahun 2004, yakni 9.006 68,94. Pada tahun 2005, jumlah debitur mengalami penurunan, menjadi 4.058 atau turun sebesar 54,94. Tidak semua debitur menerima pinjaman pada saat proyek sedang berjalan. Pada tahun 2004, debitur yang menerima pinjaman saat proyek sedang berjalan sebesar 77,47 dari seluruh debitur pada tahun itu dan pada tahun 2005 jumlah yang menerima pada saat proyek sedang berjalan dan pasca proyek jumlahnya sama, yaitu masing-masing 50

2.3.2.4 Program lain untuk penanggulangan kemiskinan