sumberdaya manusia maupun sumberdaya lokal lainnya dan bahkan justru membatasi wilayah ekonomi masyarakat, khususnya di bidang tambang dan jasa
lainnya. Sedangkan obyek wisata budaya akan mendorong semakin meningkatnya kinerja pembangunan jasa, industri dan tambang namun justru menghambat
kinerja pembangunan disektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat pada kawasan wisata budaya memiliki nilai tambah ekonomi lebih
tinggi pada aktivitas jasa industri atau tambang jika dibandingkan kegiatan pertanian atau kegiatan lainnya sebab karakteristik kawasan ini merupakan
kawasan berbatuan yang relatif kurang subur dan jauh dari kawasan budidaya kelautan.
5.4. Pembahasan Umum dan Kebijakan Pengembangan Kawasan Gugus Pulau Kaledupa
5.4.1. Arahan Kebijakan berdasarkan Aspek Potensi Sumberdaya
Perumusan implikasi kebijakan pengembangan kawasan Gugus Pulau Kaledupa dianalisis secara deskriptif kualitatif dari berbagai hasil analisis seperti;
pola asosiasi, pola spasial tipologi dan model hubungan fungsional berbagai potensi sumberdaya dengan kinerja ekonomi wilayah Gugus Pulau Kaledupa.
Selain itu dilakukan analisis dan kajian literatur yang terkiat dengan kebijakan pengembangan kawasan pulau-pulau kecil serta arahan kebijakan pengembangan
kawsaan Gugus Pulau Kaledupa. Kebijakan pengembangan kawasan pulau-pulau kecil disesuaikan dengan
Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Wakatobi disesuaikan
dengan arahan kebijakan rencana pembangunan jangka menengah daerah RPJMD dan rencana kerja pemerintah daerah RKPD tahun 2009.
Hasil analisis implikasi perumusan kebijakan pengembangan kawasan Gugus Pulau Kaledupa dapat disajikan dalam matriks tabulasi silang antar hasil temuan
analisis model spasial dengan arahan kebijakan aktual Pemerintah Kabupaten Wakatobi. Dari hasil perbandingan tabulasi silang tersebut dijadikan sebagai
masukan rekomendasi kebijakan sebagai bentuk penyempurnaan kebijakan pengembangan kawasan Gugus Pulau Kaledupa yang telah ada saat ini.
101
Tabel 44 Matriks arahan rumusan kebijakan pengembangan kawasan Gugus Pulau Kaledupa
Aspek Potensi Ekonomi
Variabel Penentu Tipologi Wilayah
Rumusan Kebijakan Hasil Analisis Model Spasial Program Kebijakan Aktual
RPJMD dan RKPD Rekomendasi Kebijakan
1 2 3
4 5
6
Sumberdaya Alam
Produktivitas dan diversitas tanaman
pertanian Tinggi: tipologi I dan
IV
Prioritas I: peningkatan diversitas tanaman pada wilayah tipologi III, dan V
Prioritas II: pertahankan diversitas tanaman pada wilayah tipologi I dan IV
Peningkatan ketahanan pangan; Program
peningkatan kesejahteraan petani
Tambahan arah kebijakan; peningkatan
diversitas tanaman pertanaian
Lahan pertanian dan mangrove
faktor luar wilayah Tinggi: tipologi I dan
IV
Prioritas I: perlindungan lahan pertanian dan mangrove di wilayah tipologi III, dan V
Prioritas II: mempertahankan keberadaan lahan mangrove dan pertanian pada wilayah tipologi I dan IV
- Perlu ada kebijakan
pengendalian fungsi ruang dalam bentuk
RTRW
Sumberdaya Manusia
Kependidikan SMU ke- atas
Tinggi : tipologi II, III Rendah: tipologi I
Prioritas I: peningkatan pendidikan pada wilayah tipologi I IV, V VI
Prioritas II: pertahankan tingkat pendidikan pada wilayah tipologi II dan III
peningkatan penyelenggaraan Pendidikan
Anak Usia Dini PAUD; Wajib belajar 9 tahun
Revisi arah kebijakanan: wajib
belajar 12 tahun
Kepadatan dan ting- kat kelahiran
Tinggi: tipologi VI
Prioritas I: menurunkan tingkat kepadatan dan kelahiran pada wilayah tipologi VI
Prioritas II: mempertahankan pada wilayah tipologi lainnya
Peningkatan pelayan kontrasepsi
pertahankan
Dokter dan tingkat kematian
Tinggi: tipologi II dan III
Prioritas I: peningkatan pelayanan dokter pada wilayah tipologi I,IV, V dan VI
Prioritas II: pertahankan ketersediaan dokter pada tipologi wil II dan III
Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan serta meratanya
penyebaran tenaga kesehatan pertahankan
Keluarga budidaya agar
Tinggi: tipologi wil IV
Prioritas I: peningkatan tenaga kerja budidaya agar pada Wil Tipologi I,II dan III Prioritas II: pertahankan
keberadaan keluarga agar pada Wil IV
Budidaya kelautan pertahankan
Keluarga pertanian Tinggi: tipologi Wil V
Prioritas I: mengurangi keluarga tani pada wil tipologi V Prioritas II: pertahankan keluarga tani pada wil tipologi
lainnya
Peningkatan kesejahteraan petani, peternak dan nelayan
Tambahan; pengembangan mata
pencaharian alternatif
102
1 2 3 4
5 6
Infrastruktur dan Fasilitas
Umum Rumah
permanen dan air PAM
Tinggi: tipologi IV
Prioritas I: peningkatan ketersediaan air PAM di wilayah tipologi I ,II,III dan V Prioritas II: pertahankan ketersediaan air PAM di
wilayah tipologi IV
Pengembangan sumberdaya air pertahankan
Listrik non PLN
Tinggi: tipologi I
Prioritas I: peningkatan listrik non PLN wilayah tipologi II,III, dan V
Prioritas II: pertahankan pada wilayah tipologi I
Peningkatan pelayanan sarana listrik pertahankan Air sumur
Tinggi: tipologi I
Rendah; tipologi V
Prioritas I: peningkatan kertersediaan air sumur di wilayah tipologi V
Prioritas II:mempertahankan ketersediaan air sumur pada wilayah tipologi I
Pengembangan sumberdaya air pertahankan
Kerapatan jalan aspal
Tinggi: tipologi II
Rendah: tipologi III-IV
Prioritas I: peningkatan sarana jalan aspal wilayah tipologi II IV
Prioritas II: mempertahankan sarana jalan aspal pada Wil tipologi III dan IV
Rehabilitasi pemeliharaan jalan dan jembatan
pertahankan Bahan bakar
RT dari kayu Tinggi: tipologi
IV rendah: tipologi
II Prioritas I: menurunkan pengunaan bahan bakar kayu di wilayah
tipologi IV, I,III,V Prioritas II: pertahankan tingkat pendidikan pada wilayah tipologi
II
- Pengembangan energi
rumahtangga alternatif
Infrastruktur Perikanan
Sarana perahu dan alat
tangkap ikan Tinggi: Tipologi
I
Prioritas I: peningkatan infrastruktur dan sarana perikanan di wilayah tipologi II,III dan IV
Prioritas II: mempertahankan ketersediaan sarana perikanan pada wilayah tipologi I
Pengembangan perikanan pelagis Pengembangan budidaya perikanan
Tambahan arahan kebijakan; peningkatan
ketersediaan infrastruktur sarana perikanan
Areal tangkap laut
dalamKarang Rendah;
Tipologi wil II
Prioritas I: peningkatan perikanan laut dalam wilayah tipologi I, III,dan IV
Prioritas II: mempertahankan pada wilayah tipologi II
Pengembangan perikanan pelagis penambahan kebijakan;
peningkatan ketersediaan sarana perikanan
Infrastruktur Pariwisata
Obyek wisaya bahari
Tinggi; Tipologi wil II
Prioritas: pengembangan wisata bahari pada wiayah tipologi II
Penciptaan Wakatobi sebagai pusat pariwisata bahari yang dapat
menopang ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara;
Pertahankan Obyek wisaya
budaya Tinggi: tipologi
wil III Prioritas: pengembangan wisata budaya pada wilayah tipologi III
Pengembangan Gugus Pulau Kaledupa sebagai kawasan wisata
Pertahankan
Sumber: hasil olahan 2009
Matriks tabulasi kebijakan hasil analisis dengan kebijakan aktual pemerintah daerah dapat disajikan pada Tabel 5. 28. Dari matriks di atas menunjukkan bahwa
rumusan kebijakan pengembangan aspek sumberdaya alam terdapat dua faktor utama yaitu; 1 peningkatan produktivitas lahan dan diversitas tanaman
pertanian, dan 2 pelestarian dan perlindungan lahan pertanian dan kawasan mangrove. Kebijakan peningkatan produktivitas lahan dan diversitas tanaman
pertanian diprioritaskan pada wilayah tipologi III dan V yang meliputi wilayah Desa Laolua, Ambeua, Lewuto, Ambeua Raya, Lagijaya, Kalimas, Ollo, Ollo
