I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Tingkat kesadaran masyarakat akan pola hidup dan lingkungan yang sehat akhir-akhir ini semakin meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
dan pendidikan masyarakat akan pentingnya kesehatan yang semakin membaik. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari kecenderungan masyarakat untuk memilih
produk-produk yang bersifat alami, sehat, bergizi, aman, serta bebas dari bahan- bahan kimia berbahaya.
Salah satu alternatif menghindari efek negatif dari bahan-bahan kimia sintesis dan penggunaan hormon tumbuh bagi kesehatan manusia dan lingkungan,
berkembanglah produk-produk organik yang dipengaruhi oleh arah kebijakan pemerintah yang mencanangkan program “Go Organic 2010”, dukungan dari
industri pengolahan pangan, daya serap dari pasar modern supermarket terhadap produk organik yang mencapai 50, dan adanya harga premium atau harga tinggi
ditingkat konsumen yang bersedia membayar lebih mahal Setyorini dan Husnain, 2004.
Permintaan pasar akan produk pertanian organik tersebut dibeberapa negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan Singapura, kemajuannya mencapai
lebih dari 20 setiap tahunnya FAO, 1999 dalam Rosita, 2007. Tingginya permintaan produk organik di negara maju, mendorong negara berkembang untuk
memanfaatkan peluang tersebut dengan cara mempercepat dan memacu peningkatan areal pengembangan dan produksi pertanian organik.
Proses produksi dalam pertanian organik sebaiknya menganut sistem produksi tertutup closed system dan menghindari penggunaan bahan-bahan
kimia sintetis seperti pupuk kimia dan pestisida. Pupuk atau bahan organik yang disediakan dalam praktek budidaya pertanian organik memiliki sumber bahan
yang sangat beranekaragam, seperti bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman menurut Suriadikarta dan Simanungkalit 2006 umumnya sedikit
mengandung bahan yang berbahaya. Karakteristik atau sifat fisik maupun kimia pupuk organik berbeda-beda
tergantung dari sumber bahan tersebut berasal, hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap lahan dan tanaman yang ditanam. Sehingga, penggunaan bahan organik
untuk jangka panjang adalah yang dapat meningkatkan produksi tanaman dan kualitas lahan secara berkelanjutan atau dapat meningkatkan produktivitas lahan
dan mencegah terjadinya degradasi lahan Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006. Bahan organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi
butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan
suhu tanah. Bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting antara lain penyediaan hara makro N, P, K, Ca, Mg, dan S dan mikro seperti Zn, Cu, Mo,
Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang
telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang. Bahan organik juga dapat meningkatkan kapasitas tukar kation KTK tanah
Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006. Bahan organik seperti pangkasan daun tanaman, kotoran ternak, sisa
tanaman, sampah organik yang telah dikomposkan serta bahan pembenah tanah amelioran merupakan sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Sumber hara yang
disediakan antara lain nitrogen, fosfor, dan kalium. Nitrogen yang diserap oleh tanaman dalam bentuk nitrat NO
3 -
dan amonium NH
4 +
. Peranan nitrogen dalam tanaman sangat penting terutama pada fase pertumbuhan vegetatif untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang
memadai sebelum pembungaan. Selain itu, nitrogen berperan pada pembentukan protein, pertumbuhan dan memberikan warna hijau yang sehat pada daun
Rismunandar, 1990. Fosfor sebagai unsur utama bersama-sama dengan nitrogen dan kalium
namun diabsorpsi oleh tanaman dalam jumlah kecil dari kedua unsur tersebut. Tanaman mengabsorpsi P dalam bentuk ion orthofosfat primer, H
2
PO
4 -
dan sebagian kecil dalam bentuk sekunder, HPO
4 2-
, Tanaman dapat juga mengabsorpsi fosfat dalam bentuk P-organik seperti asam nukleik dan phytin. Fosfat diperlukan
tanaman untuk pertumbuhan biji dan banyak dijumpai di dalam buah, serta memperbesar pertumbuhan akar Leiwakabessy et al., 2003.
Kalium merupakan unsur hara mineral paling banyak dibutuhkan tanaman setelah nitrogen dan fosfor. Kalium diabsorpsi oleh tanaman dalam bentuk ion K
+
.
Berbeda dengan N, S, P dan beberapa unsur lain, kalium tidak dijumpai di dalam bagian tanaman namun berfungsi sebagai katalisator. Kalium berperan terhadap
peristiwa-peristiwa fisiologis antara lain seperti fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis protein, dan lain-lain Foth, 1990.
1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian beberapa bahan organik terhadap pertumbuhan dan serapan N, P, dan K tanaman
tomat dan kailan yang ditanam secara tumpangsari dalam sistem pertanian organik.
1.3. Hipotesis
Pemberian beberapa bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan serapan N, P, dan K tanaman tomat dan kailan serta produksinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik