Penghayatan  Pengalaman  Pancasila,  gotong  royong,  pangan,  sandang,  papan, perumahan  dan  tata  laksana  rumah  tangga,  pendidikan  dan  keterampilan,
kesehatan,  mengembangkan  kehidupan  berkoperasi,  kelestarian  lingkungan  dan perencanaan sehat.
Pendidikan  merupakan  salah  satu  unsur  penting  dalam  kesejahteraan masyarakat.  Pendidikan  merupakan  alat  untuk  dapat  meningkatkan  produktivitas
yang  pada  gilirannya  akan  memperkecil  angka  kemiskinan  ekonomi.  Dengan pendidikan  yang  cukup  maka  masyarakat  akan  mengetahui,  melayani,
memikirkan,  mengakses  unsur  makanan  dan  gizinya,  mengenali  air  dan sanitasinya,  mengenali  kesehatnnya,  tempat  tinggalnya,  yang  kemudian  secara
otomatis  akan  meningkatkan  produktivitasnya,  mengurangi  keinginan  jumlah anaknya  dan  meningkatkan  umur  harapan  hidupnya.  Keadaan  masyarakat
demikian  akan  meningkat  integrasinya  kepada  Kegiatan  pembangunan  secara sektoral dan meningkatkan kesejahteraannya Suparman, et al., 1992.
2.4     Partisipasi Masyarakat
Menurut  Afiff  1992  dalam  Aziz  2006  secara  umum  partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan yang dimulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Partisipasi  sering  pula  diterjemahkan  sebagai  kerelaan  masyarakat  untuk
menerima  ganti  rugi  meskipun  dalam  musyawarah  tidak  terjadi  kesepakatan, kerelaan  berkorban  untuk  orang  banyak,  kesediaan  untuk  menerima  kehadiran
sebuah proyek. Secara  garis  besar  partisipasi  dapat  dibagi  menjadi  dua  bentuk,  yaitu
partisipasi  pasif  dan  partisipasi  aktif.  Partisipasi  pasif  dapat  dilihat  dari  kegiatan masyarakat  yang  secara  tidak  langsung  menunjang  keberadaan  hutan  secara
lestari, sebagai contoh adalah para pedagang pengumpul kayu, dimana kelestarian usahanya ditentukan oleh kontinuitas produksi dari hutan. Partisipasi pasif ini juga
akan  sangat  membantu  eksistensi  pengusahaan  hutan  yang  sehat    di  daerah setempat. Partisipasi aktif adalah masyarakat yang secara langsung terlibat dalam
kegiatan  pengelolaan  hutan.  Tingkat  keterlibatan  masyarakat  dalam  kegiatan kehutanan  tersebut  dapat  dibagi  menjadi  3  kelompok.  Sesuai  dengan  derajat
partisipasinya  dapat  diturunkan  dari  derajat  terendah  sampai  tertinggi  yaitu
kelompok yang hanya terlibat dalam pelaksanaan, kelompok yang terlibat sampai tingkat  perencanaan,  serta  kelompok  yang  terlibat  sampai  tingkat  pengambilan
keputusan Hardjanto, 2003 dalam Muzakir, 2006. Menurut  Soetrisno  1995  dalam  Aziz  2006,  terdapat  beberapa
permasalahan sosial politik yang menghambat partisipasi rakyat yaitu: 1.
Pembangunan  dipandang  sebagai  suatu  ideologi,  sehingga  sulit  dikritik lebih-lebih dikaji ulang dalam mencari alternatifnya.
2. Adanya  aparat yang bertugas menjaga pembangunan dengan ketat seperti
halnya  menjaga  ideologi,  dengan  demikian  masyarakat  menjadi  enggan membicarakan  pembangunan  secara  kritis  dan  terbuka  sehingga
pemerintah sulit mendapatkan feedback dari masyarakat. 3.
Rakyat  yang  cenderung  memiliki  sifat  tertutup  ditambah  lagi  sifat  aparat yang cenderung reaktif.
4. Pengaruh perbedaan bangsa.
Lebih  ditegaskan  lagi  bahwa  partisipasi  rakyat  dalam  kegiatan pembangunan bukanlah mobilisasi dalam pembangunan. Partisipasi rakyat dalam
pembangunan  adalah  kerjasama  antara  rakyat  dengan  pemerintah  dalam merencanakan, melaksanakan dan membiayai pembangunan.  Pembangunan harus
merupakan suatu kewajiban moral dari seluruh bangsa, bukan ideologi baru yang harus  diamankan.  Untuk  membangkitkan  partisipasi  rakyat  dalam  pembangunan
diperlukan  sikap  toleransi  dari  aparat  pemerintah  terhadap  kritik  dan  lain-lain, karena  kritik  tersebut  merupakan  salah  satu  bentuk  dari  partisipasi  Muzakir,
2006. 2.5
Persepsi Masyarakat
Persepsi  pada  hakikatnya  adalah  pandangan,  interpretasi,  penilaian, harapan  dan  atau  aspirasi  seseorang  terhadap  objek,  persepsi  dibentuk  melalui
serangkaian proses  kognisi yang diawali dengan menerima rangsanganstimulus dari  objek  oleh  indera  mata,  hidung,  telinga,  kulit  dan  mulut  dan  dipahami
dengan  inetrpretasipenaksiran  tentang  objek  yang  dimaksud.  Jadi  persepsi merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari suatu objek. Respon ini
berkaitan  dengan  penerimaan  atau  penolakan  oleh  individu  terhadap  objek  yang dimaksud. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor intern yang ada dalam individu
tersebut.  Bakat,  minat,  kemauan,  perasaan,  fantasi,  kebutuhan,  motivasi,  jenis kelamin,  umur,  kepribadian,  kebiasaan  serta  sifat  lain  yang  khas  dimiliki  oleh
seseorang. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti  pendidikan,  lingkungan  tempat  tinggal,  suku  bangsa  dan  lainnya
Harihanto, 1988 dalam Insusanty, 2003. Menurut  Calhoun  dan  Acocella  1990  dalam  Insusanty  2003,  persepsi
yang kita kenal memiliki 3 dimensi yang sama yang menandai konsep diri: 1.
Pengetahuan  adalah  apa  yang  kita  ketahui  kita  anggap  tahu  tentang prediksi  lain-wujud  lahiriah,  perilaku,  masa  lalu,  perasaan,  motif  dan
sebagainya. 2.
Pengharapan  adalah  gagasan  kita  tentang  orang  itu  menjadi  apa  dan melakukan apa.
3. Evaluasi adalah kesimpulan tentang seseorang didasarkan pada bagaimana
seseorang  menurut  pengetahuan  kita  tentang  mereka  memenuhi pengharapan kita tentang dia.
2.6  Analisis SWOT