15
IV METODOLOGI
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Resort Senaru, Seksi Pengelolaan Taman Nasional SPTN Wilayah I, TNGR Gambar 7. Secara administratif
berada di Kabupaten Lombok Utara, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian dilaksanakan antara bulan Februari–Juli 2012 dengan rincian perencanaan
penelitian bulan Februari–Maret 2012, pengambilan data lapangan bulan Maret- Mei, pengolahan data dan analisis bulan Mei–Juli 2012.
Gambar 7 Lokasi penelitian di Taman Nasional Gunung Rinjani.
4.2 Alat dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: peta digital kawasan TNGR 1 : 25.000, perlengkapan inventarisasi dan pengukuran
komponen fisik, seperti: kompas, pita ukur, tally sheet, tambang plastik, meteran, thermohigrometer, pHmeter analog, luxmeter, kaca pembesar; perlengkapan untuk
pembuatan herbarium spesimen jamur yaitu keranjang bambu, kantong plastik, kantong kedap udara, label, alkohol, oven; GPS, kamera digital, perangkat lunak
komputer pengolah data IBM SPSS 19, Global Mapper 13.
16
4.3 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan terkait ekologi morel dibagi menjadi faktor biotik dan abiotik. Tumbuhnya tubuh buah morel bergantung pada 3 tiga faktor utama
yaitu iklim, tanah dan vegetasi Folk 2011, Hall et al. 2003, Pilz et al. 2007. Faktor biotik meliputi iklim, tanah dan fisiografi dan faktor biotik terkait dengan
pohon dan vegetasi lain penyusun ekosistem. Variabel pengamatan untuk morel yang akan diambil adalah :
1. Jumlah morel dalam setiap plot pengamatan. Variabel ini akan dipergunakan untuk menduga faktor-faktor lingkungan yang dominan
terkait keberadaan morel dan jumlah tubuh buah. 2. Spesimen dalam beberapa stadia makroskopik fase tubuh buah untuk
melihat masa hiduplifespan tubuh buah. Variabel-variabel pengamatan yang akan diambil dari iklim mikro dan
fitur fisiografi adalah : 1. Suhu dan kelembaban udara serta kelembaban tanah di lantai hutan lokasi
ditemukannya morel.
Variabel diukur
dengan menggunakan
thermohigrometer. Pengamatan dilakukan pada pagi 07.00, siang 12.00 dan sore 17.00 hari untuk mendapatkan rata-rata suhu dan kelembaban
harian. Rata-rata rata-rata suhu dan kelembaban harian dihitung dengan rumus :
2. Intensitas cahaya matahari di lantai hutan. Variabel ini diamati dengan menggunakan luxmeter pada pagi, siang dan sore hari untuk mendapatkan
rata-rata intensitas cahaya matahari harian. Untuk mengetahui seberapa besar intensitas cahaya matahari sebenarnya diukur juga intensitas cahaya
matahari di tempat terbuka sebagai pembanding. 3. Variabel terkait fisiografi seperti ketinggian tempat, kelerengan, arah
lerengaspect. Variabel kelerengan dan aspect diturunkan dari Aster
17
GDEM2 S09E116 resolusi spasial 30m. Variabel ketinggian tempat diukur
langsung menggunakan dua buah GPS yang sudah dikalibrasi. Pengamatan faktor tanah, variabel pengamatan yang akan diambil adalah
sifat fisik, biologi dan kimia. Penentuan sifat-sifat tersebut sebagian dilakukan langsung di lapangan sebagian lagi dilakukan di laboratorium. Sifat-sifat fisik
tanah dan substrat yang diamati seperti tekstur, kelas tekstur, stratifikasi lapisan; sifat-sifat kimia tanah yang diamati seperti pH, kelembaban, hara makro dan hara
mikro C, N, P, Ca dan ketebalan serasah Bergemann Largent 2000. Data vegetasi meliputi struktur dan komposisi vegetasi tinggi pohon,
penutupan tajuk, spesies pohon dominan, basal arealbds, persen penutupan serasah, penutupan tumbuhan bawah termasuk anakan pohon, jumlah tubuh buah
M. aff. deliciosa dan tubuh buah jamur spesies lain dengan musim produksi tubuh
buah yang sama juga dicatat untuk melihat perbedaan faktor tempat tumbuh Knight et al. 2008, Yang 2004.
Data sekunder berupa kondisi curah hujan dan suhu harian dan bulanan dari stasiun pengamatan cuaca terdekat yaitu Pos Pengamatan Curah Hujan
Bayan, Lombok Utara dan Stasiun Klimatologi Kediri, Mataram. Data ini digunakan sebagai pembanding analisis.
4.4 Pengumpulan Data