Kurang Mampu Mengenali Tidak Mampu Mengenali

Rasa sense of belonging yang cukup tinggi juga menjadikan penguat identitas etnis dalam diri mereka. Mereka mengakui bahwa dimanapun mereka berada, mereka akan lebih mencari teman dari etnis Tionghoa terlebih dahulu dibanding teman-teman etnis lain yang berbeda budaya, alasannya karena itu akan lebih membantu mereka untuk lebih percaya diri. Namun, pada dasarnya mereka terbuka kepada setiap orang yang mereka temui. Oleh karena itu rasa sense of belonging yang cukup menjadi salah satu penguat identitas etnis pada keenam informan penelitian. Kemampuan dalam mengenali identitas etnis juga disertai dengan adanya harapan dari keenam orang informan penelitian terhadap etnis Tionghoa. Mereka mempunyai bayangan serta harapan positif terhadap etnis Tionghoa kedepannya. Harapan akan etnis Tionghoa supaya lebih menjadi kelompoketnis yang berbudaya, mempunyai tujuan supaya etnis Tionghoa tetap di lihat besar oleh etnis dan budaya lainnya. Harapan perihal etnis Tionghoa untuk kedepannya, menunjukkan kecintaan mereka terhadap etnis Tionghoa, sehingga akan lebih membuat mereka mampu menggali lebih dalam lagi identitas etnis Tionghoa yang ada pada diri mereka maupun etnis Tionghoa pada umumnya.

IV.2.2.2 Kurang Mampu Mengenali

Peneliti menemukan ada 3 orang informan penelitian yang kurang mampu dalam mengenali identitas etnis yang ada dalam dirinya masing-masing. Mereka mampu mengenali identitas etnis Tionghoa, tetapi hanya secara umum dan tidak dapat menjabarkannya secara lebih detail lagi. Mereka tetap memiliki rasa sense of belonging yang tinggi, akan tetapi mereka tidak mengetahui bagaimana tingkatan rasa sense of Universitas Sumatera Utara belonging yang mereka miliki tersebut. Mereka mengaku cinta terhadap etnisnya, tetapi mereka juga mempunyai rasa kecintaan terhadap masyarakat pribumi yang berasal dari Indonesia. Kedua orang informan memiliki tidak memiliki komitmenyang jelas jika dilahirkan kembali, keduanya menganggap menjadi etnis apapun sama saja, terserah Tuhan saja, menjadikan mereka sebagai etnis apa. Ini menandakan kurangnya komitmen dan rasa kecintaan mereka terhadap identitas etnis yang mereka miliki. Kurang mampu dalam mengenali identitas etnisnya, sehingga membuat mereka juga tidak begitu yakin mengenai bayangan ataupun harapan akan masa depan etnis Tionghoa kedepannya. Ada bayangan akan etnis Tionghoa kedepannya, tetapi tidak ada tindakan yang dilakukan oleh kedua informan dalam rangka pewujudan harapan tersebut.

IV.2.2.3 Tidak Mampu Mengenali

Pada penelitian ini juga ditemukan 3 orang informan penelitian yang tidak mampu dalam mengenali identitas etnis yang ada dalam dirinya masing-masing. Mereka hanya mampu mengenali identitas etnis Tionghoa secara umum dan tidak dapat menjabarkannya secara lebih detail lagi. Ketidakmampuan ketiga orang informan penelitian dalam mengenali identitas etnis yang ada pada diri mereka, kebanyakan di karenakan faktor ketidaksadaran akan identitas yang mereka miliki. Beberapa diantara mereka juga mengatakan bahwa ketidakmampuan dalam mengenali identitas etnis dikarenakan tidak adanya pengajaran dari keluarga akan nilai-nilai norma etnis Tionghoa yang sesungguhnya. Sejak kecil, ketiganya sudah berdomisili di Kota Medan. Identitas etnis yang dapat mereka pegang saat ini hanya sebatas tradisi imlek maupun tradisi Universitas Sumatera Utara menikah. Tidak banyak yang dapat mereka pelajari dari keluarganya masing-masing, dikarenakan keluarga mereka juga tidak menerapkan hal yang seharusnya ada pada etnis Tionghoa. Jadi, selama ini mereka hanya mengatahui nilai-nilai tersebut dari pergaulan dengan teman-teman se-etnis saja. Akan tetapi penerapannya tidak dilaksanakan sepenuhnya. Mereka menganggap nilai-nilai yang mereka miliki umumnya lebih seperti masyarakat pribumi yang ada di Kota Medan, seperti bahasa yang digunakan serta logat Medan yang sedikit keras. Salah seorang informan juga menambahkan bahwa sejak kecil ia sudah hidup di tengah-tengah orang pribumi, mempunyai teman-teman pribumi dan bertempat tinggal di lingkungan yang mayoritas pribumi. Jadi pergaulan yang ia jalani selama ini adalah pergaulan dengan orang-orang pribumi, sehingga identitas etnis yang ia rasakan pada dirinya hanya sebatas warna kulit dan mata yang sipit saja. Rasa sense of belonging yang tidak begitu dimiliki oleh ketiga orang informan penelitian ini menjadikan identitas etnis Tionghoa yang mereka miliki terlihat tidak begitu tinggi. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang sudah mereka dapatkan sejak kecil. Pergaulan dengan masyarakat pribumi sejak kecil dan tidak adanya pengajaran dari keluarga akan nilai-nilai Tionghoa, menjadikan mereka tidak begitu merasakan adanya perasaan sense of belonging. Suatu perkumpulan ataupun organisasi yang dapat menguatkan identitas etnis pun tidak ada di jalani oleh ketiga orang informan ini, jadi kesempatan ataupun ruang untuk melakukan diskusi dengan sesama etnispun tidak ada. Ketidakmampuan dalam mengenali identitas etnisnya, membuat mereka juga tidak mempunyai suatu bayangan ataupun harapan akan masa depan etnis Tionghoa kedepannya. Tidak pernah terfikir mengenai harapan etnis Tionghoa kedepannya. Universitas Sumatera Utara

IV.3 Kompetensi Komunikasi