Tanah The Ecology of Rinjani Morel Mushroom (Morchella aff. deliciosa) in Gunung Rinjani National Park-West Nusa Tenggara

18 buah morel. Sampel tanah utuh diambil pada kedalaman hingga 10cm. Pengambilan data mulai dilakukan ketika pada pengamatan awal telah ditemukan tubuh buah morel. Pada waktu tersebut bisa dikatakan telah masuk musim produksi tubuh buah untuk morel. Pengamatan dilakukan selama seminggu kemudian dilanjutkan lagi seminggu berikutnya untuk mendapatkan fase pertumbuhan yang lengkap tubuh buah morel. Penentuan hari pengamatan dilakukan selama musim tumbuh M. aff. deliciosa bulan April–Juni, Rianto et al. 2011. Sebagai pembanding dilakukan pengamatan faktor-faktor ekologi jamur spesies lain yang ditemukan pada ketinggian yang berbeda, pada lokasi lain yang tidak pernah ditemukan adanya morel Rinjani termasuk pengambilan sampel tanah utuh untuk analisis di laboratorium. Variabel-variabel penduga ditabulasikan seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Variabel-variabel faktor ekologi penduga tumbuhnya M. aff. deliciosa No Variabel Ket 1 Morel Jumlah individu, fase tubuh buah 2 Suhu udara Thermohigrometer digital 3 Kelembaban udara Thermohigrometer digital 4 Kelembaban tanah Higrometer analog 5 Ketinggian tempat Altimeter 6 Kelerengan ASTER GDEM2 S09 E116 7 Arah kelerengan aspect ASTER GDEM2 S09 E116 8 Basal arealbds Pita ukur m 2 ha 9 Intensitas cahaya matahari Luxmeter analog 10 pH tanah pH meter tanah analog 11 Tekstur tanah Analisis di lab. tanah 12 Kadar C, N, P, Ca tanah Analisis di lab. tanah 4.5 Analisis Data 4.5.1 Faktor Vegetasi Deskripsi habitat khususnya karakter vegetasi digambarkan berdasarkan hasil analisis vegetasi yaitu kerapatan, frekuensi dan dominansi spesies yang ditunjukkan oleh besaran Indeks Nilai Penting INP. Menurut Sutisna 1981 suatu jenis pohon dapat dikatakan berperan jika mempunyai INP lebih dari 15. Rumus-rumus yang digunakan untuk analisis vegetasi sebagai berikut : 19 Satuan K adalah individuha, KR adalah , D adalah m 2 ha, DR adalah , FR adalah . Indeks Shannon-Wiener H’ digunakan untuk mengetahui tingkat keanekaragaman pada lokasi morel dan bukan morellokasi pembanding. Perhitungan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener sebagai berikut : dimana : H’ = indeks diversitas Shannon S = jumlah jenis Pi = proporsi jumlah individu ke-i niN Uji t statistik Indeks Shannon-Wiener dikerjakan untuk membuktikan apakah nilai H’ pada lokasi morel sama dengan H’ lokasi bukan morel. Perhitungan uji t menggunakan rumus dan langkah-langkah sebagai berikut : Menghitung varian Indeks Shannon-Wiener :  p   p 20 Menghitung nilai t : Menghitung derajat bebas : Hipotesis : H : tidak terdapat perbedaan Indeks Shannon-Wiener antara lokasi morel dan bukan morel H 1 : terdapat perbedaan Indeks Shannon-Wiener antara lokasi morel dan bukan morel Kriteria uji : H diterima jika t hitung t tabel H ditolak jika t hitung t tabel Tingkat kesamaan komunitas antara lokasi ditemukan morel dengan lokasi pembanding dihitung dengan menggunakan indeks Morisita-Horn MI. Nilai indeks Morisita-Horn berkisar antara 0–100, semakin besar nilai semakin besar tingkat kesamaan komunitas antara kedua lokasi. Rumus untuk menghitung indeks kesamaan Morisita-Horn sebagai berikut : MI jk  2  p ij . p ik 2 ij 2 ik x 100 Keterangan : MI jk = persen komunitas antara habitat j dengan habitat k p ij = proporsi individu jenis i pada habitat j p ik = proporsi individu jenis i pada habitat k

4.5.2 Analisis Korelasi

Variabel lingkungan di habitat alam dapat berdiri sendiri atau serentak dalam mempengarusi keberadaan suatu spesies. Faktor-faktor lingkungan dapat