H3: Hubungan antara public relations perception dan loyalitas pelanggan dihubungkan oleh brand image.
2.9. Uji Reliabilitas dan Validitas
Menurut Umar 2003, uji kehandalan reliability test adalah suatu pendekatan dilakukan untuk mengukur atas kehandalan dimana responden
termasuk dalam cakupan skala yang sama pada dua waktu yang berbeda dengan kondisi yang dianggap sama. Uji kehandalan dilakukan untuk
mengukur konsistensi dan kehandalan pernyataan-pernyataan dalam kuesioner terhadap variabel. Pengujian kehandalan dilakukan dengan
menggunakan metode C ronbach’s Alpha. Kuesioner sudah dianggap handal,
konsistensi, dan relevan terhadap variabel penelitian apabila memiliki C
ronbach’s Alpha sebesar 0,6 atau lebih. Bila skala dalam kuesioner terbukti dapat diandalkan maka hal ini akan meningkatkan kepercayaan terhadap
keandalan hasil penelitian ini. Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan menggunakan teknik C
ronbach’s Alpha berikut :
∑
………………………………………………………...1 Keterangan :
= reliabilitas instrument K = banyaknya butir pertanyaan
∑ = jumlah ragam butir
= jumlah ragam total Untuk mencari nilai ragam digunakan rumus berikut:
∑
∑
………………………………………………………………2 Keterangan:
= jumlah responden X
= nilai skor yang dipilih Sedangkan uji validitas dilakukan untuk mengukur seberapa baik
konstruk penelitian didefinisikan oleh variabel pengukuran yang digunakan. Uji validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melakukan analisis
faktor berdasarkan variabel-variabel yang ada di dalam penelitian ini. Rumus yang digunakan dalam uji validitas ini sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ √ ∑
∑ ∑
∑
…………………………......................3 Keterangan:
= koefisien validitas yang dicari = jumlah responden
= skor masing-masing pertanyaan X = skor masing-masing pertanyaan
2.10. Structural Equation Modeling SEM
Structural Equation Modeling SEM untuk menguji rangkaian hubungan saling ketergantungan antar variabel terkait dan menguji hipotesis-
hipotesis yang sudah diformulasikan sebelumnya. Teknik SEM merupakan teknik statistik untuk menjelaskan hubungan antara beberapa variabel. Dalam
pelaksanaannya, SEM memeriksa struktur keterkaitan yang dinyatakan dalam serangkaian persamaan. Persamaan-persamaan tersebut menggambarkan
seluruh hubungan di antara konstruk-konstruk variabel independen dan variabel dependen yang terlibat dalam analisis.
Wijanto 2008 menyatakan bahwa SEM mempunyai dua jenis variabel dan dua jenis model. Dua jenis variabel tersebut adalah variabel laten
dan variabel teramati observed variable. Variabel laten merupakan konstruk abstrak yang hanya dapat diamati secara tidak langsung dan tidak sempurna
melalui efeknya pada variabel teramati. Variabel teramati adalah variabel yang dapat diamati atau dapat diukur secara empiris dan sering disebut
sebagai indikator. Pada metode survey dengan menggunakan kuesioner, setiap pertanyaan pada kuesioner mewakili sebuah variabel teramati.
Kemudian dua jenis model dalam SEM adalah model struktural structural model dan model pengukuran measurement model. Model struktural
menggambarkan hubungan-hubungan yang ada di antara variabel-variabel laten. Sedangkan model pengukuran menggambarkan indikator-indikator
sebagai efek atau refleksi dari variabel latennya.
Pengolahan data dengan menggunakan metode SEM dilakukan secara bertahap. Prosedur SEM secara umum akan mengandung tahap-tahap sebagai
berikut : a. Spesifikasi model
Tahap ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural, sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan
berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya. b. Identifikasi
Tahap ini berkaitan tentang kemungkinan diperoleh nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada di dalam model dan kemungkinan persamaan
simultan tidak ada solusinya. c. Estimasi
Tahap ini berkaitan dengan estimasi terhadap model untuk menghasilkan nilai-nilai parameter dengan menggunakan salah satu model estimasi yang
tersedia. Pemilihan metode estimasi yang digunakan seringkali ditentukan berdasarkan karakteristik dari variabel-variabel yang dianalisis.
d. Uji kecocokan Tahap ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan
data. Beberapa kriteria ukuran kecocokan dapat digunakan untuk melaksanakan langkah ini.
e. Respesifikasi Tahap ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji
kecocokan tahap sebelumnya 2.11.
Confirmatory Factor Analysis CFA
Confirmatory Factor Analysis CFA merupakan model pengukuran yang memodelkan hubungan antara variabel-variabel teramati. Hubungan
variabel laten dan variabel teramati bersifat reflektif, dimana variabel-variabel teramati merupakan refleksi dari variabel laten terkait. Penetapan variabel-
variabel teramati yang merefleksikan sebuah variabel laten ditetapkan berdasarkan substansi dari penelitian yang bersangkutan. Kemudian model
pengukuran berusaha untuk mengkonfirmasi apakah variabel-variabel teramati tersebut memang merupakan ukuran atau refleksi yang tepat dari
sebuah variabel laten. Oleh karena itu, analisis model pengukuran ini disebut juga sebagai Confirmatory Factor Analysis CFA. Hasil akhir CFA diperoleh
melalui analisis validitas model pengukuran, uji kecocokan keseluruhan model, dan analisis reliabilitas model.
a. Uji Kecocokan Model Pengukuran Uji kecocokan digunakan untuk mengevaluasi secara umum derajat
kecocokan antara data dengan model. Model pengukuran ini dilakukan dengan memeriksa nilai dari Chi-square dan value-nya, RMSEA,
Standardized RMR, GFI, AGFI, NFI, NNFI, CFI, dan lain-lainnya yang tercetak sebagai umum derajat kecocokan.
b. Analisis Validitas Model Pengukuran Dilakukan dengan memeriksa :
1. Apakah t-value nilai-t dari standardized loading factor λ dari
variabel- variabel teramati dalam model memiliki ≥ 1,96.
2. standardized loading factor λ sari variabel-variabel teramati dalam
model ≥ 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa nilai cut off yang dipilih adalah ≥ 0,50, oleh karena apabila λ 0,50 variabel teramati perlu
dihilangkan. c. Analisis Reliabitas Model Pengukuran
Analisis ini dilakukan dengan menghitung nilai construct reliability CR dan extracted variance VE dari nilai-nilai standardized loading factor
dan error variance melalui rumus-rumus sebagai berikut:
∑ ∑
∑
…………………..4.1
∑ ∑
∑
…………....................4.2
Reliabilitas model yang baik adalah jika: Contruct Reliability ≥ 0,70
dan Variance Extracted
≥ 0,50 2.12.
Model Struktural
Setelah melakukan perhitungan dan analisis terhadap Confirmatory Factor Analysis CFA, maka dapat diukur laten score untuk masing-masing
laten variabel. Analisis model struktural dibentuk dengan menambahkan pernyataan-pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar variabel laten
ke dalam hasil analisis model pengukuran tahap pertama. Analisis terhadap model struktural mencakup :
a. Uji Kecocokan Keseluruhan Model Uji kecocokan ini dilakukan dengan memeriksa apakah nilai dari Chi-
square dan value-nya, RMSEA, Standardized RMR, GFI, AGFI, NFI, NNFI, CFI dan lain-lain yang tercetak sebagai Goodness of Fit Statistics
memenuhi berbagai ukuran-ukuran yang menunjukkan kecocokan yang baik atau tidak.
b. Analisis Hubungan Kausal Melalui t-value dapat dilihat pengaruh antara satu variabel laten dengan
variabel laten lainnya. Ketika t-value ≥ 1,96 maka koefisien lintasan
persamaan struktural adalah signifikan dan hipotesis diterima, sebaliknya ketika t-value
≤ 1,96 maka koefisien lintasan persamaan struktural adalah tidak signifikan dan hipotesis tidak dapat diterima.
2.13. Penelitian Terdahulu