Kandungan P di dalam Tanah

oksidahidusoksida dari Fe III dan Al, bahan organik, alofan dan kalsit Leiwakabessy, Wahjudin, dan Suwarno, 2003.

2.5.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retensi P di dalam Tanah

Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi P menurut Tisdale et al. 1999 yaitu sifat dan jumlah komponen tanah, yaitu adanya hidrus oksida dari Fe dan Al, tipe liat, kadar liat, koloid amorf, dan kalsium karbonat. Selai itu, adanya pengaruh pH, pengaruh kation, pengaruh anion, tingkat kejenuhan kompleks absorpsi, suhu, dan waktu reaksi.

2.5.6. Kehilangan Fosfor dari Tanah

Hilangnya fosfor dari tanah dapat terjadi melalui mekanisme panen, yaitu jumlah unsur hara di dalam hasil panen tergantung besarnya panen dan kadar hara. Sehingga jumlah yang hilang melalui panen tergantung dari produksi tanaman dan jumlah yang dikembalikan ke lahan. Selain itu, kehilangan P dapat terjadi melalui pencucian, kadar fosfat di dalam larutan tanah sangat kecil, sehingga walaupun terjadi drainase pencucian terhadap P juga sangat kecil. Kehilangan P melalui penguapan sampai saat ini dapat diabaikan. Sedangkan kehilangan P melalui erosi dapat terjadi di dalam tanah terdapat dalam bentuk yang relatif sukar larut, karena fosfat yang diberikan dalam pupuk segera diikat oleh tanah menjadi bentuk yang sukar larut Tisdale et al., 1999.

2.6. Kalium

Kalium merupakan unsur hara paling dibutuhkan tanaman setelah nitrogen dan fosfor. Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk ion K + , dan dijumlahkan dalam berbagai kadar di dalam tanah. Bentuk dapat ditukar atau bentuk tersedia bagi tanaman biasanya dalam bentuk pupuk K yang larut dalam air, seperti KCl, K 2 SO 4 , KNO 3 , K-Mg-Sulfat dan pupuk-pupuk majemuk. Kalium yang cukup dalam tanaman menghasilkan bahan terlarut buah tinggi Rubatzky dan Yamaguchi 1999, sangat berpengaruh besar terhadap proses- proses fisiologi tanaman Sutandi dan Leiwakabessy, 2004. Kekurangan K pada tanaman maka yang akan terjadi adalah terjadi translokasi K dari bagian-bagian tua ke bagian-bagian yang muda atau dari bagian bawah bergerak ke bagian ujung tanaman Tisdale et al., 1999. Unsur kalium memegang peranan relatif banyak dalam kehidupan tanaman, transportasi unsur hara dari akar ke daun, maupun dalam proses kerja berbagai enzim pertumbuhan Masdar, 2003. Tanah-tanah di daerah tropik basah termasuk Indonesia umumnya mempunyai kandungan K sangat rendah. Kalium tanah berasal dari dekomposisi mineral primer, yang ketersediaannya kecil. Berdasarkan ketersediaannya bagi tanaman K-tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu K tidak dapat dipertukarkan non-exchangeable, yaitu K-mineral yang pelepasannya lambat dan K-difiksasi oleh mineral tipe liat 2 : 1 seperti vermikulit, mineral intergrade, illit hidus mika dan khlorit biasanya lebih aktif dan lebih cepat dilepaskan, sedangkan K dapat dipertukarkan exchangeable yaitu bentuk K tersedia dan merupakan bentuk yang labil yang cepat tersedia readily available serta ada yang lambat tersedia relatif tersedia, dan bentuk terakhir yaitu K-larutan, tanaman menyerap k dalam bentuk larutan.

2.6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan K bagi Tanaman

Faktor-faktor yan mempengaruhi ketersediaan K bagi tanaman antara lain faktor tanah seperti jenis mineral liat, Kapasitas Tukar Kation KTK, jumlah K- dapat dipertukarkan, kapasitas untuk fiksasi K, K-lapisan bawah dan kedalaman perakaran, kelembaban tanah, aerasi, suhu tanah, reaksi tanah, pengaruh Kalsium dan Magnesium, pengaruh unsur lain dan pengaruh pengolahan tanah. Sedangkan faktor tanaman yang mempengaruhi ketersediaan K , antara lain kapasitas tukar kation akar, sistem perakaran, varietas atau hibrida, populasi tanaman dan jarak tanam, tingkat produksi, faktor waktu, dan konsumsi mewah atau pengambilan K melampaui kebutuhan tanpa penambahan produksi.

2.7. Tanaman Tomat Lycopersicon esculentum Mill.

Tomat Lycopersicon esculentum Mill adalah salah satu jenis sayuran yang banyak digemari orang, sudah lama dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Tomat termasuk sayuran yang dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tetapi biasa dibudidayakan dengan baik di dataran tinggi Rudiyanto, 2003.