pembanding. Dengan kata lain tidak ada tingkat perbedaan keanearagaman spesies pohon antara lokasi ditemukan morel dengan lokasi tidak ditemukan morel.
Berdasarkan perhitungan
indeks kesamaan
Morisita-Horn Lampiran
6 didapatkan nilai sebesar 83,40 atau tingkat kesamaan komunitas antara lokasi
ditemukan morel dengan lokasi pembanding cukup besar. Berdasarkan uji korelasi Pearson Lampiran 11, kerapatan pohon berpengaruh sangat nyata terhadap
jumlah tubuh buah morel Rinjani taraf kepercayaaan 99. Hal ini mendukung pernyataan sebelumnya bahwa jumlah tubuh morel berkorelasi terhadap suhu,
kelembaban udara dan intensitas cahaya. Ketiga faktor tersebut dipengaruhi oleh kerapatan pohon.
5.3 Faktor Dominan Komponen Ekologi
Hasil pengujian normalitas Lampiran 7 menunjukkan bahwa nilai Skewness-Kurtosis masih berada diantara -2 dan +2. Berdasarkan histogram
distribusi data terlihat sebaran data mempunyai kurva yang dapat dianggap berbentuk lonceng atau data berdistribusi normal. Deteksi normalitas berdasarkan
terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan model regresi memenuhi
asumsi normalitas. Hasil analisis regresi berganda menggunakan metode Enter Lampiran 9
menunjukkan nilai VIF semua variabel lebih besar dari 1 dan di bawah nilai 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi kolinearitas di antara variabel-
variabel yang diujikan . Berdasarkan nilai signifikansi masing-masing variabel, hanya variabel
intensitas cahaya matahari yang berpengaruh secara nyata terhadap jumlah tubuh buah morel yang ditemukan. Dengan nilai F hitung sebesar 14,652 dan nilai
p=0,000 lebih kecil dari taraf nyata 0,05, variabel intensitas cahaya berpengaruh pada jumlah individu morel pada taraf kepercayaan 95. Output analisis regresi
linear berganda dengan metode Stepwise menghasilkan output yang sama Lampiran 9 dan Lampiran 10. Berdasarkan hasil tersebut persamaan regresi
yang didapatkan sebagai berikut :
Model tersebut hanya berlaku pada kisaran data yang ada, yaitu intensitas cahaya pada kisaran 490,00-620,00 lux. Berdasarkan nilai galat kuadrat jumlah
yang lebih kecil dari pada standar deviasi variabel intensitas cahaya matahari dan nilai R sebesar 0,890 maka dapat dikatakan bahwa model regresi ini cukup bagus
dalam memprediksi jumlah individu morel atau sekitar 89,0 jumlah tubuh buah morel yang ditemukan dapat ditentukan oleh intensitas cahaya, sedangkan sisanya
21,0 ditentukan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Namun variabel-variabel lain meskipun tidak terbukti nyata dalam menentukan jumlah
tubuh buah morel yang ditemukan, pada penelitian ini, variabel-variabel lain tersebut tetap mempunyai pengaruh. Variabel-variabel lingkungan di habitat alam
dapat secara sendiri atau secara simultan mempengaruhi suatu spesies Odum 1993. Koefisien korelasi negatif menandakan bahwa semakin besar intensitas
cahaya matahari yang diterima lantai hutan semakin sedikit jumlah tubuh buah morel yang tumbuh, dalam batasan intensitas cahaya. Koefisien regresi 0,014 di
atas menunjukkan bahwa setiap penambahan satu satuan intensitas cahaya akan menurunkan jumlah tubuh buah morel yang dapat tumbuh sebesar 0,014.
5.4 Kondisi Morel Rinjani