Tingkat Pendapatan Masyarakat Kesejahteraan Masyarakat Desa Binaan PT. Ratah Timber

pertanyaan pendapat responden tentang manfaat Kegiatan PMDH dan manfaat kegiatan IUPHHK-HA bagi mereka serta pendapat masyarakat tentang bagaimana pemenuhan kebutuhan mereka akan hasil hutan. Kriteria pengukuran persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35 Hasil Pengukuran Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Kegiatan PMDH No. Manfaat yang diperoleh masyarakat Persepsi Masyarakat Skor 1 2 3 Manfaat Kegiatan PMDH Manfaat Kegiatan IUPHHK-HA PT. Ratah Timber Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat akan Hasil Hutan Bermanfaat Bermanfaat Terpenuhi 1 1 1 Total Skor 3 Tabel 35 menunjukkan bahwa total skor hasil pengukuran persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH adalah 3, skor tersebut berada diantara selang 2-4, artinya persepsi masyarakat terhadap manfaat kegiatan PMDH termasuk sedang.

5.2.4 Kesejahteraan Masyarakat Desa Binaan PT. Ratah Timber

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 69Kpts-II1995, salah satu tujuan dari kegiatan PMDH adalah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Bruton 1992, kesejahteraan ditentukan oleh tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan.

1. Tingkat Pendapatan Masyarakat

Sumber pendapatan responden dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan usahatani dan non usahatani. Sumber pendapatan usahatani berasal dari tanaman pertanian semusim yaitu berupa lahan kering tanaman padi, perkebunan, hortikultura, perikanan dan hasil-hasil hutan rotan dan kayu. Sumber pendapatan non usahatani antara lain bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS, guru honor, karyawan perusahaan, berburu, tukang bangunan, tukang kayu dan sebagai tukang urut. Sumber pendapatan keluarga dari usaha lahan kering sebagian besar dilakukan dengan sistem perladangan yaitu menanam padi. Tujuan dari kegiatan perladangan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Disamping penghasil padi, ladang juga menghasilkan tanaman lain untuk menambah ketahanan pangan keluarga, antara lain tanaman hortikultura, palawija, dan tanaman pangan lainnya secara tumpang sari. Jenis-jenis tanaman hortikultura yang ditanam adalah kacang panjang, sayur-sayuran dan jenis lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih tergantung kepada alam. Pola kehidupannya masih sangat mengandalkan sumber-sumber alam dan mata pencahariannya sangat terbatas pada kemungkinan-kemungkinan yang disediakan oleh alam. Tahapan pembukaan lahan dalam sistem perladangan adalah sebagai berikut: pembukaan ladang baru, tahap pembakaran dan pembersihan, tahap penanaman, tahap pemeliharaan, serta tahap pemanenan. Produktivitas usahatani sangat dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, benih, pemupukan, pestisida. Sumber tenaga kerja terutama untuk usahatani pada umumnya diperoleh dari curahan tenaga kerja keluarga. Untuk tenaga tertentu menggunakan tenaga kerja dari luar keluarga. Dalam perhitungan biaya produksi, upah tenaga kerja dihitung berdasarkan HOK yaitu rata-rata 8 jam kerja. Upah tenaga kerja 1 HOK adalah Rp 20.000,00- Rp 25.000,00. Pemilihan benih yang ditanam di ladang lebih didasarkan pada tradisi secara turun-temurun dari nenek moyang masyarakat, yaitu benih lokal. Benih lokal ini lebih disukai oleh masyarakat karena lebih cocok untuk kondisi lingkungan setempat. Disamping itu juga lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Kegiatan pemupukan merupakan salah satu kunci untuk keberhasilan tanaman. Pada umumnya, masyarakat lokal belum memperhatikan masalah pemupukan. Hampir sebagian besar petani tidak melakukan pemupukan. Begitu juga dengan pemakaian pestisida, para petani sangat jarang yang memakai pestisida karena memerlukan biaya yang cukup mahal. Mereka lebih mengandalkan pada revolusi alami, yaitu pemanfaatan pupuk alami hasil pembakaran dan pengaturan rotasi. Dari penjelasan diatas, dapat disumpulkan bahwa penggunaan input-input teknologi di desa-desa areal PT.Ratah Timber masih sangat rendah. Belum diterapkannya input-input teknologi disebabkan kurang intensifnya penyuluhan dan masalah penyediaan sarana produksi. Sebagaimana dinyatakan Mosher dalam Pujo 1997, untuk memperlancar pelaksanaan pembangunan di daerah pedesaan, sarana produksi harus tersedia di lokasi usahatani dalam jumlah, kualitas, dan waktu yang tepat dan harga yang dapat dijangkau oleh petani. Dalam hal ini peranan dari koperasi setempat sangat menentukan. Sumber pendapatan non usahatani berasal dari gaji sebagai PNS atau guru honor, karyawan perusahaan, upah bekerja di lahan kosong, tukang urut, berburu, berdagang, kerajinan, jasa transportasi ketinting perahu motor. Kontribusi sumber pendapatan non usahatani terhadap pendapatan rumah tangga hampir bervariasi dari kedua desa sampel. Di desa Mamahak Teboq, pekerjaan non usahatani antara lain berdagang, menangkap ikan, tukang kayu, tukang bangunan, pengurus kampong, tukang urut, karyawan perusahaan. Sementara di desa Lutan pekerjaan non usahatani antara lain guru honor, PNS, serta berdagang. Berkaitan dengan tujuan kegiatan PMDH, salah satu bentuk untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa hutan adalah melalui perekrutan tenaga kerja penduduk asli sebagai karyawan perusahaan. Nilai pendapatan rumah tangga merupakan penjumlahan dari kegiatan usahatani dan non usahatani. Pendapatan usahatani diperoleh dengan menghitung semua penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya sarana produksi usahatani. Pendapatan non usahatani dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh penerimaan yang berasal dari kegiatan non usahatani. Perhitungan pendapatan ini dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36 Rataan Pendapatan Responden Uraian Nilai RpTahun Mamahak Teboq Lutan Total Responden A.1. Rataan Pendapatan Usahatani A.2. Rataan Biaya Sarana Produksi • Pengolahan Tanah • Peralatan dan Tenaga Kerja • Input produksi benih, pupuk, pestisida • Pajak • Sub Total 5.188.400 - 114.000 82.400 - 196.400 5.638.000 34.000 120.000 38.000 - 192.000 5.402.300 34.000 117.000 60.200 211.200 B. Pendapatan Bersih Usahatani A.1- A.2 4.992.000 5.446.000 5.219.000 C. Pendapatan Non Usahatani 4.630.800 4.940.000 4.785.400 D. Rataan Pendapatan Rumah Tangga B+C 9.622.800 10.386.000 10.004.400 Rataan pendapatan bersih rumahtangga responden dari usahatani di desa sampel sebesar Rp 5.219.000,00 tahun. Rata-rata total pendapatan responden dari kegiatan non usahatani untuk desa Mamahak Teboq dan desa Lutan berturut- turut sebesar Rp 4.630.000,00 dan Rp 4.940.000,00 per tahun. Rataan pedapatan rumah tangga responden desa Mamahak Teboq adalah Rp 9.622.800,00 sedangkan untuk desa Lutan sebesar Rp 10.386.000. Perbandingan antara rataan pendapatan usahatani, non usahatani dan rataan pendapatan rumah tangga dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik Perbandingan Antara Rataan Pendapatan Usahatani, Non Usahatani dan Rata-rata Total Pendapatan Rumah Tangga. Jika dilihat dari grafik di atas, rata-rata pendapatan rumah tangga desa Lutan lebih tinggi bila dibandingkan dengan desa Mamahak Tebok, hal ini disebabkan oleh sumber pendapatan bersih usahatani desa Lutan lebih besar dari desa Mamahak Tebok dan juga karena perbedaan luas lahan yang dimiliki masyarakat. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesejahteraan masyarakat peserta PMDH , besar pendapatan yang diterima dibandingkan dengan Upah Minimum Regional UMR. Rataan pendapatan masyarakat desa Mamahak Teboq dan Lutan berturut-turut sebesar Rp 801.900,00 dan Rp 865.500,00 per bulan sedangkan rataan pendapatan dari total responden sebesar Rp 833.700,00 per bulan. Menurut SK. Gubernur Kalimantan Timur pada tanggal 01 November 2008, besarnya UMR Kalimantan Timur, tepatnya di kabupaten Kutai Barat adalah Rp 955.000,00 per bulan. Perbandingan antara nilai rataan pendapatan rumah tangga per bulan dengan UMR dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik Perbandingan Antara Rataan Pendapatan Rumah Tangga dengan UMR. Pada Gambar 4 di atas terlihat bahwa rataan pendapatan rumahtangga dari total responden berada di bawah Upah Minimum regional UMR. Artinya bahwa pendapatan masyarakat desa binaan PMDH PT. Ratah Timber memiliki pendapatan yang masih rendah. Dari grafik juga terlihat bahwa responden desa Lutan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pendapatan responden Desa Mamahak Teboq. Bila dilihat dari letak desa, pendapatan Desa Mamahak Teboq seharusnya lebih besar dari pada Desa Lutan karena masyarakatnya lebih banyak bekerja sebagai karyawan di perusahaan PT. Ratah Timber bila dibanding dengan Desa Lutan, dimana Desa Mamahak Teboq merupakan pusat kegiatan PT. Ratah Timber sehingga mempunyai kesempatan lebih tinggi untuk menjadi karyawan di perusahaan. Jumlah responden dari Desa Mamahak Teboq yang bekerja di perusahaan adalah sebanyak 5 orang, sedangkan responden dari Desa Lutan tidak ada yang bekerja sebagai karyawan perusahaan. Besar kontribusi pendapatan karyawan perusahaan terhadap rataan pendapatan responden Desa Mamahak Teboq sebesar 31,39 , sedangkan di Desa Lutan 0 , namun responden desa Lutan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibanding desa Mamahak Teboq, hal ini disebabkan karena sumber mata pencaharian responden di desa Lutan lebih bervariasi bila dibandingkan dengan desa Mamahak Teboq. Disamping sebagai petani, banyak juga yang bekerja sebagai wiraswasta, PNS, dan Guru honor. Sementara di Desa Mamahak Teboq, sumber mata pencaharian masyarakat di samping sebagai karyawan perusahaan, pada umumnya hanya sebagai petani. Hal tersebut bisa juga dilihat dari besar pendapatan non usahatani Desa Lutan lebih besar dibanding Desa Mamahak Teboq, walaupun perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan. Dari penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa kegiatan PMDH khususnya pada kegiatan perekrutan tenaga kerja sebagai karyawan perusahaan belum mampu memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan masyarakat peserta PMDH.

2. Tingkat Pendidikan Masyarakat