Menurut Daniel dan Boster 1976, keindahan pemandangan lanskap merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting walaupun secara
obyektif keindahan pemandangan sulit untuk diukur. Simonds 1983 juga menyatakan bahwa keindahan merupakan hubungan yang harmonis dari semua
komponen yang dirasakan.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik non parametrik untuk menguji persepsi responden. Pendugaan kualitas visual dilakukan melalui metode
scenic beauty estimation SBE. Penilaian kualitas visual melibatkan reponden yang berasal dari wisatawan yang berada di kawasan LKL Tabel 4. Foto lanskap
ditampilkan satu persatu dengan durasi 8 detik. Berdasarkan Daniel dan Boster 1976, penilaian image harus dilakukan secara spontan karena responden
bersikap jujur dalam menilai. Persamaan matematik dari rumusan SBE, yaitu:
Keterangan: SBEi
: Nilai pendugaan keindahan pemandangan suatu lanskap ke-i Zyi
: Nilai rata-rata z lanskap ke-i Zyo
: Nilai rata-rata z suatu lanskap tertentu sebagai standar Pendugaan nilai keindahan suatu scenic pada lanskap lokasi menggunakan
sebaran nilai rating 1-10. Proses berikutnya adalah klasifikasi kelas keindahan berdasarkan interval skor. Interval nilai tersebut dibagi menjadi tiga kelas
keindahan tinggi T, sedang S, dan rendah R.
Klasifikasi keindahan lanskap wisata pesisir LKL berdasarkan interval nilai keindahan, yaitu:
Klasifikasi keindahan = Penilaian keindahan LKL diklasifikasikan tiga kelas keindahan, yaitu:
Tinggi T dengan nilai 100-150. Artinya, kawasan memiliki keindahan visual yang tinggi sebagai kawasan wisata pesisir.
Sedang S dengan skor 49-99. Artinya, kawasan memiliki keindahan visual sedang sebagai kawasan wisata pesisir.
Rendah R dengan nilai 48. Artinya, kawasan memiliki keindahan visual yang rendah sebagai kawasan wisata pesisir.
c. Daya Tarik Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk
Menentukan potensi daya tarik wisata pesisir LKL diperoleh dari gabungan kondisi nilai potensi objek dan atraksi dengan nilai potensi kualitas visual.
Klasifikasi tingkat daya tarik = Penilaian potensi objek dan atraksi dengan keindahan visual diklasifikasikan
berdasarkan tiga tingkat potensi daya tarik, yaitu: Tinggi T dengan nilai 189-249. Artinya, kawasan memiliki potensi daya tarik
tinggi sebagai kawasan wisata pesisir. Sedang S dengan nilai 128-188. Artinya, kawasan memiliki cukup potensi daya
tarik sebagai kawasan wisata pesisir. Rendah R dengan nilai 67-127. Artinya, kawasan memiliki kurang potensi daya
tarik sebagai kawasan wisata pesisir. 13
d. Daya Tarik Wisata Pesisir Berdasarkan Kepekaan Ekosistem LKL
Menentukan potensi daya tarik wisata pesisir Lalong Kota Luwuk yang diperoleh dari gabungan atau overlay kondisi nilai potensi objek dan atraksi dan
nilai potensi kualitas visual dengan kepekaan lingkungan untuk mengetahui potensi daya tarik wisata yang akan direncanakan sebagai wisata pesisir. Hal ini
dikarenakan aspek ekologi memiliki peran yang penting untuk keberlangsungan kawasan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk yang memiliki kepekaan.
Hasil penggabungan diklasifikasikan berdasarkan tiga tingkat potensi daya tarik wisata berdasarkan kepekaan lingkungan, yaitu:
Klasifikasi tingkat daya tarik = Penilaian potensi objek dan atraksi, keindahan visual dengan kepekaan
lingkungan diklasifikasikan berdasarkan tiga tingkat potensi daya tarik, yaitu: Tinggi T dengan nilai 8434-10860. Artinya, kawasan memiliki potensi daya
tarik tinggi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata pesisir. Sedang S dengan nilai 6007-8433. Artinya, kawasan memiliki cukup potensi
daya tarik untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata pesisir. Rendah R dengan nilai 3580-6006. Artinya, kawasan kurang memiliki potensi
daya tarik untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata pesisir.
e. Zona Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk
Penentuan zona dilakukan menggunakan bantuan ArcView atau ArcGIS dengan teknik overlay Prahasta 2002 untuk mengetahui kesesuaian zona wisata
pesisir kemudian menyelaraskan peta RTRW atau BWK yang berlaku di Kota Luwuk. Menurut Hutabarat et al. 2009, zona wisata pesisir dapat ditentukan
sebagai zona inti, zona khusus, zona penyangga, dan zona pemanfaatan dengan pertimbangan faktor ekologi, sosial, dan ekonomi. Formula zonasi wisata pesisir
Lalong Kota Luwuk, yaitu:
DTKi, BWK.....................................................................................6 Keterangan:
ZPWi : Zona wisata pesisir ke-i DTKi : Daya tarik wisata pesisir berbasis kepekaan ekosistem ke-i
BWK : BWK Kota Luwuk
Hasil zonasi tata ruang wisata pesisir LKL merupakan bahan pengembangan lanskap kawasan wisata pesisir. Bahan perencanaan terdiri dari beberapa alternatif
dalam menentukan model perencanaan. Keputusan alternatif arah model perencanaan yang akan digunakan melalui pertimbangan para ahli yang terkait
dengan perencanaan wisata pesisir. 3.
Dukungan Mayarakat Lalong Kota Luwuk
Analisis sosial perkotaan bertujuan mengetahui penerimaan dan prilaku kurang mendukung masyarakat lokal serta peluang ekonomi yang diharapkan.
Data yang digunakan dalam analisis sosial perkotaan adalah data kesediaan masyarakat lokal tentang pengembangan wisata pesisir melalui focus group
discussion FGD.
Metode FGD bertujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok Bungin 2001. Diskusi dilakukan oleh responden
masing-masing desa diambil n=10, sehingga jumlah dari responden 8 kelurahan yang diteliti adalah 80 responden Tabel 4. Analisis meliputi akseptibilitas dan
prilaku yang kurang mendukung masyarakat serta persepsi masyarakat terhadap jenis peluang ekonomi yang dipilihnya.
a.
Akseptibilitas Masyarakat
Derajat penilaian yang dilakukan harus mendukung kondisi sosial masyarakat disekitarnya. Apabila daerah telah dilindungi oleh tradisi lokal maka
keadaan tersebut harus diberi dukungan dan daerah tersebut harus diberi penilaian yang lebih tinggi. Penilaian akseptibilitas dan prilaku yang kurang mendukung
masyarakat menggunakan metode FGD dan responden adalah masyarakat lokal LKL. Rumus yang digunakan untuk menghitung dukungan masyarakat adalah:
Am
= ∑ Ps ∑ Po x 100 Keterangan:
Am : Dukungan masyarakat lokal dalam persen
∑ Ps : Jumlah masyarakat yang setuju dengan penunjukan ∑ Po : Jumlah masyarakat yang menjadi responden
b. Peluang Ekonomi
Derajat penilaian yang dilakukan dapat mendukung ekonomi masyarakat disekitarnya. Keberadaan wisata pesisir hendaknya memberi kesejahteraan
masyarakat lokal sehingga pelaku wisata adalah masyarakat lokal. Penilaian peluang ekonomi menggunakan metode FGD dan responden adalah masyarakat
lokal LKL pada pada masing-masing kelurahan. Rumus yang digunakan untuk menghitung peluag ekonomi masyarakat lokal adalah:
Pe
= ∑ Ms ∑ Mo x 100 Keterangan:
Pe : Peluang ekonomi masyarakat lokal dalam persen
∑ Ms : Jumlah masyarakat yang setuju dengan penunjukan ∑ Mo : Jumlah masyarakat yang menjadi responden
4. Zona Potensial Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk
Zona potensial wisata pesisir Lalong Kota Luwuk merupakan hasil zona wisata pesisir berdasarkan kepekaan lingkungan yang selanjutnya menyesuaikan
sosial perkotaan yang meliputi analisis akseptibilitas dan prilaku masyarakat yang kurang mendukung serta peluang ekonomi terhadap perencanaan lanskap kawasan
wisata pesisir LKL. Menurut Hutabarat et al. 2009, wisata pesisir dibutuhkan informasi aspek sosial berdasarkan dukungan masyarakat kawasan wisata pesisir.
Hasil zona potensial wisata pesisir akan digunakan sebagai bahan pengembangan wisata pesisir LKL. Formula zona potensial wisata pesisir LKL, yaitu:
ZPOWi = ZWi, Ami, Pei.................................................................................7 Keterangan:
ZPOWi: Zona potensial wisata pesisir ke-i ZWi
: Zona wisata pesisir ke-i Ami
: Akseptibilitas masyarakat wisata pesisir ke-i Pei
: Peluang ekonomi wisata pesisir ke-i 15