bulan dengan simpangan baku 36,6. Sehingga nampak bahwa terdapat perbedaan rata-rata pendapatan perkapita antara masyarakat yang aktif memanfaatkan potensi
pariwisata dengan yang tidak aktif dengan selisih pendapatan Rp. 21.579,- per bulan.
5.7. Indikator Tingkat Kesejahteraan Rumah tangga di Kawasan Wisata Pantai Panjang dan Tapak Paderi.
Pengukuran tingkat kesejahteraan berdasarkan pada kriteria yang digunakan Badan Pusat Statistik BPS dalam susenas 1991 yang dimodifikasi dengan kriteria
kemiskinan Sajogyo dan direktorat Tata Guna Tanah Suswanti, 2005 . Pada penelitian ini indikator tingkat kesejahteraan yang diukur meliputi Pendapatan
rumah tangga, pengeluaran konsumsi rumah tangga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, persentase lulusan sekolah, dan kesehatan anggota rumah
tangga.
5.7.1. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga
Kriteria kemiskinan menurut Dirjen Tata Guna Tanah didasarkan pada kebutuhan sembilan bahan pokok dalam setahun sesuai dengan harga yang berlaku
di daerah penelitian. Sembilan bahan pokok yang jumlahnya telah ditetapkan oleh oleh Dirjen Tata Guna Tanah, disetarakan dengan pendapatan perkapita pertahun
dari rumah tangga responden. Jumlah sembilan bahan pokok yang ditetapkan adalah 100 kg beras, 15 kg ikan asin, 6 kg gula pasir, 6 kg minyak goreng, 60 liter minyak
tanah, 9 kg garam, 20 batang sabun, 4 meter tekstil kasar dan 2 meter kainbatik kasar. Berdasarkan harga yang berlaku pada saat penelitian, jumlah sembilan bahan
pokok tersebut adalah Rp. 1.189.500,- lampiran 5 Pendapatan perkapita pertahun rumah tangga responden diukur melalui
kriteria yang ditetapkan Dirjen tata guna tanah dimana kriteria tersebut adalah : tidak miskin atau tinggi jika pendapatan perkapita pertahun bernilai lebih dari
Rp.2.379.000,- di atas 200 persen dari harga sembilan bahan pokok setahun , hampir miskin atau sedang jika berpendapatan perkapita pertahun bernilai antara
Rp. 1.498.770.,- – Rp. 2.379.000,- 125 persen - 200 persen dari harga sembilan
bahan pokok setahun , miskin atau rendah berpendapatan perkapita pertahun antara
Rp. 829.125,- - Rp. 1.498.769,- 75 persen - 125 persen dari harga sembilan bahan pokok setahun dan miskin sekali atau rendah sekali jika pendapatan perkapita
pertahun kurang dari Rp.892.125,-. Dalam penelitian ini nilai pendapatan pertahun di konversikan menjadi pendapatan perkapita perbulan Tabel 46.
Tabel 46 Indikator Pendapatan Rumah Tangga yang Aktif Memanfaatkan Potensi Pariwisata dengan Rumah Tangga yang Tidak Aktif dalam Kegiatan Pariwisata .
Kategori Responden
Tingkat Pendapatan Rupiah Tinggi
198.250,- Sedang
124.898,- –198.250,-
Rendah 74.344,-
– 124.897,- Rendah sekali
74.344,- Jumlah
sampel Jumlah
persen Jumlah
persen Jumlah
persen Jumlah persen
Jumlah Aktif
7 23,33
18 60,00
5 16,67
0,00 30
Nonaktif 6
20,00 19
63,33 5
16,67 0,00
30 Sumber : Pengolahan data primer, 2008
Berdasarkan pada Tabel 46 di atas diketahui bahwa perbedaan rata-rata pendapatan perkapita antar kedua kelompok responden tidak begitu besar.
Kelompok responden yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata sebanyak 60,00 persen berpendapatan antara Rp. 124.898,-
– 198.250,- dan yang tidak aktif sebanyak 63,33 persen. Sebanyak 23,3 persen responden yang aktif memanfaatkan
potensi pariwisata berpendapatan di atas Rp. 198.250 dan pada kelompok responden yang tidak memanfaatkan sebanyak 20,00 persen.
Dengan menggunakan uji Khi-Kuadrat X
2
dengan kaidah keputusan jika X
2
hitung ≥ X
2
Tabel artinya signifikan, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai X
2
hitung sebesar 0,104 dimana X
2
Tabel sebesar 5,99 pada tingkat kepercayaan α=0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
pendapatan rumah tangga yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata dengan yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata.
Tingkat pendapatan pada penelitian ini dilihat dari dua sumber yakni penghasilan utama dan penghasilan sampingan yang dihasilkan baik oleh kepala
keluarga maupun oleh anggota rumah tangga. Masyarakat yang aktif memanfaatkan potensi pariwisata sumber pendapatannya adalah dari berdagang makanan dan
minuman disekitar lokasi wisata, berdagang jagung bakar, bakso, tukang foto keliling, penjual souvenir dan karyawan hotel atau cottage. Sedangkan masyarakat
yang tidak aktif memanfaatkan potensi pariwisata umumnya bekerja di sektor informal seperti buruh bangunan, buruh kapal nelayan, berdagang kecil-
kecilanwarung.
5.7.2. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga