Daerah Asal di Cina Daerah Konsentrasi

Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.Pada masa akhir dari Orde Baru, terdapat peristiwa kerusuhan rasial yang merupakan peristiwa terkelam bagi masyarakat Indonesia terutama warga Tionghoa karena kerusuhan tersebut menyebabkan jatuhnya banyak korban bahkan banyak diantara mereka mengalami pelecehan seksual, penjarahan, kekerasan, dan lainnya. Reformasi Reformasi yang digulirkan pada 1998 telah banyak menyebabkan perubahan bagi kehidupan warga Tionghoa di Indonesia. Walau belum 100 perubahan tersebut terjadi, namun hal ini sudah menunjukkan adanya tren perubahan pandangan pemerintah dan warga pribumi terhadap masyarakat Tionghoa. Bila pada masa Orde Baru aksara, budaya, ataupun atraksi Tionghoa dilarang dipertontonkan di depan publik, saat ini telah menjadi pemandangan umum hal tersebut dilakukan. Di Medan, Sumatera Utara, misalnya, adalah hal yang biasa ketika warga Tionghoa menggunakan bahasa Hokkien ataupun memajang aksara Tionghoa di toko atau rumahnya. Selain itu, pada Pemilu 2004 lalu, kandidat presiden dan wakil presiden Megawati-Wahid Hasyim menggunakan aksara Tionghoa dalam selebaran kampanyenya untuk menarik minat warga Tionghoa. Sumber:http:id.wikipedia.orgwikiTionghoa-Indonesia di akses tanggal 01 Maret 2011.

II.6.2 Daerah Asal di Cina

Ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara Cina, menyebabkan banyak sekali orang-orang yang juga merasa perlu keluar berlayar untuk berdagang. Universitas Sumatera Utara Tujuan utama saat itu adalah Asia Tenggara. Karena pelayaran sangat tergantung pada angin musim, maka setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayah-wilayah Asia Tenggara yang disinggahi mereka. Demikian seterusnya ada pedagang yang memutuskan untuk menetap dan menikahi wanita setempat, ada pula pedagang yang pulang ke Cina untuk terus berdagang. Orang-orang Tionghoa di Indonesia, umumnya berasal dari tenggara Cina. Mereka termasuk suku-suku: Hakka, Hainan, Hokkien, Kantonis, Hokchia, Tiochiu. Daerah asal yang terkosentrasi di pesisir tenggara ini dapat dimengerti, karena dari sejak zaman Dinasti Tang kota-kota pelabuhan di pesisir tenggara Cina memang telah menjadi Bandar perdagangan yang ramai. Quanzhou pernah tercatat sebagai Bandar pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia pada zaman tersebut. Sumber:http:id.wikipedia.orgwikiTionghoa-Indonesia di akses tanggal 01 Maret 2011.

II.6.3 Daerah Konsentrasi

Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di Pulau Jawa. Daerah-daerah lain dimana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain di daerah perkotaan adalah: Sumatera Utara, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. a Hakka – Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Manado, Ambon dan Jayapura. Universitas Sumatera Utara b Hainan – Pekanbaru, Batam, dan Manado. c Hokkien – Sumatera Utara, Riau Pekanbaru Selat Panjang, Bagansiapi-api, dan Bengkalis, Padang, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa, Bali terutama Denpasar dan Singaraja, Banjarmasin, Kutai, Sumbawa, Manggarai, Kupang, Makassar, Kendari, Sulawesi Tengah, Manado, dan Ambon. d Kantonis – Jakarta, Makassar, dan Manado. e Hokchia – Jawa terutama Bandung, Cirebon, Banjarmasin, dan Surabaya. f Tiochiu – Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat khususnya di Pontianak dan Ketapang. Di Tangerang Banten, masyarakat Tionghoa telah menyatu dengan penduduk setempat dan mengalami pembauran lewat perkawinan, sehingga warna kulit mereka kadang-kadang lebih gelap dari Tionghoa lainnya. Istilah buat mereka disebut Cina Benteng. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah tarian lawan jenis secara bersama dengan iringan paduan musik campuran Cina, Jawa, Sunda, dan Melayu. Sumber:http:id.wikipedia.orgwikiTionghoa-Indonesia di akses tanggal 01 Maret 2011. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian III.1.1 Metode Penelitian Kualitatif Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang dari yang sangat objektif hingga sangat subjektif, maka metodologi pun sebenarnya merupakan suatu rentang juga, dari yang sangat kuantitatif objektif hingga yang sangat kualitatif subjektif Mulyana, 2001: 145-146. Seperti juga teori, metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya, dan tidak bisa di nilai apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar, kita tidak cukup sekedar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakannya Mulyana, 2001: 146. Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip langka, atau metode statistik. Pembicaraan yang sebenarnya, isyara, Universitas Sumatera Utara dan tindakan sosial lainnya adalah bahan mental untuk analisis kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya, alih-alih mengubahnya menjadi entitas-entitas kualitatif Mulyana, 2001: 150. Dalam penelitian kuantitatif, pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, dan analisis dokumen juga dikenal, tetapi tidak dianggap terlalu penting, sementara dalam penelitian kualitatif ketiga metode tersebut bersifat fundamental dan sering digunakan bersama-sama, seperti dalam studi kasus. Jelasnya penelitian kualitatif bertujuan memperoleh pemahaman yang otentik mengenai pengalaman orang-orang, sebagaimana dirasakan oleh orang-orang bersangkutan. Oleh karena itu, salah satu cirri penelitian kualitatif adalah bahwa tidak ada hipotesis yang spesifik pada saat penelitian dimulai; hipotesis justru dibangun selama tahap-tahap penelitian, setelah di uji atau dikonfrontasikan dengan data yang diperoleh penelitian selama penelitian tersebut Mulyana, 2001: 155-156. Setidaknya ada empat aliran teori dalam ilmu sosial yang lazim diasosiasikan dengan pendekatan penelitian kualitatif, yaitu 1 teori-teori tentang budaya, 2 teori fenomenologi, 3 teori etnomenologi, dan 4 teori interaksionisme simbolik Bungin, 2003: 7. Pemikiran positivistik ala ilmu-ilmu kealaman rasanya memang patut dipertanyakan keterandalannya bagi upaya memahami dunia manusia. Untuk memahami fenomena sosial tampaknya memang perlu suatu pendekatan tersendiri, dan itulah yang ditawarkan oleh pendekatan penelitian kualitatif. Universitas Sumatera Utara III.1.2 Studi Analisis Etnografi III.1.2.1 Suatu Pemahaman Awal Istilah etnografi sebenarnya merupakan istilah antropologi. Etnografi merupakan embrio dari antropologi, yaitu lahir pada tahap pertama dari perkembangannya, yaitu sebelum tahun 1800-an. Etnografi merupakan hasil-hasil catatan penjelajah Eropa tatkala mencari rempah-rempah ke Indonesia. Mereka mencatat semua fenomena menarik yang dijumpai selama perjalananya, antara lain berisi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari suku-suku bangsa tersebut. Etnografi yang kemudian diartikan sebagai deskripsi tentang bangsa-bangsa berasal dari kata etnhos dan graphein. Ethnos berarti bangsa atau suku bangsa, sedangkan graphein adalah tulisan atau uraian. Charles Winnick dalam Bungin, 2003: 168 mendefenisikan etnografi sebagai “the study of individual cultures. It is primarily a descriptive and non interprestative study”. Hal yang sama dikatakan oleh Adamson E. Hoebel, menurut Hoebel dalam Bungin, 2003: 168, etnografi adalah “to write about peoples. As we used the term, if refers to desctriptive study of human society”. Penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam perkembangan dewasa ini, etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa interpretasi. Roger M. Keesing mendefenisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya, dalam mendeskripsikan suatu kebudayaan seorang etnografer peneliti etnografi juga menganalisis. Jadi, bisa disimpulkan bahwa etnografi adalah pelukisan yang sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama. Universitas Sumatera Utara Bila di dalam antropologi sebagai pengamatan empirik dan mengklasifikasikan kasar, maka etnografi ini menarik ketika digunakan oleh ilmu-ilmu lain, seperti sosiologi, ekonomi dan politik, ketika hendak mencermati persoalan-persoalan yang tampak “kecil” dalam konteks yang lebih luas. Ringkasnya, bila seorang peneliti ingin mencermati fenomena secara holistik menyeluruh, sebagaimana ciri khas antropologi, misalnya seorang ekonomi ingin melihat sektor informal, tidak saja dari sisi ekonomi makro nasional, tetapi juga peranan kekerabatan dalam usaha tersebut. Atau, seperti yang ditulis oleh C. Geertz tentang perilaku keagamaan yang dihubungkan dengan politik di Mojokuto Bungin, 2003: 169. III.1.2.2 Pijakan Teoritis dalam Model Etnografi Ada 2 dua pijakan teoritis yang memberikan penjelasan tentang model etnografi, yaitu interaksi simbolik dan aliran fenomenologi, termasuk konstruksi sosial dan etnomenologi. Selama ini pemahaman etnografi selalu dilandasi oleh pemikiran James P. Spradley. Pemikirannya dilandasi oleh teori interaksi simbolik. Di dalam teori itu, budaya dipandang sebagai sistem simbolik di mana makna tidak berada dalam benak manusia, tetapi simbol dan makna itu terbagi dalam actor sosial di antara, bukan di dalam, dan mereka adalah umum, tidak mempribadi. Budaya adalah lambang-lambang makna yang terbagi bersama. Budaya juga merupakan pengetahuan yang didapat seseorang untuk menginterpretasikan pengalaman dan menyimpulkan perilaku sosial. Teori ini mempunyai 3 premis, yaitu 1 tindakan manusia terhadap sesuatu didasarkan atas makna yang berarti baginya, 2 makna sesuatu itu diderivikasikan dari atau lahir di Universitas Sumatera Utara antar mereka dan 3 makna tersebut digunakan dan dimodifikasi melalui proses interprestasi yang digunakan manusia untuk menjelaskan sesuatu yang ditemui. Ketiga premis ini dikembangkan menjadi ide-ide dasar dari interaksi simbolik. Ide-ide dasar itu menyebutkan bahwa 1 masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi dan membentuk apa yang disebut organisasi atau struktur sosial; 2 interaksi yang merupakan berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain ini bisa merupakan non simbolik bila mencakup stimulus respon yang sederhana, ataupun simbolik mencakup “penafsiran tindakan”; 3 objek itu sendiri tidak mempunyai makna intrinsik, makna lain merupakan produk interaksi simbolik, artinya dunia objek “diciptakan, disetujui, ditransformir, dan dikesampingkan” lewat interaksi simbolik; 4 bahkan manusia sendiri tidak hanya mengenal objek internal, mereka dapat melihat dirinya sebagai objek, pandangan terhadap dirinya sendiri ini, sebagaimana dengan semua objek, lahir saat proses interaksi simbolik; 5 tindakan manusia itu tindakan interpretative yang dibuat oleh manusia itu sendiri; dan 6 tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok, dan menjadi tindakan bersama Bungin, 2003: 170. III.1.2.3 Bentuk-bentuk Penelitian Model Etnografi Bentuk-bentuk penelitian. Perkembangan dewasa ini penelitian etnografi itu tidak saja berbentuk etnografi lengkap comprehensive ethnography di mana mencatat satu total way of life atau memberikan satu deskripsi utuh, lengkap dan mendetail tentang sistem sosial dan sistem kebudayaan suatu suku bangsa dan topic oriented ethnography monografi yang terfokuskan pada satu aspek tertentu, melainkan mulai beranjak ke arah Universitas Sumatera Utara hyphothesis oriented ethnography yang bertujuan