II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Asuransi
Pengertian asuransi menurut undang-undang tentang usaha asuransi UU Republik Indonesia No. 21992 dalam Salim 2005 adalah sebagai
berikut : 1. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 2.
Yang dimaksud “penanggung” dalam definisi itu adalah suatu badan usaha asuransi yang memenuhi ketentuan UU No. 21992.
Pasal 21 UU No. 21992 menjelaskan bisnis atau bidang usaha perasuransian, usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan
menghimpun melalui
pengumpulan premi
asuransi, memberikan
perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau
terhadap hidup atau meninggalnya seseorang. Di Indonesia
commercial i
nsurance dapat digolongkan menjadi dua yaitu asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Asuransi jiwa bertujuan untuk
memberi jaminan kepada seseorang atau keluarga yang disebabkan oleh kematian, kecelakaan, serta sakit. Sedangkan
a
suransi kerugian bertujuan memberi jaminan kerugian yang disebabkan oleh kebakaran, pencurian,
asuransi laut, dan lain-lain.
2.2. Pengertian Jasa
Terdapat banyak definisi mengenai jasa. Kata jasa service itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi personal service
sampai jasa sebagai suatu produk. Namun beberapa diantaranya yang paling sering digunakan menurut Lupiyoadi 2006 adalah :
1. Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. 2. Jasa adalah sebuah aktivitas ekonomis yang menghasilkan nilai dan
menciptakan manfaat untuk pelanggan pada waktu dan tempat yang spesifik dengan membawa suatu keinginan terjadinya pertukaran atas
kepentingan dari penerima jasa. Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa jasa
atau service merupakan bentuk pelayanan, aktivitas ekonomi, bersifat immaterial, memberikan nilai tambah, memberikan manfaat waktu dan
tempat yang dapat memberikan tingkat kepuasan bagi pelanggan. Maka pemasaran jasa merupakan aktivitas pemasaran yang lebih bersifat intangible
atau tidak dapat dirasakan secara fisik. Di samping itu, produksi jasa cenderung dapat dilakukan secara bersamaan antara konsumen dan penjual
jasa tersebut atau petugas jasa. Tjiptono 1996 mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi
pembeli, yaitu : 1. Intangibility tidak berwujud
Jasa bebeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses,
kinerja performance, atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi
para pelanggan, ketidakpastian dalam pembelian jasa relatif tinggi karena terbatasnya search qualities, yakni karakteristik fisik yang dapat dievaluasi
pembeli sebelum pembelian dilakukan. Untuk jasa, kualitas apa dan bagaimana yang akan diteriman konsumen, umumnya tidak diketahui
sebelum jasa bersangkutan dikonsumsi.
2. Inseparability tidak dapat dipisahkan Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan
jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
3. Variability berubah-ubah Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya
banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan
unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan
perilakunya. 4. Perishability tidak tahan lama
Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang
tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.
5. Lack of Ownership kurangnya kepemilikan Perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang,
konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di
lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas misalnya kamar hotel,
bioskop, jasa penerbagan, pendidikan, dan asuransi.
2.3. Bauran Pemasaran Jasa