Pengelompokan informan ke dalam 3 kategori tentunya melalui proses analisis berdasarkan derajat keterikatan pada kelompok dan kebudayaannya, yaitu: a secara
jelas mengetahui nilai-nilai yang dimiliki sebagai seorang etnis dalam suatu kelompok, b membentuk kelompok kecilperkumpulan, c komitmen, d evaluasi positif pada
kelompoketnis, e berminat di dalam dan berpengetahuan tentang kelompoketnis, f turut serta terlibat dalam aktivitas sosial kelompok, g sense of belonging, h
pemahaman akan rasa cinta pada kelompok budaya, i harapan akan masa depan yang berkait dengan etnisnya.
IV.2.2.1 Mampu Mengenali
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan ada 6 enam orang informan penelitian yang masuk dalam kriteria mampu mengenali. Penilaian tersebut didasari karena
kemampuan keenam informan dalam mengenali identitas etnis yang ada di dalam diri mereka maupun yang ada pada etnis mereka pada umumnya, serta didukung dengan
penilaiaan lainnya berdasarkan kriteria penggolongan yang telah di uraikan di atas. Tradisi sebagaimana orang timur pada umumnya, merupakan nilai-nilai identitas
etnis yang di akui oleh keenam orang informan sebagai nilai-nilai identitas etnis yang ada pada diri mereka. Selain warna kulit yang putih bersih serta mata yang cenderung sipit,
nilai-nilai lainnya yang dimiliki adalah seperti menghormati orang yang lebih tua, menghormati orang-orang dari kebudayaan yang berbeda, cara berpakaian, berbicara, dan
berperilaku yang sopan-santun. Adanya pemaknaan terhadap nama Tionghoa yang dimiliki oleh 2 orang
informan, meskipun ada 4 orang yang tidak mempunyai makna terhadap nama Tionghoa
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki, tetapi mereka mempunyai rasa kecintaan terhadap nama Tionghoa yang mereka sandang.
Keenam informan mampu memberikan pembedaan terhadap etnis Tionghoa asli dengan etnis Tionghoa peranakan berdasarkan ciri-ciri fisik yang dimiliki maupun tradisi
ataupun adat-istiadatnya. Etnis Tionghoa asli mempunyai kulit yang lebih putih dan mata yang lebih sipit di bandingkan etnis Tionghoa peranakan, karena etnis Tionghoa
peranakan umumnya sudah melakukan perkawinan campuran dengan non-Tionghoa. Etnis Tionghoa asli mengetahui tradisi dan kebudayaan Tionghoa berdasarkan pengajaran
yang turun-temurun dari keluarganya, sedangkan etnis Tionghoa peranakan mendapatkan pengajaran berdasarkan apa yang ia lihat dalam masyarakat. Jadi, ada percampuran
tradisi dan kebudayaan yang mereka dapat, yaitu tradisikebudayaan Tionghoa dan tradisikebudayaan etnis yang ada pada suatu daerah tersebut. Misalnya, di Indonesia
mereka akan mengadopsi tradisikebudayaan Tionghoa dan pribumi. Keenam informan mempunyai identitas etnis sebagaimana layaknya orang timur,
dan menjadi kebanggaan bagi keenamnya. Mereka mengatakan bahwa dengan menerapkan semua nilai-nilai identitas etnis yang ada, hal itu akan berdampak positif
terhadap pandangan etnis lain ataupun masyarakat dari negara ataupun kebudayaan lain terhadap etnis mereka. Masyarakat akan memberikan suatu pandangan yang positif
terhadap etnis Tionghoa, jika orang-orang Tionghoanya sendiri mampu menerapakan nilai-nilai ke-identitas-an tersebut dengan baik.
Identitas etnis lainnya yang dimiliki oleh keenam orang informan adalah tradisi imlek, tradisi dupa, menghormati leluhur dan tradisi bersembahyang yang menunjukkan
identitas mereka sebagai seorang Tionghoa yang taat kepada ajaran agama dan tradisi.
Universitas Sumatera Utara
Keenam orang informan juga ikut aktif dalam kegiatan sosial kelompok seperti kegiatan organisasi keagamaan yang ada di lingkungan kampus Universitas Sumatera
Utara, yaitu organisasi Keluarga Mahasiswa Buddist atau yang biasa disebut KMB. Meskipun 1 di antara 6 orang informan beragama Kristen, tetapi ia mengakui bahwa
dirinya juga sering ikut serta dalam kegiatan kelompok tersebut seperti acara-acara sosial yang dilakukan, meskipun sebenarnya ia tidak ikut bergabung dalam organisasi tersebut.
Keikutsertaan dan keaktifan 6 orang informan penelitian dalam kegiatan kelompoknya, juga dapat menunjukkan identitas etnis yang tinggi yang ada pada diri
mereka. Mereka mampu mengenali identitas etnisnya ketika mereka sedang aktif dalam kegiatan kelompok, seperti dalam diskusi-diskusi kegamaan yang sering dilakukan ketika
berkumpul, sehingga sedikit demi sedikit mereka mulai menyadari dan menemukan identitas etnis yang ada pada diri mereka itu sebenarnya.
Derajat keterikatan lainnya yang dimiliki oleh keenam orang informan penelitian sebagai penguat identitas etnis yang dimiliki adalah komitmen, evaluasi positif pada
kelompoketnis, adanya rasa sense of belonging dan pemahaman akan rasa cinta pada kelompok budaya.
Memiliki komitmen tidak ingin menjadi etnis lain jika dilahirkan kembali, ini menandakan kecintaan mereka terhadap identitas etnis yang mereka miliki. Tetap
menjadi etnis Tionghoa jika terlahir kembali merupakan pilihan yang utama bagi keenamnya, dikarenakan faktor keistimewaan yang mereka rasakan dari etnis Tionghoa
serta faktor keterbiasaan dengan identitas tersebut yang sudah ada pada diri masing- masing sejak mereka dilahirkan.
Universitas Sumatera Utara
Rasa sense of belonging yang cukup tinggi juga menjadikan penguat identitas etnis dalam diri mereka. Mereka mengakui bahwa dimanapun mereka berada, mereka
akan lebih mencari teman dari etnis Tionghoa terlebih dahulu dibanding teman-teman etnis lain yang berbeda budaya, alasannya karena itu akan lebih membantu mereka untuk
lebih percaya diri. Namun, pada dasarnya mereka terbuka kepada setiap orang yang mereka temui. Oleh karena itu rasa sense of belonging yang cukup menjadi salah satu
penguat identitas etnis pada keenam informan penelitian. Kemampuan dalam mengenali identitas etnis juga disertai dengan adanya harapan
dari keenam orang informan penelitian terhadap etnis Tionghoa. Mereka mempunyai bayangan serta harapan positif terhadap etnis Tionghoa kedepannya.
Harapan akan etnis Tionghoa supaya lebih menjadi kelompoketnis yang berbudaya, mempunyai tujuan supaya etnis Tionghoa tetap di lihat besar oleh etnis dan budaya
lainnya. Harapan perihal etnis Tionghoa untuk kedepannya, menunjukkan kecintaan mereka terhadap etnis Tionghoa, sehingga akan lebih membuat mereka mampu menggali
lebih dalam lagi identitas etnis Tionghoa yang ada pada diri mereka maupun etnis Tionghoa pada umumnya.
IV.2.2.2 Kurang Mampu Mengenali