Selatan, Buranga, Waduri, Balasuna, Balasuna Selatan dan Hoga, Langge, Sandi, Tanomeha, Tanjung, Darawa, Pajam, Tampara dan Peropa. Pada wilayah tipologi
tersebut memiliki produktivitas lahan dan diversitas tanaman pertanian relatif sedang sehingga membutuhkan kebijakan untuk peningkatan produktivitas lahan
pertanian di wilayah tersebut. Sedangkan pada wilayah tipologi I dan IV yang meliputi wilayah Desa Sombano, Horuo, Kasuari dan Lentea produktivitas lahan
dan diversitas tanaman relatif tinggi sehingga cukup dipertahankan produktivitas lahan pertaniannya. Kebijakan daerah saat ini yang termuat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah daerah RPJMD untuk pengembangan sumberdaya alam baru pada kebijakan peningkatan ketahanan pangan. Dari
analisis model spasial di atas, diperlukan penambahan arah kebijakan pembangunan daerah yaitu kebijakan peningkatan produktivitas lahan diversitas
tanaman pertanian. Kebijakan untuk pelestarian lahan pertanian dan kawasan mangrove menjadi
prioritas utama pada wilayah tipologi III dan V yang meliputi wilayah Desa Laolua, Ambeua, Lewuto, Ambeua Raya, Lagijaya, Kalimas, Ollo, Ollo Selatan,
Buranga, Waduri, Balasuna, Balasuna Selatan dan Hoga, Langge, Sandi, Tanomeha, Tanjung, Darawa, Pajam, Tampara dan Peropa. Wilayah tipologi
diatas memiliki lahan pertanian dan mangrove relatif sedikit dan cenderung sudah terkonversi untuk kebutuhan lahan lainnya sehingga dibutuhkan perhatian
kebijakan konservasi lahan lebih prioritas. Untuk wilayah tipologi I dan IV yang meliputi wilayah Desa Sombano, Horuo, Kasuari dan Lentea, memiliki lahan
pertanian dan lahan mangrove relatif luas dan terpelihara dengan baik sehingga perlu dipertahankan dan dijaga kelestariannya. Sampai saat ini belum ada
kebijakan pemerintah daerah dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pada pengaturan fungsi ruang daratan baik dalam bentuk kebijakan
Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW maupun kebijakan lainnya. Untuk itu rekomendasi kebijakan dalam melindungi kelestarian lahan pertanian dan lahan
mangrove sangat diperlukan dalam bentuk kebijakan rencana tata ruang wilayah RTRW daerah berbasis pulau dan gugus pulau.
Rumusan kebijakan pembangunan aspek sumberdaya manusia adalah: 1 peningkatan tingkat pendidikan, 2 pengendalian tingkat kepadatan dan kelahiran
penduduk, dan 3 peningkatan ketersediaan dokter. Untuk kebijakan ketenagakerjaan yang meliputi pengembangan tenagakerja sektor budidaya agar
dan pengendalian tenagakerja sektor pertanian. Kebijakan peningkatan tingkat pendidikan SMU ke-atas diprioritaskan pada wilayah tipologi I, IV, V dan VI
yang melingkupi wilayah Desa Hoga, Laolua, Lewuto, Horuo, Kasuari, Balasuna Selatan, Tanjung, Sombano, Langge, Sandi, Lentea, Pajam, Tampara, Peropa
Ambeua Raya, Kalimas, Ollo, Ollo Selatan, Waduri, Balasuna, Tanomeha, Darawa, Samabahari dan Mantigola. Wilayah di atas memiliki tingkat pendidikan
penduduk yang relatif rendah dan sedang sehingga peningkatan pendidikannya perlu menjadi perhatian utama. Sedangkan wilayah tipologi II dan III yang
meliputi wilayah Desa Lagijaya, Buranga dan Ambeua adalah wilayah yang memiliki tingkat pendidikan penduduk relatif tinggi sehingga perlu dipertahankan
tingkat pendidikan penduduknya. Kebijakan pemerintah daerah untuk peningkatan pendidikan penduduk adalah dengan penyelenggaraan pendidikan usia dini
PAUD dan program wajib belajar 9 tahun. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa tingkat pendididkan SMU ke atas yang mampu mendorong kinerja
pembangunan lebih kuat. Untuk itu perlu ada revisi kebijakan daerah khususnya kebijakan wajib belajar 9 tahun menjadi jawib belajar 12 tahun.
Kebijakan pengendalian tingkat kepadatan dan tingkat kelahiran penduduk lebih diprioritaskan pada wilayah tipologi VI yang meliputi wilayah Desa
Samabahari dan Mantigola, sebab wilayah ini memiliki tingkat kepadatan dan kelahiran penduduk yang jauh lebih tinggi dari daerah-daerah lainnya. Sedangkan
tipologi wilayah lainnya yang menjadi prioritas ke-2 karena memiliki tingkat kepadatan dan kelahiran penduduk relatif rendah dan sedang. Kebijakan
pemerintah daerah saat ini untuk pengendalian tingkat kelahiran adalah program meningkatkan pelayanan kontrasepsi. Kebijakan ini akan mampu menekan tingkat
kelahiran penduduk dan dengan sendirinya akan menurunkan tingkat kepadatan penduduk sehingga kebijakan ini perlu ditingkatkan pada wilayah-wilayah yang
memiliki tingkat kepadatan dan kelahiran penduduk tinggi, dan dipertahankan pada wilayah lainnya.
kebijakan peningkatan pelayanan tenaga dokter diarahkan dan menjadi prioritas utama pada tipologi wilayah I, IV, V dan VI yang meliputi wilayah Desa
Hoga, Laolua, Lewuto, Horuo, Kasuari, Balasuna Selatan, Tanjung, Sombano, Langge, Sandi, Lentea, Pajam, Tampara, Peropa Ambeua Raya, Kalimas, Ollo,
Ollo Selatan, Waduri, Balasuna, Tanomeha, Darawa, Samabahari dan Mantigola. Pada wilayah di atas ketersediaan dokter relatif rendah jika dibandingakan dengan
wilayah lainnya sehingga kebijakan penyediaan dokter lebih diutamakan. Sedangkan untuk wilayah-wilayah yang tingkat ketersediaan dokter relatif tinggi
dan perlu untuk dipertahankan adalah tipologi wilayah II dan III yang meliputi wilayah Desa Lagijaya, Buranga dan Ambeua. Kebijakan pemerintah daerah
tentang peningkatan pelayanan dokter yakni dengan meningkatkan jumlah tenaga kesehatan serta meratanya penyebaran tenaga kesehatan. Kebijakan tersebut perlu
dipertahankan dan ditingkatkan pada wilayah-wilayah yang ketersediaan dokter masih rendah.
Kebijakan dibidang ketenagakerjaan sektor budidaya agar diprioritaskan pada wilayah tipologi I, II dan III yang meliputi wilayah-wilayah yaitu Desa
Samabahari, Mantigola, Sombano, Laolua, Lewuto, Lagijaya, Waduri, Balasuna, Balasuna Selatan, Hoga, Lentea, Darawa, Kasuari, Peropa, Ambeua, Ambeua
Raya, Horuo, Buranga, dan Tampara. Wilayah ini masih cukup potensial untuk pengembangan budiaya agar. Sedangkan wilayah yang perlu dipertahankan
tingkat tenagakerja budiadaya agar pada tipologi wilayah IV yang meliputi wilayah Desa Ollo Selatan, Langge, Sandi, Tanomeha dan Tanjung, sebab
wilayah tersebut tenagakerja sektor budidaya agar sudah relatif tinggi. Kebijakan pemerintah daerah saat ini untuk peningkatan ketenagakerjaan sektor budidaya
adalah pengembangan budidaya kelautan dimana salah satunya adalah pengembangan budidaya agar. Kebijakan daerah tersebut mampu mendorong
menyerapan tenagakerja sektor budiaya agar sehingga kebijakan tersebut tetap dipertahankan. Untuk kebijakan pengendalian ketenagakerjaan sektor pertanian
yang menjadi prioritas utama adalah pada wilayah tipologi V yang meliputi wilayah Desa Pajam, Ollo dan Kalimas. Pada wilayah ini keluarga yang bekerja
pada sektor pertanian relatif tinggi dengan tingkat kesejahteraan lebih rendah. Sedangkan wilayah lainnya menjadi prioritas ke-2 yang perlu dipertahankan sebab
ketenagakerjaan sektor pertanain relatif rendah dan sedang. Kebijakan pemerintah daerah yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan ketenagakerjaan yakni
peningkatan kesejahteraan petani, peternak dan nelayan. Untuk itu perlu ada rekomendasi penambahan arahan kebijakan yakni dengan pengembangan mata
pencaharian alternatif bagi keluarga pertanaian. Rumusan kebijakan pengembangan sumberdaya infrastruktur dan fasilitas
umum terdapat 5 faktor yaitu: 1 ketersediaan rumah permanen dan air PAM, 2 ketersediaan listrik, 3 ketersediaan sumber air sumur, 4 ketersediaan sarana
jalan dan 5 pengembangan bahan bakar rumahtangga alternatif. Kebijakan Pengembangan ketersediaan perumahan permanen dan ketersediaan air dari PAM
prioritas utama pada wilayah-wilayah tipologi I, II, III dan IV yang meliputi wilayah Desa Sombano, Lentea, Darawa, Samabahari, Mantigola, Ambeau,
Ambeua raya, Lagijaya, Buranga, Kasuari, Peropa, Tampara, Pajam, Hoga, Laolua, Lewuto, Lagijaya, Kalimas, Balasuna, Balasuna Selatan, Horuo dan Ollo
Selatan. Pada wilayah ini ketersediaan air bersih masih cukup rendah. Sedangkan wilayah yang cukup dipertahankan ketersediaan perumahannya dan sarana air
PAM adalah di wilayah tipologi IV yang meliputi wilayah Desa Langge, Tanomeha dan Tanjung.
Untuk kebijakan pengembangan tenaga listrik non PLN diprioritaskan pada tipologi wilayah II, III dan V yang meliputi wilayah Desa Ambeau, Ambeua raya,
Lagijaya, Buranga, Kasuari, Peropa, Tampara, Pajam, Hoga, Laolua, Lewuto, Lagijaya, Kalimas, Balasuna, Balasuna Selatan, Horuo dan Ollo Selatan. Pada
wilayah tersebut pasokan listrik hanya untuk kebutuhan penerangan dan ketersediaan energi belum mampu menggerakkan aktivitas ekonomi lebih
produktif. Selanjutnya ketersediaan tenaga listrik non PLN atau milik masyarakat yang relatif tinggi adalah wilayah tipologi I yang meliputi wilayah Desa
Sombano, Lentea, Darawa, Samabahari dan Mantigola. Pada kawasan tersebut perlu untuk dipertahankan pasokan energi non PLN yang telah ada.
Kebijakan peningkatan ketersediaan air bersih dari sumur diprioritaskan pada wilayah tipologi IV yaitu; Desa Sombano, Lentea, Darawa, Samabahari dan
Mantigola. Pada wilayah tersebut penggunaan sumber air dari hujan masih relatif tinggi. Sedangkan yang perlu dipertahankan ketersediaan air bersih dari sumur
adalah di wilayah tipologi V yaitu Desa Laolua,Lewuto, Lagijaya, Kalimas, Balasuna, Balasuna Selatan, Horuo, dan Ollo Selatan.
Untuk kebijakan pengembangan jalan aspal perlu diprioritaskan pada wilayah tipologi III dan IV dan V yang meliputi wilayah Desa Desa Kasuari,
Peropa, Tampara, Pajam dan Pulau Hoga, Langge, Tanomeha, Tanjung, Laolua, Lewuto, Lagijaya, Kalimas, Balasuna, Balasuna Selatan, Horuo dan Ollo Selatan.
Pada wilayah tersebut kondisi jalan aspal masih relatif rendah. Sedangkan untuk pemeliharaan jalan aspal pada wilayah tipologi II yang meliputi wilayah Desa
Ambeau, Ambeua raya, Lagijaya dan Buranga. Pada kawasan ini ketersediaan jalan aspal tinggi sehingga perlu untuk dipelihara dan dipertahankan. Kebijakan
pengembangan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar kayu diprioritaskan pada wilayah tipologi I, III, IV dan V yang meliputi wilayah Desa Sombano,
Lentea, Darawa, Samabahari, Mantigola. Kasuari, Peropa, Tampara, Pajam, Hoga, Laolua, Lewuto, Lagijaya, Kalimas, Balasuna, Balasuna Selatan, Horuo dan Ollo
Selatan. Sedangkan yang dipertahankan penggunaan bahan bakar rumahtangga berada pada wilayah tipologi II yang meliputi Desa Ambeua, Ambeua Raya,
Lagijaya dan Buranga karena pada wilayah ini relatif rendah penggunaaan bahan bakar kayu.