untuk menguji hipotesa dan tidak sekedar mendeskripsikan, padahal pada awalnya jenis ini dihindari. Jenis ini didasarkan oleh konsep baru tentang etnografi, seperti yang dikemukakan oleh Roger M. Keesing. Namun, hanya sedikit antropolog melakukan itu dan bersifat eksploratif, seperti Margaret Mead di Bali dan Cora du Bois di Alor Bungin, 2003: 172. Pencapaian hasil ini tidak mungkin tercapai bila tidak mempunyai kemampuan menterjemahkan, suatu kemampuan menterjemahkan makna dari satu budaya ke dalam suatu bentuk yang tepat pada budaya yang lain. Ini disebabkan karena pengetahuan budaya dikomunikasikan melalui bahasa dan perilaku. Seseorang dari budaya dan bahasa yang berbeda akan mengkategorikan pengalaman dan dunianya secara berbeda pula, dan mereka memverbalisasikan dalam cara yang berbeda pula, meski dalam kenyataannya peneliti etnografi selalu memerlukan penterjemah, yaitu seseorang yang memiliki dwi- bahasa untuk memahami dan mengutarakan hal yang tepat sama bahasa lain. Kemampuan menterjemahkan ini berpengaruh pada hasil penelitian. Berkaitan dengan kemampuan menterjemahkan, etnografi menghasilkan 6 bentuk paparan, yakni 1 paparan etnosentris ethnocentric descriptions, 2 paparan ilmu sosial social scince descriptions, 3 etnografi standart standart ethnography, 4 etnografi satu bangsa monolingual ethnographies dan 5 riwayat hidup life histories serta 6 novel etnografi ethnographic novels. Paparan etnosentris adalah studi yang dibentuk dengan tidak menggunakan bahasa asli dan mengabaikan makna yang ada. Masyarakat dan cara berperilaku dikarakteristikkan secara stereotype, sedangkan paparan ilmu sosial digunakan untuk studi yang terfokus secara teoritis pada uji hipotesis. Studi ini mendasari pada Universitas Sumatera Utara pengamatan, wawancara, kuesioner, dan uji psikologis yang merefleksikan pandangan penutur asli, namun tidak pada pengetahuan strukturalnya. Peneliti tetap di luar dari budaya dan aspek analistisnya tidak diusahakan dari informan-informannya Bungin, 2003: 173. Berbeda pula dengan etnografi standart, ia menggambarkan variasi luas yang ada pada penutur asli dan menjelaskan konsep asli. Berbeda pula dengan etnografis standard, ia menggambarkan variasi luas yang ada pada penutur asli dan menjelaskan konsep asli. Studi ini juga menyesuaikan kategori analitisnya pada budaya lain. Langkah lebih maju terjadi pada etnografi satu bahasa. Dalam studi ini, seorang anggota masyarakat yang dibudayakan menulis etnografi dalam bahasa aslinya. Etnografer secara hati-hati membawa sistem semantik bahasanya dan menterjemahkan ke dalam bahasanya. Studi ini dilanjutkan ke dalam bentuk riwayat hidup. Riwayat hidup adalah salah satu bentuk deksirpsi yang menawarkan pemahaman terhadap budaya lain. Mereka yang melakukan studi ini akan mengamati secara mendetail kehidupan seseorang dan proses yang menunjukkan bagian penting dari budaya tersebut. semua itu dicatat dalam bahasa asli, kemudian diterjemahkan, lebih mudah lagi bila informan sebagai bilingual, diedit dan disajikan dalam bentuk yang sama sesuai dengan pencatatan. Unit Analisis : Dari masalah ke Pendekatan Teoritis. Berbicara tentang unit analisis atau subyek penelitian, pertama harus di lihat dari masalah dan kemudian dihubungkan dengna pijakan teoritisnya. Sejak awal etnografi memiliki permasalahan yang cukup khas, yaitu mempelajari etnis dan budayanya. Persoalannya kemudian adalah etnis masyarakat dan budaya bukan sesuatu yang statis. Tidak berubah sepanjang masa, Universitas Sumatera Utara terlebih lagi pada abad ke-20 , dan seterusnya. Masyarakat suatu etnis tertentu, dalam arti komunitas, yang kecil jumlahnya, hubungannya akrab dan diikat oleh suatu nilai budayannya merupakan barang akibat hubungan dengan bangsa lain, apalagi di dalam Eropa. Persoalan kedua adalah tidak ada budaya yang sangat sederhana dan terisolasi. Seorang etnografer tidak bisa meneliti seperti di bidang biologi. Ketika hendak melihat rahasia kromosom dan gen, seorang peneliti cukup menangkap lalat buah yang jumlah kromosonya Cuma 4 empat pasang. Akibat perjumpaan dengan bangsa lain, terjadi difusi, kemudian akulturasi, maka budaya un berubah, belum lagi ditambah dengan kreativitas-kreativitas masyarakat belum lagi ditambah dengan kreativitas-kreativitas masyarakat pendukungnya. Meski memiliki unsur-unsur universalnya, budaya pada etnis maupun dan di manapun menjadi kompleks. Spradley 1979 menyarankan penggunaan etnografi dilakukan bila peneliti ingin memahami dan belajar pada masyarakat. Namun, tidak sekedar itu, masyarakat tersebut memiliki pola-pola perilaku dan pola-pola untuk berprilaku tertentu yang membedakan masyarakt lain. Artinya, budaya harus diberi “makna” yang lebih luas, sehingga etnografi bisa juga digunakan dalam masyarakat yang kompleks lihat Spradley dan McCurdy, 1972, seperti kelompok-kelompok dalam masyarakat itu bisa didasarkan atas latar belakang etnis, agama, umur, atau profesi dan kelas sosial. Seorang etnografer bisa saja mencermati bagaimana budaya “kebut-kebutan” dalam remaja, budaya “geng-geng” di perkotaan, dan bagaimana remaja melakukan budaya “nggandol.” Lama tidaknya penelitian etnografi ini juga bergantung pada pemahaman terhadap gejala yang diteliti. Penelitian ini bisa berlangsung dalam kurun waktu singkat bila hanya Universitas Sumatera Utara meliputi satu peristiwa, misalnya meneliti tentang tata cara upaya perkawinan adat Jawa daerah Surabaya. Sebaliknya, akan berlangsung dalam waktu yang lama bila hendak meneliti a single society, masyarakat yang kompleks. Pemahaman teoritis akan menentukan siapa yang menjadi subyek penelitian atau informan. Bila menggunakan interaksi simbolik, maka peristiwa atau perilaku itu dipahami sebagai simbol-simbol yang terbagi bersama. Artinya, dalam situasi yang sama semua orang memiliki “budaya” tersebut akan bertukar pemakaian dan kemudian membentuk pemahaman yang sama akan simbol-simbol itu. Semua orang bisa diajak untuk berbicara tentang peristiwa yang diamati. Berbeda dengan fenomenologi, termasuk di dalamnya kontruksi sosial dan etnometodologi, pemaknaan-pemaknaan itu berlangsung dala kesadaran individu, sehingga mereka yang lebih sering mengalami intentional dalam keseharian everday life akan memberi pemahaman yang lebih banyak dan lengkap. Sama seperti dalam rancangan antropologi kognitif, individu tampil secara simultan sebagai pembelajar, sekaligus pencipta budaya. Individu menampilkan pemahamannya tentang pengalaman sebagai pengetahuan budaya dalam berbagai bentuk dan menetapkan kembali sesuai dengan konteksnya. Individu-individu yang kehidupan sehari-harinya lebih berkecimpung persoalan-persoalan yang menjadi focus peneliti itulah informan atau tepatnya informan kunci. Berbicara tentang pertanian, lebih tepat bila mewawancarai petani daripada penyuluhannya misalnya Bungin, 2003: 176-177. Khusus tentang kontruksi sosial, selain individu yang terlibat langsung, informan lainnya adlaah mereka yang duduk di birokrasi lokal atau lembaga-lembaga lain yang merupakan kepanjangan dari negara, sebagai realitas obyektifnya, biasanya dalam kajian Universitas Sumatera Utara ilmu politik. Bisa pula tetua-tetua adat bila bentuk realitas obyektif lain adalah nilai-nilai, norma-norma dan peraturan-peraturan. III.2 Lokasi Penelitian III.2.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Suatu penelitian harus memiliki tempat penelitian yang jelas. Penelitian ini di laksanakan di Kampus Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Lokasi ini beralamatkan di Jalan Almamater Kampus Universitas Sumatera Utara. Terkadang penelitian ini juga menyesuaikan dengan kesediaan waktu dan tempat informan berada, sehingga peneliti mengikuti kehendak informan dalam menentukan tempat untuk melakukan wawancara. Jadi tempat wawancara kemunginan juga bisa terjadi di luas wilayah kampus, seperti : rumah, mall, tempat makan, tempat ibadah, dan lain sebagainya. III.2.1.1 Sejarah Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Pendirian Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara FT USU diawali dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 18 Januari 1958, No 5XIIPSU tentang pembentukan suatu Panitia Teknis Pembentukan Fakultas Teknik di Sumatera Utara dengan tugas menyelidiki kemungkinan-kemungkinan pendirian sebuah Fakultas Teknik di Sumatera Utara, yang hasilnya akan disampaikan selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan. Untuk merealisasi usaha-usaha persiapan ke arah terbentuknya Fakultas Teknik USU, maka Departemen PK mengeluarkan Surat Keputusan No.2855S tertanggal 16 Maret 1959 Universitas Sumatera Utara tentang pembentukan suatu panitia yang bertugas mempersiapkan Pembentukan Fakultas Teknik pada Universitas Sumatera Utara. Panitia ini bekerja terhitung mulai tanggal 1 Januari 1959. Akhirnya usaha-usaha tersebut dapat berhasil dengan keluarnya Surat Keputusan Menteri Muda Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia No.83303 S tertanggal 26 Agustus 1959 tentang persiapan berdirinya Fakultas Teknik di Medan yang bernaung di bawah panji-panji Universitas Sumatera Utara terhitung mulai tanggal 1 September 1959 Fakultas resmi berdiri dan tahun tersebut dijadikan sebagai awal tahun berdirinya. Saat ini terdapat 6 enam Departemen di Fakultas Teknik USU yaitu: Departemen Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Industri, Teknik Kimia, dan Arsitektur. III.2.1.2 Visi dan Misi Visi: Visi Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara adalah menjadi lembaga pendidikan tinggi teknik yang handal dalam mengembangkan Iptek dan menghasilkan lulusan yang kompeten bagi pemberdayaan potensi Sumatera Utara dan merespon isu strategis nasional maupun global. Misi: Misi Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara mengacu pada Tri Dharma Perguruan`Tinggi dan dijabarkan sebagai berikut: Menyiapkan staf pengajar yang mampu berkontribusi terhadap pengembangan IPTEK melalui penelitian dan pengabdian masyarakat yang dapat membantu memecahkan berbagai permasalahan di industri dan masyarakat pada tingkat nasional maupun asia Universitas Sumatera Utara dengan mengembangkan program yang sejalan dengan USU sebagai The University for Industry. 1. Menyiapkan lulusan yang kompeten, mandiri, inovatif dan berwawasan kewirausahaan, dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi serta mampu bersaing secara global, bersikap terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan ilmu dan keteknikan. 2. Menyediakan sarana dan prasarana demi terselenggaranya Tri Dharma Perguruan Tinggi. 3. Membina dan mengembangkan manajemen kependidikan yang professional. 4. Membina dan mengembangkan tumbuhnya sinergi secara berkelanjutan dengan pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan tinggi lain dan dunia usaha. III.2.1.3 Tujuan Tujuan pendidikan di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara adalah: 1. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan kapasitas intelektual yang tinggi dalam pengetahuan dan keahlian, kreativitas, kesehatan jasmani, moral, karakter, dan kematangan emosi untuk menghasilkan lulusan. 2. Meningkatkan kegiatan dan kualitas penelitian untuk berperan dalam kemajuan sains dan teknologi, serta untuk mengembangkan dan memasyarakatkan sains dan teknologi yang relevan untuk kemajuan industri dan masyarakat. 3. Meningkatkan pengabdian pada masyarakat dengan menyebarkan hasil penelitian terapan, kaji tindak, teknologi tepat guna untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat terutama masyarakat pedesaan. Universitas Sumatera Utara III.2.1.4 Kebijakan 1. Strategi pencapaian Untuk merealisasikan visi, misi, dan tujuan, maka FT USU menyusun sasaran dan strategi pencapaian lulusan FT USU berupa: a. Memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan matematika dasar, sains dasar dan dasar-dasar kerekayasaan. b. Memiliki kemampuan untuk merancang dan melakukan eksperimen serta melakukan analisis dan sintesis. c. Memiliki kemampuan untuk merancang sistem, komponen atau proses untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang keteknikan. d. Memiliki kemampuan untuk bekerja efektif baik secara mandiri maupun berkelompok dalam kelompok multidisiplin dan multikultural pada kapasitasnya sebagai pemimpin, manajer maupun anggota kelompok. e. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, merumuskan, dan memecahkan masalah-masalah keteknikan. f. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif baik dalam lingkungan akademik maupun dengan masyarakat luas. g. Memiliki kemampuan berbahasa Inggris, baik lisan maupun tulisan. h. Memiliki tanggung jawab sosial, kultural, global, lingkungan dan pentingnya pembangunan berkelanjutan beserta prinsip-prinsip yang mendasarinya. i. Memiliki kreativitas yang tinggi, memahami proses inovasi serta mempunyai jiwa kewirusahaan. Universitas Sumatera Utara j. Memiliki kemampuan untuk menggunakan teknik, keterampilan dan perangkat kerekayasaan modern yang diperlukan untuk praktek keteknikan. k. Memiliki kemampuan untuk terus menerus mengembangkan diri dengan belajar sepanjang hayat. 2. Sistem Penjaminan Mutu Penjamin mutu quality assurance merupakan proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan. Penjamin mutu ini akan membuat para pemangku kepentingan mahasiswa, orang tua, dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang, dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Mutu Pendidikan di USU bersifat proaktif dalam arti bahwa lulusan USU mampu secara terus menerus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta realitas sosial budaya yang terus berkembang secara dinamis. Mutu pendidikan di USU juga mencakup aspek pelayanan administratif, sarana, prasarana, organisasi dan manajemen yang dapat memenuhi harapan sivitas akademika dan masyarakat baik orang tua mahasiswa, pengguna lulusan, maupun masyarakat luas. Sistem Penjamin Mutu Akademik di USU dirancang dan dilaksanakan untuk dapat menjamin mutu gelar akademik yang diberikan. Hal ini berarti bahwa Sistem Penjaminan Mutu harus dapat menjamin bahwa lulusan akan memiliki kompetensi yang ditetapkan dalam spesifikasi Departemen. Dengan demikian Universitas juga menjamin mahasiswa akan memperoleh pengalaman mengajar seperti yang dijanjikan di dalam spesifikasi Departemen. Universitas Sumatera Utara Sistem Manajemen Mutu SMM Akademik di Universitas Sumatera Utara dilaksanakan secara berjenjang yaitu pada tingkat Universitas, Fakultas, Departemen serta Unit Penunjang lainnya sesuai dengan Buku Pedoman Sistem Manajemen Mutu USU, yang di dalamnya berisi kebijakan mutu, organisasi, tanggung jawab dan wewenang, Manual Mutu Akademik, serta Manual Prosedur. Pada tingkat Fakultas dirumuskan Kebijakan Akademik Fakultas, Standar Akademik Fakultas, dan Buku Manual Mutu Akademik Fakultas, serta dilakukan Audit Mutu Akademik Departemen. Kebijakan Mutu Universitas Sumatera Utara dinyatakan sebagai berikut: USU siap melaksanakan usaha perbaikan mutu secara berkelanjutan dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat hingga mencapai atau melebihi standar mutu untuk memberikan kepuasan kepada stakeholders secara dinamis. Untuk menindaklanjuti Sistem Penjaminan Mutu Tinggi di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Dekan Fakultas Teknik telah membentuk Tim Penjaminan Mutu Fakultas TPMF Teknik yang tertuang dalam SK Rektor nomor 1024AH5.1.RSKSDM2008. Penyelenggaraan dan Pengembangan Pendidikan di FT USU secara menyeluruh mengacu kepada arah penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan USU. Diantaranya otonomi pengembangan pendidikan yang terus menerus kepada fakultas dan departemen serta unit-unit terkait. Pengembangan ini diaktualisasikan dalam bentuk akuntabilitas dan akreditasi berdasarkan evaluasi diri dalam rangka mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan dan dikembangkan. Universitas Sumatera Utara Untuk mempersiapkan mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan diperlukan suatu proses pembelajaran yang bermutu baku yang terukur yang mengacu kepada RAISE ++, yaitu Relevance, Academic Atmosphere, Internal Management and Organisation, Sustainability and Efficiency, Leadership, Equity, Accessability,and Partnership. Atas dasar pemikiran tersebut disusunlah Kebijakan Akademik FT USU dengan mengacu kepada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, Undang-Undang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi nomor 18 tahun 2002, serta Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang KPPTJP IV 2003-2010 untuk mencapai kompetensi serta kesantunan melalui akreditasi dan proses evaluasi diri. Tim Gugus Jaminan Mutu Fakultas Teknik GJM-FT USU telah menyusun dokumen Kebijakan Akademik FT USU untuk memberikan pedoman dan arah bagi penyelenggaraan kehidupan akademik di FT USU. Dalam rangka menentukan sasaran-sasaran akademik yang ingin dicapai FT USU pedoman ini diturunkan dari visi dan misi FT USU. Kebijakan Akademik ini merupakan Dokumen Akademik yang digunakan dalam menyusun Standar Akademik FT USU yang dilengkapi dengan Sistem Penjaminan Mutu Akademik dan harus dikembangkan terus secara berkelanjutan oleh FT USU dalam kehidupan akademik yang unggul dan memiliki daya saing dalam dunia Internasional. 3. Sistem pengelolaan Pelaksanaan kegiatan di Fakultas Teknik secara menyeluruh berpegang pada peraturan tentang sistem dan mekanisme kerja yang telah disusun dan ditetapkan melalui RENSTRA Universitas Sumatera Utara. Upaya memahami tugas dan tanggung jawab Universitas Sumatera Utara masing-masing unsur di dalam sistem organisasi dan mekanisme kerja masih terus ditingkatkan melalui konsep POACE Planning, Organizing, Action, Controlling dan Evaluation sebagai berikut: a. Planning Rencana kegiatan Fakultas disusun bersama-sama dengan Departemen berjangka lima tahunan Rencana Strategis dan 1 tahunan Rencana Tahunan, digunakan sebagai pedoman dan arah kegiatan Fakultas. b. Organizing Pimpinan Fakultas melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan berbagai unsur pelaksana terkait dalam upaya membentuk sistem organisasi tata laksana yang solid. c. Action Semua rencana kegiatan baik rencana strategis maupun rencana tahunan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana planning yang ditetapkan. d. Controlling. Rencana kegiatan dapat berjalan dengan baik seperti yang diharapkan perlu dilakukan kontrol pengawasan dari berbagai unsur yang terlibat. e. Evaluation. Mekanisme evaluasi diperlukan agar planning, organizing, action dan controlling yang sudah berjalan dapat diketahui kekurangan dan kelemahannya untuk perbaikan. Rencana Strategi 5 tahunan terdiri dari kegiatan-kegiatan: Universitas Sumatera Utara a. Relevansi, berkaitan dengan sistem dan proses belajar mengajar, kurikulum, silabus, ketersediaan: perpustakaan, laboratorium, dan studio. b. Atmosfir akademik, berkaitan dengan hubungan dosen dengan mahasiswa, pengembangan kelompok studi oleh dosen maupun mahasiswa. c. Sustainability berkelanjutan, berkaitan dengan motivasi dosen untuk membuat buku, publikasi hasil penelitian, metode mengajar, efisiensi sarana dan prasarana penunjang, perkuliahan, kehadiran dosen, penyelesaian studi lebih cepat, akreditasi Departemen. d. Pengembangan sumberdaya strategis meliputi jumlah dan kualitas SDM, pemanfaatan sarana dan prasarana laboratoriumstudio menjadi revenue generating activity RGA. e. Rencana kegiatan FT USU disusun berdasarkan RENSTRA USU 20052010 yang mempunyai isu daya saing, otonomi, dan kesehatan organisasi. Setiap 1 tahun, sesuai dengan ketentuan universitas, FT USU membuat evaluasi diri, sebagai dasar untuk menyusun analisis Strength Weakness Opportunity and Threat SWOT. Berdasarkan analisis SWOT ini dan kerangka kerja USU, FT USU membuat rencana kegiatan setiap tahun yang dituang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja RKAB. Universitas Sumatera Utara III.2.1.5 Struktur Kepengurusan http:ft.usu.ac.id di akses tanggal 3 Maret 2011 III.3 Waktu Penelitian Penelitian ini sendiri di mulai pada bulan Februari 2011, yaitu peneliti awalnya hanya melakukan obervasi awal guna memperoleh gambaran mengenai subjek penelitian. Kemudian penelitian berlanjut pada bulan Maret 2011, yaitu peneliti melakukan observasi lanjutan setelah melakukan seminar proposal. Proses penelitian selanjutnya yaitu berupa wawancara mendalam kepada subjek penelitian yang dilakukan pada bulan April sampai Mei 2011, dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Apabila data yang diperoleh telah mencukupi, maka penelitian akan dihentikan, dan penelitian pun berakhir di subjek penelitian ke 11. Jadi, dapat disimpulkan waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah kurang lebih selama 4 bulan, yaitu Februari sampai Mei 2011. Universitas Sumatera Utara III.4 Subjek atau Informan Penelitian Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generelisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat konstekstual dan kausistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu penelitian dilakukan. Karena itu, pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut subjek penelitian atau informan, yaitu orang- orang yang dipilih untuk diwawancarai atau diobservasi sesuai tujuan riset. Disebut subjek riset bukan objek karena informan dianggap aktif mengkontruksi realitas, bukan sekedar objek yang hanya mengisi kuesioner Kriyantono, 2008:161. Untuk studi kasus, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja yang mudah diakses. Melalui metode kualitatif kita dapat mengenal orang subjek secara pribadi dan melihat mereka mengembangkan defenisi mereka sendiri tentang dunia dan komunikasi yang mereka lakukan. Kita dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan masyarakat mereka sehari-hari. Melalui metode ini memungkinkan kita menyelidiki konsep yang dalam pendekatan lainnya akan hilang Bodgan, 1992: 5. Subjek penelitian yang selanjutnya disebut informan adalah mahasiswa etnis Tionghoa stambuk 2009 dan 2010 Fakultas Teknik Universita Sumatera Utara. Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian Pendidikan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, jumlah mahasiswa etnis Tionghoa pada stambuk 2009 adalah sekitar 92 orang dan stambuk 2010 adalah sekitar 104 orang. Jadi, total mahasiswa etnis Tionghoa Universitas Sumatera Utara stambuk 2009 dan 2010 di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara adalah adalah sekitar 196 orang. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik perumusan karakteristik informan penelitian yaitu berdasarkan : 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. DepartemenStambukSemester 4. Asal daerah 5. Agama 6 Pekerjaan orang tua Merujuk dari hal tersebut, maka peneliti menggunakan teknik penarikan snowball. Teknik ini banyak ditemui dalam riset kualitatif, misalnya riset eksplorasi. Sesuai namanya, teknik ini bagaikan bola salju yang turun menggelinding dari puncak gunung ke lembah, semakin lama semakin membesar ukurannya. Jadi, teknik ini merupakan teknik penentuan informan yang awalnya berjumlah kecil, kemudian berkembang semakin banyak. Orang yang dijadikan informan pertama diminta memilih atau menunjuk orang lain untuk dijadikan informan berikutnya, begitu pula seterusnya sampai jumlahnya mencukupi. Proses ini baru berakhir bila periset merasa data telah jenuh, artinya periset merasa tidak lagi menemukan yang baru dari wawancara tersebut Kriyantono, 2008 : 158-159. III.5 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Universitas Sumatera Utara III.5.1 Penelitian Lapangan Field Research Penelitian lapangan adalah pengumpulan data yang meliputi kegiatan survey dilokasi penelitian, pengumpulan data dari subjek atau informan penelitian melalui : 1. Observasi, yaitu kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan objek tersebut. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Yang diobservasi adalah interaksi perilaku dan percakapan yang terjadi antara subjek yang diriset Kriyantono, 2006: 108. Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan. Observasi non- partisipan merupakan metode observasi tanpa ikut terjun melakukan aktivis seperti yang dilakukan kelompok yang diriset, baik kehadirannya diketahui atau tidak Kriyantono, 2008: 110. 2. Wawancara mendalam, yaitu sejumlah pertanyaan lisan yang di ajukan peneliti terhadap pihak-pihak yang terkait sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau orang-orang yang diwawancarainya, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lain. Dengan demikian keabsahan wawancara adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan Bungin, 2008:108. III.5.2 Penelitian Kepustakaan Library Research Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data dari buku-buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Universitas Sumatera Utara III.6 Teknik Analisis Data Maleong mendefenisikan analisis data sebagai proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan kerangka kerja Kriyantono, 2008: 163. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif yang merupakan pengukuran dengan menggunakan nominal yang menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel ke dalam beberapa sub kelas nominal. Melalui pendekatan kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Untuk studi kualitatif, jumlah informan dan individu yang menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat dijadikan informan adalah orang yang memiliki pengalaman sesuai dengan penelitian, orang-orang dengan peran tertentu dan tentu saja mudah untuk diakses. Untuk teknik analisis data dalam etnografi komunikasi, baik Hymes maupun Seville-Troike tidak menjelaskan bagaimana teknik analisis data nya. Bagi etnografi komunikasi menemukan hubungan antara komponen komunikasi sudah merupakan analisis data yang utama, karena berdasarkan itulah pola komunikasi itu dibuat. Selain itu, analisis juga dapat dilakukan pada komponen kompetensi komunikasi, untuk mengetahui pengaruh dari aspek sosiokultural terhadap pola komunikasi yang sudah ada. Pada dasarnya proses analisis data dalam etnografi berjalan bersamaan dengan pengumpulan data. Ketika peneliti melengkapi catatan lapangan setelah melakukan observasi, pada saat itu sesungguhnya ia telah melakukan analisis data. Sehingga dalam etnografi, peneliti bisa kembali lagi ke lapangan untuk mengumpulkan data, sekaligus Universitas Sumatera Utara melengkapi analisisnya yang dirasa masih kurang. Hal ini akan terus berulang sampai analisis dan data yang mendukung cukup. Dengan kata lain, proses pengambilan data dalam penelitian etnografi, tidak cukup hanya sekali. Tahap analisis data sebenarnya terdiri dari upaya-upaya meringkaskan data, memilih data, menerjemahkan, dan mengorganisasikan data. Dengan kata lain, upaya mengubah kumpulan data yang tidak teroganisir menjadi kumpulan kalimat singkat yang dapat dimengerti oleh orang lain. Upaya ini mencakup kedalaman pengamatan mengenai apa yang sebenarnya terjadi, menemukan regularitas dan pola yang berlaku, dan mengambil kesimpulan yang dapat menggeneralisasikan fenomena yang diamati. Dan teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang dipaparkan oleh Creswell, yaitu: 1. Deskripsi Deskripsi menjadi tahap pertama bagi etnografer dalam menuliskan laporan etnografinya. Pada tahap ini etnografi mempresentasikan hasil penelitiannya dengan menggambarkan secara detil subjek penelitiannya itu. Gaya penyampaiannya kronologis dan seperti narator. Ada beberapa gaya penyampaian yang lazim digunakan, diantaranya menjelaskan day in life secara kronologis atau berurutan dari seseorang atau kelompok masyarakat, membangun cerita lengkap denga alur cerita dan karakter-karakter yang hidup di dalamnya, atau membuat seperti cerita misteri yang mengundang tanda tanya orang yang membacanya kelak. Misalnya dengan menjelaskan interaksi sosial yang terjadi, menganalisisnya dalam tema tertentu, lalu mengemukakan pandangan-pandangan yang berbeda dari para informan. Dengan membuat deskripsi, etnografer mengemukakan Universitas Sumatera Utara latar belakang dari masalah yang diteliti, dan tanpa disadari merupakan persiapan awal menjawab pertanyaan penelitian. 2. Analisis Pada bagian ini, etnografer menemukan beberapa data akurat mengenai subjek penelitian, biasanya melalui tabel, grafik, diagram, model, yang menggambarkan subjek penelitian. Penjelasan pola-pola atau regularitas dari perilaku yang diamati juga termasuk pada tahap ini. Bentuk yang lain dari tahap ini adalah membandingkan subjek-subjek yang diteliti dengan subjek lain, mengevaluasi subjek dengan nilai-nilai yang umum berlaku, membangun hubungan antara subjek penelitian dengan lingkungan yang lebih besar. Selain itu, pada tahap ini juga etnografer dapat mengemukakan kritik atau kekurangan terhadap penelitian yang telah dilakukan, dan menyarankan desain penelitian yang baru, apabila ada yang akan melanjutkan penelitian atau akan meneliti hal yang sama. 3. Interpretasi Interpretasi menjadi tahap akhir analisis data dalam penelitian etnografi. Etnografer pada tahap ini mengambil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Pada tahap ini, etnografer menggunakan penjelasannya, untuk menegaskan bahwa apa yang ia kemukakan adalah murni hasil interpretasinya Kuswarno, 2008: 67-69. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti pada bulan Februari hingga Mei 2011, dengan melakukan observasi serta wawancara mendalam pada mahasiswa etnis Tionghoa stambuk 2009 dan 2010 yang ada di Kampus Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Setelah mendapat persetujuan judul skripsi ini dan melakukan seminar proposal, maka peneliti kemudian melakukan observasi ke tempat yang menjadi lokasi penelitian, sembari mengurus surat izin penelitian di lokasi penelitian yaitu Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Peneliti tidak hanya melakukan observasi pasca seminar proposal, tetapi pra seminar proposal pun, peneliti juga telah melakukan observasi awal. Pada saat observasi awal, peneliti hanya melakukan observasi di kantin Fakultas Teknik yang berada di sebelah gedung Departemen Teknik Kimia saja, hal ini peneliti lakukan karena peneliti belum mempunyai surat izin penelitian. Di lingkungan kantin, peneliti yang di temani oleh seorang teman mahasiswa pribumi dari kampus tersebut melihat pemandangan yang sebelumnya sudah dapat di prediksikan. Terlihat kumpulan mahasiswa pribumi di satu meja, dan kumpulan mahasiswa etnis Tionghoa di meja lainnya. Peneliti mulai menanyakan kepada teman yang mendampingi peneliti, apakah hal seperti ini memang setiap hari terjadi? Teman tersebut menjawab, “Iya, etnis Tionghoa di Fakultas Teknik ini bukannya sombong, mereka ramah-ramah, tetapi karena mereka memang memiliki komunitas yang banyak, jadi mereka tentunya akan mengutamakan kelompok etnisnya, tetapi tidak menutup kemungkinan mereka juga sering berkomunikasi dengan mahasiswa pribumi”. 1 1 Rifal Aswar Tanjung, Wawancara dengan Toni, Medan, 24 Februari 2011. Universitas Sumatera Utara Pada observasi selanjutnya, setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Fakultas Teknik, barulah peneliti mulai berani untuk melakukan observasi ke ruangan kelas. Di ruangan kelas, peneliti melihat banyak mahasiswa etnis Tionghoa yang berkelompok dengan teman se-etnis nya bahkan sampai di luar kelas, dan ada juga beberapa berbaur dengan mahasiswa pribumi. Pada observasi ini, peneliti juga menanyakan jumlah mahasiswa etnis Tionghoa kepada mahasiswa-mahasiswa etnis Tionghoa dari setiap departemen yang ada di Fakultas Teknik stambuk 2009 dan 2010, karena memang bagian kemahasiswaan dari Fakultas Teknik itu sendiri tidak mempunyai data seperti itu. Peneliti juga sekaligus menanyakan kesediaan seorang mahasiswa untuk menjadi informan pertama dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti berhasil mewawancarai 11 sebelas orang informan penelitian. Sesuai dengan teknik snowball, awalnya yang menjadi informan penelitian adalah hanya 1 orang, atau yang disebut dengan informan pertama. Kemudian dari informan pertama lah peneliti berhasil mendapatkan informan kedua untuk di wawancarai, begitu pula seterusnya sampai peneliti merasa data penelitian yang di dapat sudah jenuh dan tidak ada sesuatu yang baru yang di dapat dari penelitian tersebut, dan akhirnya penelitian berakhir pada informan kesebelas. Pelaksanaan dalam pengumpulan data ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara mendalam, tentunya juga dengan melakukan pendekatan terhadap informan penelitian. Penelitian wawancara tidak hanya dilakukan di lingkungan kampus Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara saja, tetapi juga dilakukan di coffe shop, dan di tempat futsal. Tetapi sebagian besar wawancara memang dilakukan di lingkungan kampus Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Peneliti membuat suatu karakteristik informan yang tujuannya untuk membantu peneliti menemukan sejumlah kemungkinan terkait hubungan karakteristik informan dengan kesadaran atau pemahaman identitas etnis dan pengalaman serta kompetensi komunikasi antarbudaya. Karakteristik informan yang ditentukan peneliti adalah: Usia, jenis kelamin, departemenstambuksemester, asal daerah, agama, dan pekerjaan orang tua. Tentu peneliti harus menemukan temuan yang dapat dijadikan kesimpulan nantinya mengenai apa sebenarnya yang berpengaruh pada kedua hal tersebut, dan pada akhirnya peneliti harus mampu menemukan jawaban “Identitas Etnis Mahasiswa Etnis Tionghoa dalam Kompetensi Komunikasi dengan Mahasiswa Pribumi di Kalangan Mahasiswa Fakultas Teknik Stambuk 2009 dan 2010 Universitas Sumatera Utara”.

IV.1 Latar Belakang Informan Penelitian