Pemodelan Keterkaitan Spasial Konsep Pembangunan Daerah 1. Pengertian Pembangunan dan Pengembangan Daerah

penanganan faktor yang demikian bila dilakukan oleh masing-masing unit kelembagaan akan jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya penanganannya yang dilakukan secara bersama. Penguasaan basis pengetahuan untuk mampu secara jeli mengidentifikasi ketaksempurnaan pemilihanpemisahaan antar jenis faktor produksi dan faktor produksi yang merupakan perhatian banyak pihak, menjadi landasan penting dalam membangun hubungan kerjasama dengan pihak mana dan dalam hal apa Saefulhakim 2008. Setiap aktivitas ada batas skala operasi optimalnya yang dalam terminologi ekonomi dikenal dengan skala ekonomi economies of scale. Analisis titik impas breack even ponit Analysis adalah salah satu instrument yang digunakan. Suatu kegiatan yang dioperasikan bahwa batas skala ekonomi akan berkonsekuensi pada biaya-biaya tinggi high cost economy. Dalam perspektif ekonomi keterkaitan, pembangunan dapat dibagi kedalam dua proses utama, yaitu 1 pengembangan keterkaitan linkage development dan 2 penataan struktur keterkaitan kearah yang lebih berimbang linkage reform. Tanpa adanya keterkaitan fenomena yang akan terjadi adalah apa yang menurut Greertz 1981 disebut sebagai involusi involution. Segala potensi yang dimiliki tidak berkembang bahkan mengalami pembusukan. Dengan demikian berbagai pembangunan keterkaitan menjadi penting. Selanjutnya, struktur keterkaitan ini perlu dipantau perkembangannya. Jika perkembangannya mengarah ke pola yang timpang, fenomena yang terjadi adalah eksploitatif. Penataan ulang struktur keterkaitan kearah yang semakin berimbang menjadi semakin penting. Keseimbangan akan lebih menjamin pola hubungan yang saling memperkuat mutual strengthening dan pembangunan mengarah kepada kemajuan secara berkelanjutan Saefulhakim 2008.

2.2.6. Pemodelan Keterkaitan Spasial

Pada umumnya dalam merubah kinerja pembangunan kearah yang lebih baik, asumsi yang harus dibangun yakni adanya faktor-faktor atau instrument yang harus dipetakan atau diperhatikan dengan membuat model hubungan yang kemudian disimulasikan untuk membuat kebijakan mengenai instrument mana yang tepat, dan potensi apa yang harus dikembangkan dalam mendorong kinerja pembangunan. Model di atas dapat ditunjukkan dengan model matematik secara konvensional melalui model regresi Cob-Douglas yang menghubungkan antara beberapa variabel penjelas dengan variabel tujuan. Model ini secara interaktif menjelaskan bahwa suatu aspek atau kinerja pembangunan dipengaruhi oleh berbagai aspek yang tidak bekerja sendiri melainkan suatu interaksi dari berberbagai aspek bekerja secara simultansecara interaktif contoh bahwa sistim produksi ditentukan oleh faktor modal, lahan dan tenaga kerja yang tidak bisa berdiri sendiri-sendiri. Pendekatan itu merupakan hasil perkalian dari faktor-faktor tersebut bukan hasil penjumlahan sehingga bila salah satu tidak ada maka aspek yang lain tidak ada manfaatnya. Untuk memudahkan estimasi dari berbagai parameter maka perlu didilinearkan atau di log-kan. Tetapi hal ini masih bersifat konvensional karena belum memperhatikan aspek-aspek intra spasial. Secara matetatisnya dapat ditulis sebagai berikut. keterangan; y i : nilai variabel tujuan untuk individu sampel ke i, x i,j : nilai variabel penjelas ke j untuk individu sampel ke-i, b 0 : parameter konstanta intercept, dan b j : parameter koefisien untuk variable penjelas ke-j. Jika setiap individu sampel menyatakan lokasi, maka model pada persamaan di atas mengasumsikan bahwa apa yang terjadi di suatu lokasi tertentu ke-i y i hanya dipengaruhi oleh karakteristik lokasi tersebut x i,j . Asumsi demikian dalam banyak hal tidak realistis, sebagai contoh intensitas serangan hama dan penyakit tanaman yang terjadi pada suatu petak sawah tertentu, tidak hanya ditentukan oleh karakteristik lingkungan dan pola budidaya yang dilakukan pada petak sawah tersebut, tetapi juga intensitas serangan hama dan penyakit, karakteristik dan pola budiadaya di petak-petak sawah sekitarnya. Kinerja pembangunan pada suatu wilayah tertentu, tidak hanya ditentukan oleh karakteristik lingkungan dan manajemen pembangunan yang ada di wilayah tersebut, tetapi kinerja pembangunan, karakteristik serta manajemen pembangunan yang dilakukan di wilayah-wilayah sekitanya dan wilayah-wilayah lain yang terkait dalam sistem ekologi-ekonomi. Namun pendekatan yang umum tersebut, masih ada anggapan bahwa sistim wilayah sebagai wilayah tertutup sehingga didalam pendekatan pemodelan tidak ada yang disebut komponen interaksi spasial yang masuk didalam pemodelannya. Pembangunan yang tidak memperhatikan aspek-aspek dari wilayah lain merupakan pendekatan a-spatial. Dalam ilmu wilayah dikenal bahwa kinerja pembangunan suatu daerah bukan hanya ditentukan oleh instrument atau potensi yang dimiliki tetapi dipengaruhi oleh instrument atau potensi dan kinerja pembangunan yang ada di daerah lain dan kondisi ini yang harus dipetakan. Instrument tersebut dapat mempengaruhi sampai sejauh mana, baik dari aspek positif dan negatifnya sehingga dapat mengatur konteks pembangunan dalam pendekatan spasial. Untuk dapat mengakomodasi fenomena keterkaitan antar satu lokasi dengan lokasi- lokasi lain di sekitarnya dan lokasi-lokasi yang merupakan satu sistem jaringan ekologi-ekonomi dengannya dalam literatur “ekonomirtika spasial” disebut sebagai Spatial Durbin Model Saefulhakim, 2008. Untuk mengakomodasikan peran interaksi antar daerah maka dibuat “Matriks Interaksi Spasial” yang menggambarkan bagaimana pola-pola interaksi maka regresi di atas dimodifikasi menjadi model regresi spasial sehingga bentuk model persamaaan di atas dirubah menjadi; keterangan; I n : matriks identitas ukuran n x n W n,k : matriks ukuran n x n yang menyatakan pola interaksi spasial tipe ke-k antar n buah daerah disebut kontiguitas spasial tipe ke-k

2.4. Beberapa Penelitian Terkait dengan Pengembangan Sumberdaya