Unconscious Incompetence Conscious Incompetence

TINGKATAN KOMPETENSI KOMUNIKASI N O Unconscious Incompetence Conscious Incompetence Conscious Competence Unconscious Competence 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. -- -- -- -- -- -- -- -- -- Krisnawati -- -- -- -- -- -- -- -- Putra Jaya -- -- -- -- -- -- -- -- Jasinda Mimi R.G John Thedy Rudi Kirana Michael Susanto Salim Adi Surya Meliana Anton Halim

IV.3.2.1 Unconscious Incompetence

Unconscious incompetence, yaitu seseorang yang salah menginterpretasikan perilaku orang lain dan tidak menyadari apa yang sedang ia lakukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan, tidak ada 1 pun informan yang masuk pada tingkatan ini. Tidak adanya informan yang salah menginterpretasikan perilaku mahasiswa pribumi dan tidak menyadari apa yang sedang ia lakukan. Kesebelas orang infroman masih berada pada tingkatan conscious competence , conscious incompetence, dan unconscious competence. Universitas Sumatera Utara

IV.3.2.2 Conscious Incompetence

Conscious incompetence, yaitu seseorang mengetahui bahwa ia salah menginterpretasikan perilaku orang lain, namun ia tidak melakukan sesuatu. Sama halnya dengan tingkatan conscious competence, pada tingkatan conscious incompetence juga terdapat 1 orang informan, yaitu Krisnawati. Krisna tentunya juga sering berkomunikasi dengan mahasiswa pribumi, baik itu dalam konteks perkuliahan sampai pada pergaulan. Krisna mengunggapkan bahwasanya ia lebih nyaman berkomunikasi dengan mahasiswa pribumi yang lebih terbuka, karena akan memudahkannya dalam berkomunikasi. Perbedaan yang ia rasakan bukan hanya dari bahasa ataupun logatnya saja, tetapi juga dalam pemikiran. Mahasiswa pribumi pemikirannya cenderung tidak mau tahu akan segala sesuatu yang berbau pelajaran. Mahasiswa pribumi terlihat lebih banyak tingkat kemalasannya dibanding kedisiplinannya, baik itu dalam perkuliahan di kelas, lab, sampai pada tugas kuliah. Perbedaan yang dirasakan Krisna, membuatnya mengatakan bahwa adakalanya Krisna menjadi etnosentris dan ada kalanya juga tidak. Tergantung dalam situasi bagaimana ia berada. Krisna juga pernah melakukan penilaian kecil terhadap mahasiswa pribumi perihal siapa yang etnis Tionghoa dan siapa yang pribumi, dan itu jelas menghambat kompetensi komunikasi nya dengan mahasiswa pribumi. Kesalahpahaman karena perbedaan budaya juga pernah terjadi. Salah satunya mengenai ibadah, seperti yang sudah ia jelaskan sebelumnya. Agar terciptanya kompetensi komunikasi yang lebih efektif lagi, Krisna akan menghormati budaya tersebut dan sekaligus mempertahankan budaya dari etnis nya sendiri. Universitas Sumatera Utara Mengenai kompetensi komunikasinya, Krisna termasuk kriteria yang cukup termotivasi untuk berkomunikasi dengan mahasiswa pribumi khusunya teman-teman mahasiswa pribumi yang ada di Departemen Teknik Kimia. Meskipun pada kenyataannya frekuensi dan intensitas komunikasi Krisna masih sangat besar pada kelompoknya, dan hal ini menjadikan Krisna terlalu memilih-milih teman mahasiswa pribumi yang dapat diajak untuk berkomunikasi. Krisna tidak memiliki kompetensi komunikasi yang lebih baik. Ia menyadari bahwa pengelompokan-pengelompokan yang ia lakukan terhadap mahasiswa pribumi akan mampu menghambat kompetensi komunikasinya, akan tetapi ia tidak mengindahkan hal tersebut. Krisna telalu membuat pertimbangan siapa saja teman dari mahasiswa pribumi yang bisa ia ajak berkomunikasi. Krisna sendiri sebenarnya sudah memiliki motivasi untuk berkomunikasi dengan mahasiswa-mahasiswa pribumi. Namun Krisna sedikit membatasi komunikasi dengan mahasiswa pribumi yang memang tidak bisa di ajak berkomunikasi secara efektif dengan dirinya. Krisna lebih memilih untuk menjauhi mahasiswa-mahasiswa pribumi dengan tipe seperti itu. Meskipun Krisna sering bersama kelompoknya, Krisna masih berkeinginan untuk memenuhi hasrat kebutuhan identitasnya, yaitu kebutuhan yang harus dikomunikasikan dan dipertukarkan dengan mahasiswa pribumi. Krisna mengakui bahwa dirinya senang berkomunikasi dengan mahasiswa pribumi, khususnya ketika bercerita mengenai budaya yang berbeda. Melalui pembicaraan tersebut dapat membantu Krisna untuk mengetahui ranah identitas etnisnya dan semakin menyandarkannya pada tahap etnosentris. Sikap etnosentrisme yang ia miliki masih dalam batas yang wajar saja. Ia hanya berusaha untuk berani membela apa yang menurutnya benar. Universitas Sumatera Utara Krisna mengakui bahwasanya ia cukup sering bertukar informasi akan budaya dengan teman pribuminya. Hasil dari pertukaran informasi tersebut membuatnya sedikit menemukan perbedaan. Menyadari perbedaan kadang mampu memfasilitasi kompetensi komunikasi. Namun, Krisna tidak memanfaatkan keadaan ini, ia lebih memilih untuk menjauhi daripada mendekatinya, sehingga hal-hal seperti ini dapat menghambat kompetensi komunikasinya dengan mahasiswa pribumi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Krisna berada pada tataran conscious incompetence yaitu seseorang mengetahui bahwa ia salah menginterpretasikan perilaku orang lain, namun ia tidak melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Krisna menyadari bahwasanya ia dapat berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa pribumi, dibuktikan dengan ketertarikannya dalam bercerita tentang budaya yang berbeda dengan mahasiswa pribumi. Tetapi karena ketidakcocokan dengan beberapa tipe dari mahasiswa pribumi, menjadikan ia tidak mau melakukan suatu perbaikan guna terciptanya kompetensi komunikasi yang efektif.

IV.3.2.3 Conscious Competence