Tujuan PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

pendaurulangan unsur hara dari bahan-bahan organik, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat serta menghindarkan penggunaan pupuk dan pestisida sintetik IASA dalam Dimyati, 2002. Pertanian organik sebaiknya menggunakan pupuk organik dari bahan yang aman contohnya pupuk organik dari kotoran ternak yang tidak berasal dari factory farming. Factory farming adalah sistem industri peternakan yang sangat bergantung pada penggunaan input pangan dan obat-obatan yang tidak diijinkan dalam sistem pertanian organik Hartatik dan Setyorini, 2007. Hal tersebut terangkum dalam prinsip pertanian organik yaitu lahan untuk budidaya harus bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida, menghindari benihbibit hasil rekayasa genetik atau Genetically Modified Organism GMO, menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh, menghindari penggunaan pestisida kimia sintetis, menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan aditif sintetis pada pakan ternak sebagai kotoran, penanganan pascapanen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang alami SNI No. 01-6729-, 2002. Hal ini mendorong terutama produsen pangan untuk menghasilkan produk yang diinginkan oleh konsumen seperti aman dikonsumsi food safety attributes, memiliki kandungan nutrisi yang tinggi nutritional attributes, dan ramah lingkungan eco-labelling attributes. Produk pangan yang memiliki ketiga atribut tersebut adalah produk yang dihasilkan dari sistem pertanian organik Sulaeman, 2008.

2.2. Inceptisol

Inceptisol menurut Sistem Taksonomi Tanah 1999 adalah tanah yang mempunyai epipedon umbrik, dengan kejenuhan basanya kurang dari 60, dan mempunyai horizon penciri kambik. Tanah Inceptisols di daerah humid umumnya mempunyai kandungan liat cukup tinggi 37-78, pH masam hingga agak masam pH 4,6-5,5, kandungan bahan organik rendah hingga sedang, P-HCl rendah hingga tinggi, dan K-HCl sangat rendah hingga sedang.