Karakteristik Rumah Tangga Responden

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Rumah Tangga Responden

Rumah tangga yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 60 rumahtangga yang berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi, dimana 60 rumah tangga ini bekerja di sektor informal baik yang aktif memanfaatkan maupun yang tidak aktif memanfaatkan potensi wisata masing-masing sebanyak 30 orang. Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan terakhir, jumlah anggota keluarga, pengeluaran dan pendapatan yang merupakan faktor-fakor yang dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga. Karakteristik tersebut akan berpengaruh terhadap kegiatan, keterampilan, dan kemampuan responden dalam menelaah dan mengambil keputusan mengenai dirinya, keluarganya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih layak. Nilai rata-rata dari setiap peubah yang diamati dapat dikaji pada Tabel 18 berikut : Tabel 18 Rata-rata Peubah Karakteristik Responden No Peubah rataan per kelompok Variabel Masyarakat yang aktif memanfaatkan potensi wisata Masyarakat yang tidak aktif memanfaatkan potensi wisata 1 Umur Tahun 33,9 34,4 2 Pendidikan Tahun 8,9 9,6 3 Anggota Keluarga Jiwa 4,3 4,8 4 Pendapatan perkapita Rp 172.389 150.810 Sumber : Pengolahan data primer, 2008 Dari Tabel di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata umur masyarakat yang aktif memanfaatkan potensi wisata adalah sekitar 33,9 tahun sedangkan rata-rata umur masyarakat yang tidak aktif memanfaatkan potensi wisata adalah 34,43 tahun. Rata- rata pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan masyarakat yang tidak aktif memanfaatkan potensi wisata lebih baik dari yang aktif memanfaatkan yaitu 9.6 yang berarti bahwa masyarakat kelompok ini umumnya adalah tamatan SMP atau pernah duduk di bangku SMA. Sebaliknya dengan masyarakat yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata rata-rata tamatan SD atau pernah duduk di bangku SMP. Adapun jumlah anggota keluarga dari masyarakat yang aktif memanfaatkan potensi wisata adalah 4,3 orang dan masyarakat yang tidak aktif memanfaatkan anggota keluarganya rata-rata 4,8 atau mendekati 5 orang. Selanjutnya rata-rata pendapatan perkapita masyarakat yang aktif memanfaatkan potensi wisata adalah sebesar Rp. 172.389,- per bulan sedikit lebih besar dari rata-rata pendapatan perkapita masyarakat yang tidak aktif memanfaatkan yaitu sebesar Rp. 150.810,- per bulan dengan selisih pendapatan yang tidak begitu besar yakni Rp.21.579,- per bulan Berdasarkan hasil penelitian, komposisi umur responden yang aktif dalam memanfaatkan potensi pariwisata relatif lebih muda dibanding responden yang tidak aktif dalam kegiatan pariwisata. Umur kepala keluarga kedua kelompok ini tergolong dalam usia produktif yaitu berkisar 22 hingga 50 tahun , sedangkan untuk masyarakat yang tidak aktif dalam kegiatan pariwisata rata-rata umurnya adalah 34,43 tahun. Proporsi kelompok umur responden dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Distribusi Kelompok Umur Responden Umur Responden tahun Kategori Responden Memanfaatkan n=30 Tidak memanfaatkan n=30 KK persen KK persen 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 12 8 9 1 40,00 26,67 30,00 3,33 7 14 9 23,33 46,67 30,00 0,00 Rata-rata 33.9 Tahun 34.43 Tahun Sumber : Pengolahan data primer, 2008 Pendidikan masyarakat di sekitar kawasan wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden yang terdiri dari pendidikan Sekolah Dasar 1- 6 tahun , SMP 7-9 tahun SMA 10-12 tahun dan lebih dari 12 tahun untuk PT. Komposisi pendidikan responden dapat disajikan pada Tabel 20 berikut : Tabel 20 Pendidikan Responden Memanfaatkan – Tidak Memanfaatkan Pendidikan tahun Kategori Responden Memanfaatkan n=30 Tidak memanfaatkan n=30 KK persen KK persen SD 1 – 6 SLTP 7 – 9 SLTA 10 – 12 PT 12 12 7 11 40,00 23,33 36,67 0,00 5 14 11 16,67 46,67 36,67 0,00 Rata-rata 8.9 tahun 9.6 tahun Sumber : Pengolahan data primer, 2008 Tabel 20 menunjukkan bahwa 40,00 persen responden yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata berpendidikan Sekolah Dasar, selanjutnya sebanyak 36,67 persen berpendidikan Sekolah Menengah Atas dan 23,33persen berpendidikan SLTP dan tidak ada yang lulusan Perguruan Tinggi. Sedangkan untuk responden yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata 36,67 persen berpendidikan SMA, 46,67 persen berpendidikan SLTP dan 16,67 persen berpendidikan SD dan tidak ada yang lulusan Perguruan Tinggi. Jumlah anggota keluarga yang merupakan jumlah seluruh anggota keluarga dalam satu rumah tangga yang ditanggung oleh kepala keluarga sangat menentukan tanggungan kepala keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin banyak biaya yang harus ditanggung oleh seorang kepala keluarga demikian juga sebaliknya semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka akan semakin berkurang beban kepala keluarga. Namun jika dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang sudah masuk dalam angkatan kerja dan sudah bekerja maka akan menambah sumber pendapatan bagi keluarga tersebut. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa responden yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata mempunyai tanggungan yang lebih sedikit dari pada yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata. Sebanyak 50,00 persen responden yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata mempunyai tanggungan antara 4 – 5 orang, 33,00 persen mempunyai tanggungan kurang dari 4 orang sedangkan sebanyak 67,00 persen responden yang tidak aktif memanfaatkan potensi wisata mempunyai tanggungan antara 4 – 5 orang serta 20,00 persen responden mempunyai tanggungan lebih dari 5 orang. Untuk melihat komposisi jumlah anggota keluarga pada kedua kelompok ini dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Jumlah Anggota Keluarga Responden Yang Aktif Memanfaatkan – Tidak Aktif Memanfaatkan Potensi Pariwisata. Jumlah Anggota Keluarga jiwa Kategori Responden Memanfaatkan n=30 Tidak memanfaatkan n=30 KK persen KK persen 4 4 – 5 5 10 15 5 33,33 50,00 16,67 4 20 6 13,33 66,67 20,00 Rata-rata 4 orang 5 orang Sumber : Pengolahan data primer, 2008 Berkembangnya kegiatan pembangunan di bidang pariwisata di kota Bengkulu, diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat yang berada di sekitar lokasi wisata. Pendapatan rumah tangga adalah seluruh pendapatan baik yang berasal dari kepala keluarga maupun dari anggota keluarga yang diterima oleh kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Sulasmi, 2007 . Berdasarkan hasil survey dan analisis diketahui bahwa pendapatan rumahtangga yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata sebesar 60 persen berpendapatan perkapita antara Rp. 124.898,- – 198.250,- dan sebesar 23 persen berpendapatan perkapita di atas 198.250,- dan sebanyak 16,67 persen berpendapatan perkapita antara Rp. 74.344,- – 124.898,- dengan rata-rata pendapatan Rp 172.389,- per bulan. Sedangkan untuk rumah tangga yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata sebesar 63,33 persen berpendapatan perkapita perbulan antara Rp. 124.898,- – 198.250,- dan sebesar 20 persen berpendapatan perkapita lebih dari Rp. 198.250,- dengan rata-rata pendapatan perkapita Rp. 150.810,- per bulan. Kondisi ini menggambarkan bahwa pendapatan masyarakat yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata lebih besar daripada yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata Tabel 22. Tabel 22 Pendapatan Perkapita Perbulan Responden yang Aktif Memanfaatkan – Tidak Aktif Memanfaatkan Potensi Pariwisata. Pendapatankapita per bulan Rp Kategori Responden Memanfaatkan n=30 Tidak memanfaatkan n=30 KK persen KK persen 74.344 74.344 – 124.897 124.898 – 198.250 198.250 5 18 7 0,00 16,67 60,00 23,33 5 19 6 0,00 16,67 63,33 20,00 Rata-rata Rp. 172.389,- Rp. 150.810,- Sumber : Pengolahan data primer, 2008 Adapun jenis usaha yang dilakukan oleh masyarakat atau responden yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata adalah usaha-usaha di sektor informal antara lain ikut berjualan makanan dan minuman ringan di sepanjang lokasi wisata, warung – warung tenda, warung – warung gaul sedangkan usaha-usaha penyewaan penginapan, restoran, pemandu wisata dilakukan oleh sektor swasta atau usaha menengah ke atas pengusaha . Pendapatan lain dari masyarakat yang ikut aktif memanfaatkan potensi pariwisata ini antara lain menjadi buruh kapal nelayan atau menjaga parkir keamanan di lokasi wisata. Sedangkan rata-rata responden yang tidak aktif memanfaatkan kegiatan pariwisata dalam penelitian ini juga diambil masyarakat yang bekerja di sektor informal seperti usaha-usaha kecil atau menjadi buruh proyek bangunan, pedagang kecil, nelayan kapal dan sebagai karyawan swasta. Dengan menggunakan program Minitab 14 dengan Uji-t 2 sampel t-Test di peroleh nilai t hitung = 2,49 dengan P-Value = 0.016 pada selang kepercayaan 95 persen atau significance level α = 0.05 dan t Tabel = 2.004 maka jelas bahwa t hitung t Tabel sehingga hipotesis nol yang menyatakan bahwa rata-rata pendapatan perkapita responden yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata sama dengan rata-rata pendapatan perkapita responden yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata ditolak artinya bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara rata-rata pendapatan antara rumah tangga yang aktif memanfaatkan dengan rumah tangga yang tidak memanfaatkan potensi pariwisata. Rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata adalah Rp.172.389,- per bulan dan yang tidak aktif memanfaatkan adalah Rp.150.810,- per bulan. Hal ini berarti bahwa selisih rata-rata pendapatan perkapita rumah tangga yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata dengan rumah tangga yang tidak aktif memanfaatkan sebesar Rp. 21.579,- per bulan. Dari hasil analisis di atas maka dapat dilihat bahwa ternyata kegiatan pengembangan sektor pariwisata khususnya pembangunan Pantai Panjang dan Tapak Paderi mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar lokasi wisata meskipun hanya kecil sekali perbedaannya. Masyarakat yang berada di sekitar lokasi objek wisata ternyata belum mampu mengolah potensi yang ada dengan maksimal yang mampu meningkatkan pendapatan mereka. Terbatasnya pendidikan dan pengetahuan menjadikan masyarakat sekitar lokasi belum menjadi masyarakat yang sadar wisata sepenuhnya, rumah tangga yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata ini masih belum bisa mengemas aktifitas pemanfaatan yang memberikan nilai yang lebih tinggi seperti penjualan souvenir, penyuguhan kreasi daerah atau sebagai guide.

5.2. Analisis Deskriptif Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Sektor Pariwisata