Inceptisol Bahan Organik TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

pendaurulangan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik IASA dalam Dimyati, 2002. Pertanian organik sebaiknya menggunakan pupuk organik dari bahan yang aman contohnya pupuk organik dari kotoran ternak yang tidak berasal dari factory farming. Factory farming adalah sistem industri peternakan yang sangat bergantung pada penggunaan input pangan dan obat-obatan yang tidak diijinkan dalam sistem pertanian organik Hartatik dan Setyorini, 2007. Hal tersebut terangkum dalam prinsip pertanian organik yaitu lahan untuk budidaya harus bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida, menghindari benihbibit hasil rekayasa genetik atau Genetically Modified Organism GMO, menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh, menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis pada pakan ternak sebagai kotoran, penanganan pascapanen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang alami SNI No. 01-6729-, 2002. Hal ini mendorong terutama produsen pangan untuk menghasilkan produk yang diinginkan oleh konsumen seperti aman dikonsumsi food safety attributes, memiliki kandungan nutrisi yang tinggi nutritional attributes, dan ramah lingkungan eco-labelling attributes. Produk pangan yang memiliki ketiga atribut tersebut adalah produk yang dihasilkan dari sistem pertanian organik Sulaeman, 2008.

2.2. Inceptisol

Inceptisol menurut Sistem Taksonomi Tanah 1999 adalah tanah yang mempunyai epipedon umbrik, dengan kejenuhan basanya kurang dari 60, dan mempunyai horizon penciri kambik. Tanah Inceptisols di daerah humid umumnya mempunyai kandungan liat cukup tinggi 37-78, pH masam hingga agak masam pH 4,6-5,5, kandungan bahan organik rendah hingga sedang, P-HCl rendah hingga tinggi, dan K-HCl sangat rendah hingga sedang. Jumlah basa-basa dapat ditukar tergolong sedang sampai tinggi dengan kompleks adsorpsi didominasi oleh kation Ca dan Mg. KTK pada lapisan atas sebagian besar sedang sampai tinggi dan kejenuhan basanya umumnya tinggi sampai sangat tinggi Subagyo et al., 2000 dalam Nursyamsi et al., 2002. Dengan demikian, secara umum tanah Inceptisol mempunyai tingkat kesuburan sedang hingga tinggi.

2.3. Bahan Organik

Definisi pupuk organik menurut Peraturan Menteri Pertanian No.28PermentanSR.13052009 tentang pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman danatau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami danatau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, kotoran, sisa panen jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa, limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan baku pertanian, dan limbah kota yang berasal dari tanaman. Sebagai contoh bahan organik dari tanaman adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006. Tanaman kirinyu Chromolaena odorata juga dapat digunakan sebagai bahan organik Tjitrosemito, 1996. Tanaman lain yang juga dapat digunakan sebagai bahan organik adalah paitan Tithonia diversifolia Hartatik, 2007. Adapun yang berasal dari hewan yang dapat digunakan sebagai bahan organik, yaitu seperti kotoran ayam, kotoran kambing, kotoran sapi, kotoran babi, dan kotoran kuda Hartatik dan Widowati, 2006. Pupuk kandang adalah sumber beberapa hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Bagi tanaman tertentu kebutuhan hara untuk pertumbuhannya dipenuhi dari kotoran. Penggunaan kotoran sudah dilakukan petani sejak lama, tapi penggunaannya dalam jumlah besar menimbulkan kesulitan dalam sumber penyediaan, pengangkutan, dan aplikasinya Hartatik dan Widowati, 2006. Pupuk kandang ayam sebagai salah satu sumber bahan organik mengandung unsur hara P yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Pada kotoran ayam tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam dari alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara kedalam pukan. Kandungan hara dalam pupuk kandang ayam ini sangat dipengaruhi oleh konsentrat yang diberikan. Pupuk kandang ayam lebih cepat terdekomposisi dan mempunyai kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya, sehingga dalam beberapa hasil penelitian pupuk kandang ayam menunjukkan respon yang baik terhadap tanaman Hartatik dan Widowati, 2006. Adapun pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang khas, berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan proses penyediaan hara. Nilai rasio pupuk kandang kambing masih diatas 30 sehingga dalam penggunaannya akan lebih baik jika dikomposkan terlebih dahulu Hartatik dan Widowati, 2006. Pupuk organik berupa kombinasi kotoran dan hijauan Tithonia serta Kirinyu Chromolaena odorata dapat meningkatkan hara dalam tanah. Hijauan Tithonia mengandung hara P dan K relatif tinggi, mudah tumbuh, murah, dan banyak terdapat di sekitar lokasi lahan budidaya organik. Hijauan Tithonia berpotensi sebagai sumber N, P,dan K bagi tanaman. Hijauan Tithonia mengandung 3,5 N, 0,37 P, dan 4,10 K Hartatik, 2007. Tanaman kirinyu Chromolaena odorata menghasilkan biomas yang berlimpah sehingga dapat menyumbang bahan organik dalam tanah Tjitrosemito, 1996. Bahan organik tersebut dapat diperkaya dengan bahan amelioranpembenah tanah alami yang diperbolehkan dalam budi daya pertanian organik seperti fosfat alam dan dolomit. Bahan amelioran dapat mengantisipasi apabila terjadi kahat hara P pada tanah yang tidak dapat diatasi hanya dengan penambahan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak saja. Bahan mineral seperti dolomit, dan fosfat alam diharapkan dapat meningkatkan kadar hara dalam pupuk organik Hartatik dan Setyorini, 2006. Pada dasarnya, kandungan unsur hara dalam bahan organik relatif kecil dan lambat tersedia. Penggabungan beberapa bahan organik yang memiliki komposisi fisik, kimia dan biologi yang sangat bervariasi tersebut diharapkan mampu mensuplai hara bagi tanaman, walaupun manfaatnya bagi tanaman umumnya tidak secara langsung sehingga respon tanaman relatif lambat. Selain itu, kandungan hara bahan organik yang cukup di dalam tanah mampu mempertahankan kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah yaitu dengan pengembalian sisa panenserasah tanaman ke dalam tanah dalam bentuk segar atau dikomposkan terlebih dahulu.

2.4. Nitrogen