identitas etnik merupakan penggabungan ide-ide, perilaku, sikap, dan simbol-simbol bahasa yang ditransfer dari generasi ke generasi melalui sosialisasi
http:suryanto.blog.unair.ac.id di akses tanggal 09 Februari 2011.
I.5.5 Kompetensi Komunikasi
Komponen komunikasi mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini mengacu pada hal-hal seperti pengetahuan tentang peran
lingkungan konteks dalam mempengaruhi kandungan content dan bentuk pesan komunikasi misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak untuk
dikomunikasikan kepada pendengar tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain.
Pengetahuan tentang tatacara perilaku nonverbal misalnya, kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik juga merupakan bagian dari kompetensi
komunikasi. Dengan meningkatkan kompetensi, anda akan mempunyai banyak pilihan dalam berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi artinya, makin tinggi
kompetensi anda, makin banyak pilihan yang anda punyai untuk melakukan komunikasi dalam keseharian.
Howell, salah seorang penasihat Gundykunst, menyebutkan ada empat tataran kompetensi komunikasi, yaitu :
1 unconscious incompetence, yaitu seseorang yang salah menginterpretasikan perilaku orang lain dan tidak menyadari apa yang sedang ia lakukan,
2 conscious incompetence yaitu seseorang mengetahui bahwa ia salah
menginterpretasikan perilaku orang lain, namun ia tidak melakukan sesuatu, 3 conscious competence yaitu, seseorang berpikir tentang kecakapan komunikasinya
dan secara terus-menerus berusaha mengubah apa yang ia lakukan supaya menjadi lebih efektif, dan
Universitas Sumatera Utara
4 unconscious competence yiatu seseorang telah mengembangkan kecakapan
komunikasinya. Rahardjo, 2005:69.
I.5.6 Etnis Tionghoa
Kata Tionghoa telah digunakan dalam surat setia kepada tentara Nippon ini. Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan Cina di
Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Wacana Cung Hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya keinginan dari orang-orang di Cina untuk terbebas dari kekuasaan dinasti kerajaan dan
membentuk suatu negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana ini sampai terdengar oleh orang asal Cina yang bermukim di Hindia Belanda yang ketika itu dinamakan Orang
Cina. Sekelompok orang asal Cina yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda, merasa
perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka mendirikan sekolah di Hindia Belanda, di bawah naungan suatu badan yang dinamakan Tjung Hwa
Hwei Kwan, yang bila lafalnya di Indonesiakan menjadi Tiong Hoa Hwe Kwan THHK. THHK dalam perjalanannya bukan saja memberikan pendidikan bahasa dan
kebudayaan Cina, tapi juga menumbuhkan rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan istilah Cina menjadi Tionghoa di Hindia
Belanda. Suku bangsa Tionghoa biasa disebut juga Cina di Indonesia adalah salah satu
etnis di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang
Universitas Sumatera Utara
Hokkien, Tengnang Tiochiu, atau Thongnyin Hakka. Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren Hanzi:
唐人 , orang Tang. Hal ini sesuai dengan kenyataan
bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Cina utara menyebut diri mereka sebagai
orang Han Hanzi: 漢人
, hanyu pinyin: hanren, orang Han. Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan
tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk.
Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang
kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke Nusantara dan sebaliknya.
Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai
Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. http:id.wikipedia.orgwikiTionghoa-Indonesia di akses tanggal 9 Februari 2011.
I.6 Kerangka Konsep