perkapita rumah tangga, pengeluaran perkapita rumah tangga, Pendidikan keluarga, Kesehatan keluarga, Kondisi perumahan serta kelengkapan fasilitas perumahan.
Indikator-indikator tersebut dapat di lihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5 Indikator Kesejahteraan
NO INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN
SKOR 1.
Tingkat pendapatanpenghasilan keluarga diukur berasarkan kriteria kemiskinan dari Dirjen Tata Guna Tanah melalui besarnya pengeluaran untuk
sembilan bahan pokok a. Tinggi atau tidak miskin pendapatankapitatahun 200 dari total
pengeluaran sembako dalam setahun b. Sedang atau hampir miskin 126 - 200
c. Rendah atau miskin 75 - 125 d. Rendah sekali atau miskin sekali 75
Skor 3 Skor 2
Skor 1 Skor 0
2. Tingkat konsumsipengeluaran keluarga diukur berdasarkan kriteria
kemiskinan Sajogyo a. Tinggi atau tidak miskin pengeluarankapitatahun 320 kg beras
b. Sedang atau miskin 240 – 320 Kg
c. Rendah miskin sekali 180 – 240 Kg
d. Sangat rendah atau paling miskin 180 Kg Skor 3
Skor 2 Skor 1
Skor 0 Skor 0
3. Pendidikan keluarga dibagi menjadi 3 kategori
a. 60 jumlah keluarga tamat SD tamat SD
b. 30 - 60 jumlah keluarga tamat SD tidak tamat SD
c. 30 jumlah keluarga tamat SD tidak sekolah
Skor 3 Skor 2
Skor 1
4. Kesehatan keluarga dibagi menjadi 3 kategori
a. 25 jumlah anggota keluarga sering sakit baik
b. 25 - 50 jumlah anggota keluarga sering sakit sedang
c. 50 jumlah anggota keluarga sering sakit buruk
Skor 3 Skor 2
Skor 1
5. Kondisi perumahan keluarga dibagi 3 kategori
a. Keadaan permanen skor 15-19
b. Keadaan semi permanen skor 10 - 14
c. Keadaan tidak permanen skor 5 - 9
Skor 3 Skor 2
Skor 1
6. Fasilitas rumah keluarga dibagi menjadi 3 kategori
a. Lengkap skor 21-27
b. Semi lengkap skor 14 - 20
c. Tidak lengkap skor 7 - 1 3
Skor 3 Skor 2
Skor 1
dan kemudian membandingkan dengan klasifikasi bcrikut ini : a. Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor 14 - 18
b. Tingkat kesejahteraan sedang jika skor 10 - 13 c. Tingkat kesejahteraan rendah jika skor 6 - 9
3.7.5. Metode Analisis Hierarchy Process AHP
Untuk mengetahui strategi kebijakan pengembangan pariwisata di Bengkulu dievaluasi dari tiga aspek yaitu dampaknya terhadap ekonomi, sosial
serta lingkungan. Analisis hierararchy proses AHP digunakan dalam kerangka manfaat “dampak positif” dan biaya “dampak negatif” dari pengembangan
kawasan wisata pantai panjang dan tapak paderi. Analisis hierararchy proses AHP bertujuan untuk mendapatkan prioritas pengembangan kawasan wisata
yang terbaik pada masa yang akan datang. Alternatif yang dapat di uraikan dalam pendekatan AHP hal-hal yang bersifat kualitatif dapat di identifikasikan melalui
sistem yang diamati dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum terhadap sistem yang dikaji. Selanjutnya dari hasil identifikasi tersebut akan diperoleh
beberapa variabel yang cukup mendominasi dan signifikan yang menggambarkan dampak yang terjadi akibat adanya kebijakan pembangunan pariwisata.
Adapun langkah –langkah menganalisis data menurut Suryadi dan
Ramdhani, 1998 adalah : 1
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2
Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum, subtujuan – subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan yang
paling bawah. 3
Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau
ktriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan didasarkan pada jugdement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibanding elemen lainnya. 4
Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgment seluruhnya sebanyak n x [n-12] buah. Dalam hal ini n adalah banyaknya
elemen yang diinginkan. 5
Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten pengambilan data diulangi lagi.
6 Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk setiap hierarki.
7 Meghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan, nilai
vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgment dalam menentukan pioritas-prioritas elemen-elemen pada hierarki
terendah sampai pada pencapaian tujuan. 8
Memeriksa konsistensi hierarki, jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgment harus diperbaiki.
Penyususunan hierarki atau struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atau alternatif keputusan yang teridentifikasi.
Penentuan prioritas untuk setiap kriteria dan alternatif, harus melakukan perbandingan berpasangan yaitu membandingkan setiap elemen dengan elemen
lainnya pada setiap hierarki secara berpasangan, sehingga didapat nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk pendapat kualitatif untuk mengkuantifikasi
pendapat kualitatif tersebut. Sehingga digunakan skala penilaian dan selanjutnya akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka
Menurut Saaty 1991 untuk berbagai permasalahan terlebih dahulu harus ditetapkan skala kuantitatif satu 1 sampai sembilan 9 , skala ini merupakan
skala terbaik dalam mengkualifikasikan pendapat, yaitu berdasakan akurasinya yang ditunjukan denga nilai RMS Root Mean Square deviation atau MAD
Median Absolute Deviation . Nilai dan defenisi perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel 6 berikut :
Tabel 6 Skala Penilaian Perbandingan
Intensitas kepentingan
Defenisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen yang satu sedikit lebih
penting dari elemen lainnya moderate
Pengalaman dan
penilaian sedikit
menyokong satu elemen dibanding elemen lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting
dari elemen lainnya strong Pengalaman dan penilaian sangat kuat
menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak
penting daripada elemen lainnya verry strong
Satu elemen yang kuat di sokong dan dominan terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak penting dari
pada elemen lainya extreme Bukti yang mendukung elemen yang satu
terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin
menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai
antara dua
nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan jika ada dua kompromi diantara dua pilihan
Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat angka 2 jika dibandingkan aktivitas j, maka j
mempunyai nilai ½ dibanding dengan i
Pada dasarnya formulasi matematis model AHP dilakukan dengan suatu matriks, dalam hal ini dalam suatu subsistem operasi terdapat elemen operasi
yaitu A1, A2,.....,An, maka hasil perbandingan secara berpasangan elemen-elemen operasi tersebut dapat membentuk matriks perbandingan sebagai berikut
A1 A2
.... An
A1 a
11
a
12
.... a
1n
A2 a
21
a
22
.... a
2n
. An
a
n1
a
n1
.... a
nn
Perbandingan berpasangan dimulai dari hierarki yang paling tinggi dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar pembuatan perbandingan. Jika vektor
pembobotan elemen-elemen kegiatan A1, A2, An dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = W1, W2, Wn, maka intensitas kepentingan elemen kegiatan A1
dibandingan dengan A2 dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen A1 kegiatan A1 terhadap A2, yaitu W1W2 = a
12
. sehingga matriks perbandingan berpasangan dapat dinyatakan sebagai berikut: Saaty, 1994.
A1 A2 A3 An A1
A2 A3
. An
W1W1 W1W2 W1W3…………………..W1Wn W2W1 W2W2 W2W3…………………..W2Wn
W3W W3W2 W3W3…………………..W3Wn
WnW1 WnW2 WnW3…………………..WnWn
Nilai WiWj, dengan i, j = 1, 2, 3,…….n didapat dari partisipasi yaitu para pengambil keputusan yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis.
Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W W1, W2, W3…….Wn maka diperoleh hubungan : A W = n W
Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut : A
– n I W = 0 Dimana : I = matriks identitas
Konsisensi logis nilai-nilai perbandingan berpasangan yang telah dilakukan harus diperiksa tingkat konsistensinya, misalnya dalam melakukan
perbandingan di nilai bahwa AB dan BC maka secara logis harusnya AC. Untuk menghitung konsistensi ini, AHP telah memiliki formulasi untuk
menhitung Consistency ratio. CR merupakan parameter yang dapat digunakan
untuk memeriksa apakah penilaian perbandingan telah dilakukan dengan konsisten atau tidak. Proses penentuan parameternya adalah sebagai berikut :
1. Mengalikan matriks yang telah disusun berpasangan dengan nilai fakor nilai
eigen sehingga diperoleh weighted sum vektor. 2.
Menghitung konsistensi vektor dengan jalan menentukan nilai rata-rata weihgted sum vektor, yaitu membagi masing-masing weihgted sum vektor
dengan nilai eigen. Selanjutnya hasil pembagian ini dijumlahkan seluruhnya dan dibagi dengan banyaknya eigen.
3. Menghitung nilai Consistency Index CI dengan menggunakan rumus :
1
n n
Xmaks C
Dimana : n = Banyaknya alternatif Xmaks = Banyaknya eigen
4. Selanjutnya untuk menghitung Consistency Ratio CR dengan rumus
CR = RICI Nilai RI Random Indeks diperoleh dari table yang telah disusun oleh Saaty
seperti berikut :
N 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 RI
0.00 0.00
0.58 0.90
1.12 1.24
1.32 1.41
1.45 1.49
Sumber : Saaty 1991 Sebagai alat analisis manfaat biaya merupakan metode praktis untuk : 1
pengambilan keputusan apakah akan melaksanakan suatu programkegiatan atau tidak. 2 pemilihan aktivitas yang paling produktif dengan ratio manfaatbiaya
tertinggi. 3 memaksimalkan total benefit dalam berbagai kendala. 4 peninjauan kembali keadaan setelah proyek pada suatu saat untuk melakukan eliminasi atau
realokasi sumberdaya. Oleh karena itu penelitian ini dicoba untuk mengaplikasikan AHP terhadap analisis manfaat dan biaya ABM yang sama-sama
pendekatannya bertujuan untuk mendapatkan alokasi yang optimal dari pemanfaatan sumberdaya. Dalam ABM pemilihan alternatif dengan menghitung
rasio manfaatbiaya yang tertinggi data kuantitatif , sedangkan dalam AHP pemilihan alternatif dengan menangkap secara rasional persepsi orang, karena
AHP mampu mengkonversi faktor-faktor yang intangible yang tidak terukur ke dalam aturan yang biasa sehingga bisa dibandingkan.
3.7.6. Analisis SWOT