Kebijakan pemerintah daerah saat ini dibidang peningkatan sumberdaya infastruktur dan sarana umum seperti meningkatan ketersediaan air bersih,
ketersediaan energi listrik dan ketersediaan sarana jalan aspal yang meliputi rehabilitasipemeliharaan jalan dan jembatan. Kebijakan tersebut harus terus
dipertahankan dan ditingkatkan sebab akan mendorong meningkatnya kinerja ekonomi wilayah. Untuk pengembangan bahan bakar rumahrangga alternatif,
belum ada kebijakan pemerintah daerah sehingga rekomendasi kebijakan perlu ditambah dengan kebijakan pengembangan energi rumah tangga alternatif sebagai
mengantikan bahan bakar kayu yang masih umum digunakan pada wilayah Gugus Pulau Kaledupa.
Kebijakan pengembangan infrastruktur perikanan terdapat dua kebijakan yaitu: 1 peningkatan sarana perahu dan alat tangkap perikanan, serta 2
pengembangan perikanan laut dalam. Untuk pengembangan sarana perahu dan ketersediaan alat tangkap diprioritaskan pada wilayah tipologi II, III dan IV yang
meliputi wilayah Desa Balasuna Selatan, Langge, Sandi, Tanomeha, Tanjung, Lentea, Darawa, Horuo, Pajam, Tampara, Kasuari, Peropa, Sombano, Laolua,
Ambeua, Lewuto, Ambeua Raya, Lagijaya, Kalimas, Ollo, Ollo Selatan, Buranga, Waduri, Balasuna dan Hoga. Wilayah di atas masih memiliki tingkat ketersediaan
perahu dan peralatan tangkap relatif rendah dan sedang sehingga perlu menjadi prioritas utama kebijakan. Sedangkan wilayah yang memiliki ketersediaan sarana
perahu dan alat tangkap perikanan yang tinggi sehingga cukup dipertahankan berada pada wilayah tipologi I yang meliputi wilayah Desa Samabahari dan
Mantigola. Untuk kebijakan pengembangan areal tangkap perikanan laut dalam diprioritaskan pada wilayah tipologi I, III dan IV yang meliputi wilayah Desa
Samabahari, Mantigola, Horuo, Pajam, Tampara, Kasuari, Peropa, Sombano, Laolua, Ambeua, Lewuto, Ambeua Raya, Lagijaya, Kalimas, Ollo, Ollo Selatan,
Buranga, Waduri, Balasuna dan Hoga. Perikanan tangkap pada wilayah tersebut masih relatif tertinggal sehingga butuh penanganan lebih utama. Sedangkan
wilayah yang tinggal dipertahankan perikanan laut dalamnya adalah pada wilayah tipologi II yang meliputi wilayah Desa Balasuna Selatan, Langge, Sandi,
Tanomeha, Tanjung, Lentea dan Darawa, sebab wilayah tersebut aktivits perikanan laut dalam relatif lebih tinggi.
Kebijakan pemerintah daerah saat ini pada sektor perikanan baru pada kebijakan pengembangan perikanan pelagis, perikanan laut dalam dan
pengembangan budidaya perikanan. Untuk itu diperlukan rekomendasikan kebjakan untuk adanya tambahan kebijakan perikanan yang diarahkan pada
peningkatan ketersediaan infrastruktur dan sarana perikanan yang lebih memadai. Rumusan kebijakan pengembangan kepariwisataan diarahkan pada kegiatan
wisata bahari dan wisata budaya. Untuk wisata bahari, kebijakan pengembangannya diprioritaskan pada wilayah tipologi II yang meliputi wilayah
Pulau Hoga, sebab wilayah ini memiliki obyek wisata bahari yang tinggi namun belum dikembangkan secara optimal sehingga belum memberikan nilai manfaat
ekonomi terhadap masyarakat setempat maupun masyarakat di daerah lain disekitarnya. Untuk kegiatan wisata budaya diprioritaskan pada wilayah tipologi
III yang meliputi wilayah Desa Pajam dan Peropa, yang ditunjukkan nilai obyek wisata budaya tinggi. Wisata budaya juga belum memberikan nilai tambah dan
manfaat terhadap yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut dan wilayah lainnya. Kebijakan pemerintah daerah saat ini
terkait dengan bidang kegiatan wisata bahari adalah penciptaan Wakatobi sebagai pusat pariwisata bahari yang dapat menopang ekonomi Provinsi Sulawesi
Tenggara dan menjadikan kawasan Gugus Pulau Kaledupa menjadi salah satu kawasan pengembangan wisata. Kebijakan pemerintah ini perlu dipertahankan
dan terus ditingkatkan sehingga dapat bermanfaat terhadap kesejahteraan masyarakat.
5.4.2. Arahan Kebijakan Pengembangan Berdasarkan Unit Wilayah Desa dan Pulau di Kawasan Gugus Pulau Kaledupa
Disamping arahan kebijakan berdasarkan aspek potensi sumberdaya pembangunan, juga arahan kebijakan pengembangan dapat disajikan berdasaran
unit wilayah desa dan pulau di Gugus Pulau Kaledupa yang terdiri atas 27 unit wilayah.
Arahan kebijakan berdasarkan wilayah desa dan pulau di Kawasan Gugus Pulau Kaledupa dapat dilihat pada Tabel 5.29.
110
Tabel 45 Matriks arahan kebijakan pengembangan berdasarkan wilayah desa dan pulau di Gugus Pulau Kaledupa
No Wilayah Aspek Sumberdaya
Alam Aspek Sumberdaya Manusia
Aspek Infastruktur Dan Fasilitas Umum Aspek Saranan
Perikanan Kepariwisataan
Ket ran
agn Pen
g emban
gan
Pr odu
kt ivi
tas d an
di ver
si tas tan
aman
p erta
nian Pelest
ar ian Lah
an
p erta
nian dan mangr
o v
e Peni
ngk at
an Ti n
gkat
K epe
nd idi
k an
SM U
ke- atas Penged
ali an Ti
ngk at
K epa
datan d
an
kel ahir
an Pend
u duk
Peni ngk
at an
Pel ay
anan Tenag a
Do kter
Peni ngk
at an
Tena gak
erj a
b ud
id ay
a a g
ar
Pengen d
ali an
Ket enag
aker jaa
n
Sekt or
p ert
an ia
n
Pengen d
ali an
Perumahan p
erman en
A ir PA
M
Peni ngk
at an
Keters ediaan Li
strik
no n PLN
Peni ngk
at an
Pel ay
anan Ai r
b ers
ihsumur Peni
ngk at
an Sa ra
nan
jal an
as pa
l Bahan
ba kar
RT d
ari
k ayu
Peni ngk
at an
Keters ediaan S
arana
p erahu dan
alat
ta ng
k ap
ik an
Pen g
emban gan
p erik
an an t
angkap la
ut d
alam Pen
g emban
gan
Ob yek
wi saya
b ahar
i
Pen g
emban gan
Ob yek
wi saya
b uday
a
1 Sombano
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
2 Lauloua
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 3
Ambeua √
√ √
√ √
√ √
4 Lewuto
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 5
Ambeua Raya √
√ √
√ √
√ √
√ √
6 Sama bahari
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 7
Lagijaya √
√ √
√ √
√ √
8 Horuo
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
9 Mantigola
√ √
√ √
√ √
10 kalimas
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 11
Ollo √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
12 Ollo Selatan
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
13 Buranga
√ √
√ √
√ √
√ 14
Waduri √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
15 Balasuna
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 16
Balasuna Selatan √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 17
Hoga √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 18
Langge √
√ √
√ √
√ √
√ 19
Sandi √
√ √
√ √
√ √
√ √
20 Tanomeha
√ √
√ √
√ √
√ √
21 Tanjung
√ √
√ √
√ √
√ √
22 Lentea
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 23
Darawa √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 24
Pajam √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 25
Tampara √
√ √
√ √
√ √
√ √
√ 26
kasuari √
√ √
√ √
√ √
√ √
27 Peropa
√ √
√ √
√ √
√ √
√ √
√
Sumber: Hasil olahan 2009.
Dari matriks diatas menunjukkan kebijakan pengembangan tiap unit wilayah pengembangan berdasarkan wilayah desa dan pulau. Untuk wilayah Desa
Sombano kebijakan diprioritaskan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, peningkatan pendidikan penduduk, peningkatan
penyediaan tenaga dokter, pengembangan budidaya agar, pengendalian perumahan permanen, penyediaan air bersih, pengembangan bahan bakar
rumahtangga alternatif, peningkatan sarana jalan aspal, peningkatan penyediaan sarana perahu dan alat tangkap perikanan serta pengembangan perikanan laut
dalam. Untuk Desa Laolua kebijakan pembangunan diarahkan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan
pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan pelayanan tenaga dokter, peningkatan tenagakerja budidaya agar, pengendalian
perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan saranan jalan aspal, pengembangan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar
rumahtangga dari kayu, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Untuk wilayah Desa
Ambeua kebijakan diarahkan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan
tenagakerja budidaya agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat
tangkap ikan, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Desa Lewuto kebijakan pembangunan diarahkan pada pengembangan produktivitas dan
diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan pelayanan tenaga dokter,
peningkatan tenagakerja budidaya agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan saranan jalan aspal, bahan
bakar rumahtangga dari kayu, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Desa Ambeua
Raya kebijakan diarahkan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat
kependidikan, peningkatan pelayanan tenaga dokter, peningkatan tenagakerja budidaya agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan
listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan,
dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Untuk Desa Samabahari kebijakan pengembangan diarahkan pada peningkatan tingkat kependidikan,
pengedalian tingkat kepadatan dan kelahiran penduduk, peningkatan pelayanan tenaga dokter, peningkatan tenagakerja budidaya agar, pengendalian perumahan
permanen, peningkatan pelayanan air bersihsumur, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Untuk wilayah Desa Lagijaya kebijakan pengembangan
diarahkan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tenagakerja budidaya
agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, bahan bakar rumahtangga dari kayu, peningkatan ketersediaan sarana
perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Desa Horuo kebijakan pengembangan diarahkan pada pengembangan
produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan pelayanan tenaga dokter, peningkatan tenagakerja budidaya agar,
pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan saranan jalan aspal, bahan bakar rumahtangga dari kayu, peningkatan
ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Untuk Desa Mantigola kebijakan di arahkan pada peningkatan
tingkat kependidikan, pengedalian tingkat kepadatan dan kelahiran penduduk, peningkatan pelayanan tenaga dokter, pengendalian perumahan permanen, dan
bahan bakar rumahtangga dari kayu dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Desa Kalimas kebijakan diarahkan pada pengembangan produktivitas dan
diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan pelayanan tenaga dokter,
pengendalingan ketenagakerjaan sektor pertanian, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan saranan jalan
aspal, bahan bakar rumahtangga dari kayu, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Untuk Desa Ollo kebijakan pengembangan di arahkan pada
pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan
pelayanan tenaga dokter, pengendalian ketenagakerjaan sektor pertanian, pengendalian perumahan permanen, peningkatan saranan jalan aspal, bahan bakar
rumahtangga dari kayu, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap
ikan, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Untuk kebijakan pengembangan wilayah Desa Ollo Selatan diarahkan pada pengembangan
produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan pelayanan tenaga
dokter, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, bahan bakar rumahtangga dari kayu, peningkatan ketersediaan sarana
perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Untuk pengembangan Desa Buranga, Waduri, Balasuna Selatan dan Balasuna
diarahkan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tenagakerja budidaya
agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan
pengembangan perikanan tangkap laut dalam. Untuk pengembangan Desa Hoga diarahkan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian,
pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tenagakerja budidaya agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non
PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan perikanan tangkap laut dalam serta pariwisata. Arahan kebijakan
Desa Langge adalah pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat
kependidikan, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan areal
tangkap laut. Arahan kebijakan Desa Sandi diprioritaskan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan
mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu
dan alat tangkap ikan, dan pengembangan areal tangkap laut. Arahan kebijakan Desa Tanomeha dan Tanjung diprioritaskan pada pengembangan produktivitas
dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan ketersediaan listrik non PLN,
peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan areal tangkap laut. Arahan kebijakan Desa Lentea diprioritaskan pada
pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, peningkatan
tingkat kependidikan, peningkatan tenagakerja budidaya agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan
ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan areal tangkap laut. Arahan kebijakan Desa Darawa diprioritaskan pada pengembangan
produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan tenagakerja budidaya
agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan
pengembangan areal tangkap laut. Arahan kebijakan Desa Pajam diprioritaskan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian
lahan pertanian dan mangrove, pengedalaingan ketenagakerjaan sektor pertanian, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN,
peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan areal tangkap laut. Arahan kebijakan Desa Kasuari diprioritaskan pada
pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan
tenagakerja budidaya agar, pengendalian perumahan permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat
tangkap ikan, dan pengembangan areal tangkap laut. Arahan kebijakan Desa Tampara diprioritaskan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman
pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove, peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan tenagakerja budidaya agar, pengendalian perumahan
permanen, peningkatan ketersediaan listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan areal tangkap laut,
Arahan kebijakan Desa Peropa diprioritaskan pada pengembangan produktivitas dan diversitas tanaman pertanian, pelestarian lahan pertanian dan mangrove,
peningkatan tingkat kependidikan, peningkatan tenagakerja budidaya agar, pengendalian pembangunan perumahan permanen, peningkatan ketersediaan
listrik non PLN, peningkatan ketersediaan sarana perahu dan alat tangkap ikan, dan pengembangan areal tangkap laut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan