umumnya berbagi kesamaan-kesamaan homogenitas dalam keseluruhan latar belakang pengalaman mereka daripada orang yang berasal dari budaya yang berbeda Raharjo,
2005: 52-53.
II.3.2 Defenisi Komunikasi Antarbudaya
Kata “budaya” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau “akal”. Kebudayaan itu sendiri diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal. Istilah
“culture”berasal dari kata colere yang artinya adalah mengolah atau mengerjakan, yang dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau
bertani. Kata “colore”, kemudian berubah menjadi culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam Soekamto, 1996: 188.
E.B Taylor, seorang antropolog memberikan defenisi mengenai kebudayaan sebagai suatu yang kompleks yang mencakupi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan-kemampuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Bahkan beliau mengatakan bahwa
kebudayaan mencakupi semua yang didapatkan dan dipelajari dari pola-pola perilakunormatif, artinya mencakup segala cara atau pola berpikir, merasakan dan
bertindak Soekamto, 1996: 189. Sementara itu, komunikasi dalam pengertian secara umum dapat dibagi dari dua
sisi, yaitu secara etimologis dan terminologis. Secara etimologis berasal dari bahasa latin “communis” yang berarti sama makna. Secara terminologis, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain Onong, 2003: 67.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi tidak bisa dipandang sekedar sebagai sebuah kegiatan yang menghubungkanmanusia dalam keadaan pasif, tetapi komunikasi harus dipandang
sebagai proses yang menghubungkan manusia melalui sekumpulan tindakan yang terus menerus diperbaharui Liliweri, 2001: 24.
Dengan demikian, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat
dan perilaku, baik langsung melalui lisan maupun tidak langsung melalui media Onong, 2003: 5.
Dengan pemahaman yang sama, maka komunikasi antarbudaya dapat diartikandidefenisikan melalui bebrapa pernyataan sebagai berikut:
1. Tubbs dan Moss 1996: komunikasi antarbudaya terjadi di antara orang-orang
yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda ras, etnis, sosio-ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan itu.
2. Samover dan Porter 1983, 1994, 2003: komunikasi antarbudaya terjadi
manakala bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai-nilai
yang dianut oleh kelompoknya.
3. Sitaram 1970: komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan saling
pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan intercultural communication : the art of understanding and being understood by the audience
of mother culture.
4. Charley H. Dood 1991: 5: komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang
melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang
mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta Liliweri, 2003: 11.
5. Lustig dan Koester 1993: “Intercultural Communication Competence”, yang
mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses komunikasi simbolik, interpretative, transaksional, konstekstual yang dilakukan oleh sejumlah orang
yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan tertentu, memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam
bentuk perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan Liliweri, 2003: 11.
Seluruh defenisi di atas memberi penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antarbudaya.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi antarbudaya mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai perbedaan- perbedaan maupun persamaan-persamaan di antara peserta peserta komunikasi dengan
karakteristik yang dibawanya. Komunikasi dan kebudayaan mempunyai hubungan timbal balik seperti dua sisi
mata uang. Kebudayaan menjadi bagian perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan
budaya, seperti yang dikatakan oleh Edward T. Hall pada bahasan sebelumnya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma
budaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertical dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. Pada
sisi lain budaya menetapkan norma-norma komunikasi yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.
II.3.3 Dimensi-dimensi Komunikasi Antarbudaya