Tabel 1 Karakteristik Pulau Oseanik, Pulau Kontinental dan Daratan Kontinen
No Characteristics Oceanic
Islands Continent Island Continent
1 2
3
4
5 Geographical Remote from continent
Bounded by wide Seas, Small areas,
Equable air temperatures Close to continents,
Bounded in part by narrow areas,
Large or small areas, Less equable air
temperatures Very large areas
Often very large seasonal and or diurnal
temperature ranges
Geological Volcanic or
coralline Few valuable minerals
Permeable soil Sedimentary or
metamorphic Some minerals
Various soils Sedimentary or
metamorphic or igneous Minerals
Various soils
Biological Impoverished overall
biotic variety High turnover of species
Mass breeding of marine vertebrates
Less impoverished overall biotic variety
Lower species turnover Often mass breeding of
marine vertebrates Full range of biotic
variety Usually low species
turnover Few marine vertebrates
breeding ashore
Historical Late discovery by humans
Recent settlement Often early discovery
Early or late settlement Often early discovery
Settlement by humans Economic
Few terrestrial resources Marine resources
important Distant from major
market Wide range of terrestrial
resources Marine resources important
Nearer larger market Wide range of
terrestrial resources Often marine resources
unimportant Market relatively
accessible
Sumber : Dimodifikasi dari Salm 1984 diacu dalam Adrianto 2005
2.1.2. Batasan Tentang Pulau-Pulau Kecil
Dengan perbandingan luas daerah lautan dan daratan sebagai 3:2 memberikan daerah pesisir dan lautan Indonesia memiliki berbagai macam
sumberdaya alam. Teristimewa sumberdaya alam yang dapat pulih kembali seperti berbagai jenis ikan, udang, kepiting dan sebagainya, dan sejak lama
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama, terutama sebagai sumber protein hewani. Masih ada sumberdaya alam lain
dan jasa lingkungan yang belum diusahakan, ataupun kalau sudah, masih berada pada taraf yang masih rendah dan perlu untuk dimanfaatkan secara lebih baik
untuk kesejahteraan bersama masyarakat Indonesia terutama masyarakat pesisir yang selama ini lebih banyak merupakan objek dari kegiatan pembangunan di
daerah pesisir dan lautan. Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi dengan habitat lain, sehingga
keterisolasian ini akan menambah keanekaragaman organisme yang hidup di pulau tersebut serta dapat juga membentuk kehidupan yang unik di pulau tersebut.
Selain itu pulau kecil juga mempunyai lingkungan yang khusus dengan proporsi spesies endemik yang tinggi bila dibandingkan dengan pulau kontinen. Akibat
ukurannya yang kecil maka tangkapan air catchment pada pulau ini yang relatif kecil, sehingga air permukaan dan sedimen lebih cepat hilang ke dalam air. Jika
dilihat dari segi budaya, maka masyarakat pulau kecil mempunyai budaya yang umumnya berbeda dengan masyarakat pulau kontinen dan daratan Dahuri 1998.
Kepmen Kelautan dan Perikanan No. 412000 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil yang Berkelanjutan dan Berbasis pada Masyarakat
menyebutkan bahwa definisi pulau kecil adalah pulau yang ukuran luasnya kurang dari 10.000 km
2
dengan jumlah penduduk kurang dari 200.000 jiwa. Selain dari sisi ukuran luas dan jumlah penduduk, pulau kecil menurut Kepmen ini memiliki
ciri insular yang tinggi, daerah tangkapan air yang relatif kecil, dan mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi
DKP 2000. Kepmen KP No. 41 Tahun 2000 ini juga menyebut bahwa untuk pulau dengan ukuran kurang dari 2.000 km
2
terdapat pedoman khusus yang menyangkut kegiatan ekonomi yang sesuai dengan ukuran pulau tersebut.
Kegiatan tersebut mencakup kegiatan konservasi sumberdaya alam, budidaya, pariwisata bahari, usaha penangkapan ikan yang berkelanjutan, industri teknologi
tinggi non-ekstraktif, pendidikan dan penelitian, dan lain sebagainya. Setelah keluarnya UU no 27 tahun 2007 tentang pengelolaan daerah pesisir
dan pulau-pulau kecil definisi ditingkat nasional sudah mulai ada kejelasan dengan mendefinisikan bahwa pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil
atau sama dengan 2.000 Km
2
dua ribu kilometer persegi dengan ekosistimnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada definisi yang baku
tentang pulau-pulau kecil selain bahwa luas lahan dan populasi menjadi indikator utama bagi definisi tersebut. Sebagai perbandingan, di Jepang tidak mengenal
istilah pulau kecil small islands namun lebih pada pulau terpencil remote islands. Dengan demikian salah satu fokus utama perhatian pemerintah Jepang
terhadap pulau-pulaunya adalah apakah pulau tersebut memiliki ciri insularitas yang tinggi atau tidak. Dengan kata lain, karakteristik pulau oseanik atau
kontinental menjadi salah satu indikator bagi pengelolaan pulau-pulau di Jepang. Namun demikian, dalam konteks pengelolaan pulau-pulau kecil di Indonesia
yang didasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas maka terdapat 3 hal yang dapat dipakai untuk membuat suatu batasan pengertian pulau kecil yaitu: i
batasan fisik menyangkut ukuran luas pulau; ii batasan ekologis menyangkut perbandingan spesies endemik dan terisolasi; dan iii keunikan budaya. Kriteria
tambahan lain yang dapat dipakai adalah derajat ketergantungan penduduk dalam memenuhi kebutuhan pokok. Apabila penduduk suatu pulau dalam memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya bergantung pada pulau lain atau pulau induknya maka pulau tersebut dapat diklasifikasikan sebagai pulau kecil.
2.1.3. Problem Ekonomi Pulau-Pulau Kecil