Tabel 17  Luas kepekaan ekosistem akuatik kawasan pesisir LKL
Sumber: Olahan data lapang 2013 TP: tidak peka 16-21, CP: cukup peka 10-15, P: peka 4-9
Tabel 17 menunjukkan luasan kawasan cukup peka CP yaitu 60.39 ha dari total  luas  kawasan  yang  berada  di  Kelurahan  Bungin,  Kelurahan  Luwuk,  dan
Kelurahan  Keraton.  Kawasan  akuatik  terbesar  adalah  kawasan  estuari  yang memiliki  luas  37.87  ha  atau  62.74  yang  berada  di  Kelurahan  Luwuk.  Potensi
pengembangan  wisata  yaitu  mengandalkan  atraksi  air  dengan  memanfaatkan sumber  daya  air.  Air  merupakan  salah  satu  elemen  lanskap  yang  dapat
menciptakan  aktivitas  atau  kegiatan  wisata  yang  menarik,  tetapi  kawasan  estuari cukup  rentan  dikarenakan  kawasan  memiliki  substrat  berlumpur  sehingga
berpotensi terjadinya sedimentasi yang mengancam keberlangsungan biota air.
Kawasan  pantai  berpasir  memiliki  luas  2.94  ha  atau  4.85  yang  berada  di Kelurahan Bungin dan Kelurahan Keraton. Pantai berpasir yang berwarna putih di
sepanjang  garis  pantai  memiliki  potensi  rekreasi  pantai,  tetapi  kawasan  pantai cukup  rentan  dikarenakan  pemanfaatan  yang  tidak  berkelanjutan  sehingga
kawasan pantai kehilangan vegetasi yang memicu terjadinya abrasi.
Kawasan padang lamun memiliki luas 6.33 ha atau 10.45  yang berada di Kelurahan  Bungin  dan  Kelurahan  Keraton.  Kawasan  padang  lamun  berfungsi
sebagai  habitat  biota  laut  dan  perangkap  sedimen  sehingga  cukup  rentan  apabila mengalami gangguan akibat aktivitas yang berlebihan.
Kawasan terumbu karang memiliki luas 13.17 ha atau 21.81 yang berada di Kelurahan Bungin dan Kelurahan Keraton. Terumbu karang merupakan habitat
biota  endemik  Banggai  cardinal  fish  Pterapogon  kauderni  yang  berada  di kedalaman 3-6 m dan memiliki berbagai jenis terumbu karang yang indah. Hal ini
memberikan  peluang  untuk  melakukan  atraksi  wisata  yang  mengandalkan keindahan  bawah  laut  tetapi  kondisi  rentan  sehingga  dibutuhkan  daya  dukung
kawasan yang tidak merusak ekosistem.
Kawasan akuatik pesisir LKL terkecil adalah pantai berbatu  yang memiliki luas  0.09  ha  atau  0.15  yang  berada  di  Kelurahan  Keraton.  Pantai  berbatu
merupakan  batu  karang  yang  memiliki  ukuran  batu  cukup  besar  dan  berwarna hitam  yang  berfungsi  sebagai  penahan  arus  gelombang  dan  sebagai  habitat  biota
air  yang  hidupnya  menempel.  Pantai  berbatu  memiliki  potensi  wisata  dengan memanfaatkan  keindahan  bentuk,  warna,  dan  deburan  ombak.  Kawasan  pantai
berbatu  rentan  karena  luasan  berkurang  akibat  pembangunan  akses  jalan  yang berada di kawasan tepi pantai berbatu.
No    Kelurahan Ekosistem akuatik
Estuari Pantai
Padang lamun Terumbu karang
Semi terbuka  Berpasir Berbatu  Penutupan 40-80    Penutupan 40-80
1 Tontouan
- -
- -
- 2
Mangkio -
- -
- -
3 Kaleke
- -
- -
- 4
Soho -
- -
- -
5 Bungin
- 1.90
- 4.57
7.15 6
Luwuk 37.87
- -
- -
7 Baru
- -
- -
- 8
Keraton -
1.04 0.09
1.75 6.02
Total ha 37.87
2.94 0.09
6.32 13.17
60.39 Total
62.74 4.85
0.15 10.45
21.81 100
Klasifikasi CP
CP CP
CP CP
Berdasarkan  kondisi  tersebut,  dibutuhkan  alternatif  penerapan  teknologi yang ramah lingkungan untuk pencegah dampak negatif terhadap kawasan akuatik
sekaligus  untuk  meningkatkan  daya  dukung  ekologis  atau  dapat  mencegah penurunan  kualitas  kawasan  pesisir  LKL.  Zona  kepekaan  kawasan  akuatik  LKL
dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14  Peta kepekaan ekosistem akuatik kawasan pesisir LKL
4.2 Daya Tarik Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk
4.2.1 Potensi Objek dan Atraksi Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk
Bentuk  kepariwisataan  kawasan  pesisir  Lalong  Kota  Luwuk  dilakukan penilaian terhadap objek dan atraksi wisata pesisir eksisting yang berpotensi bagi
pengembangan  wisata  pesisir.  Sumber  daya  alam  pesisir  LKL  dapat  mewakili berbagai karakteristik lingkungan ekoistem teresterial dan dan ekosistem akuatik
dan  ketinggian  pantai  sampai  gunung.  Sedangkan  budaya  dapat  mewakili berbagai  aktivitas  masyarakat  lokal  dan  sejarah  peninggalan  bangunan  bergaya
arsitektur kolonial maupun arsitektur lokal.
Berdasarkan  kondisi  objek  dan  atraksi  tersebut  diperlukan  upaya  penilaian potensi objek dan atraksi pada setiap ekosistem yang dilihat berdasarkan keunikan,
kelangkaan,  dan  keaslian.  Artinya,  setiap  objek  dan  atraksi  mempunyai kekhususan,  istimewa,  khas,  terawat,  dan  asli  dari  kawasan  tersebut.  Tujuan
penilaian  objek  dan  atraksi  untuk  mengetahui  kelayakan  objek  dan  atraksi  yang akan  dikembangkan  sebagai  daya  tarik  wisata  pesisir  LKL.  Penilaian  potensi
objek dan atraksi wisata di kawasan pesisir LKL dapat dilihat pada Tabel 18. 35
Tabel 18  Penilaian potensi objek dan atraksi wisata pesisir LKL
No  Kelurahan  Ekosistem Objek dan atraksi
Parameter N  K
Keu   Kel Kea
1 Tontouan
Hutan lahan atas Alami
Tarsius Sulawesi 22   22
22 66
S Semi alami
11 11
11 33
R Tidak alami
11   11 11
33 R
Lahan bernilai penting  Pemukiman 11   11
11 33
R 2
Mangkio Hutan lahan atas
Alami Tarsius Sulawesi
22   22 22
66 S
Semi alami 11
11 11
33 R
Tidak alami 11   11
11 33
R Lahan bernilai penting  Pemukiman
11   11 11
33 R
3 Kaleke
Hutan lahan atas Alami
Tarsius Sulawesi 22   22
22 66
S Semi alami
Kuliner khas lokal 20
16 21
57 S
Tidak alami 11   11
11 33
R Lahan bernilai penting  Pemukiman
11   11 11
33 R
4 Soho
Hutan lahan atas Tidak alami
11 11
11 33
R Lahan bernilai penting   Pemukiman  Akper
21 22
22 65
S 5
Bungin Hutan lahan atas
Semi alami 11
11 11
33 R
Tidak alami 11
11 11
33 R
Lahan bernilai penting  Pemukiman  Kediaman dr.Anuranta 22
22 22
66 S
Gereja BZL 33
33 33
99 T
Museum daerah 33
33 33
99 T
Pemukiman pasar tua 33
33 33
99 T
Kuliner khas lokal 22
14 21
57 S
Pantai Pasir putih
33 33
33 99
T Padang lamun
Padang lamun 11
20 33
64 S
Terumbu karang Jenis terumbu karang
33 33
33 99
T Banggai cardinal fish
33 33
33 99
T 6
Luwuk Hutan lahan atas
Semi alami 11
11 11
33 R
Tidak alami 11
11 11
33 R
Lahan bernilai penting  Pemukiman  Ked. Kel.Kerajaan Banggai 33
33 33
99 T
CBD Pasar malam
25 22
22 69
S Kuliner khas lokal
20 25
25 70
S Estuari
Air 33
33 33
99 T
7 Baru
Hutan lahan atas Tidak alami
11 11
11 11
R Lahan bernilai penting  Pemukiman  Kuliner khas lokal
20 21
21 62
S 8
Keraton Hutan lahan atas
Semi alami Mata air mambual
33 33
33 99
T Kuliner khas lokal
21 22
22 65
S Tidak alami
11 11
11 33
R Lahan bernilai penting  Pemukiman  Ked. Wakil Bupati
33 33
33 99
T Bekas benteng majapahit
33 33
33 99
T CBD
Pasar pelelangan ikan 22
22 30
74 S
Pantai berpasir Pasir putih
33 33
33 99
T Pantai berbatu
Pantai berbatu 33
33 33
99 T
Padang lamun Padang lamun
20 22
22 64
S Terumbu karang
Jenis terumbu karang 33
33 33
99 T
Banggai cardinal fish 33
33 33
99 T
Rumpon 25
23 22
70 S
Sumber: Data olahan lapang 2013 Keu: keunikan, Kel: kelangkaan, Kea: keaslian, N: nilai rata-rata, K: klasifikasi
T: tinggi 77-99, S: sedang 54-76, R: rendah 31-53
Tabel  18  menunjukkan  sebagian  besar  kawasan  pesisir  LKL  memiliki potensi  objek  dan  atraksi  wisata  dengan  klasifikasi  sedang.  Potensi  objek  dan
atraksi wisata klasifikasi sedang dipengaruhi kawasan memiliki objek dan atraksi alam atau budaya cukup beragam. Selain itu, kawasan memiliki objek dan atraksi
yang  unik  dan  hanya  terdapat  di  kawasan  LKL  tetapi  mengalami  percampuran, dan  kondisi  kurang  terawat.  Potensi  objek  dan  atraksi  LKL  dapat  ditingkatkan,
seperti  memperbaiki  fisik  bangunan  peninggalan  masa  kolonial  yang  kurang terawat  dan  mengembalikan  fungsinya,  menciptakan  atraksi  budaya  masyarakat
lokal  yang  mengalami  pergeseran  akibat  tekanan  budaya  luar,  dan  menyediakan fasilitas wisata yang menunjang wisatawan untuk menikmati objek dan atraksi.
Tabel 19  Luas potensi objek dan atrasi wisata pesisir LKL
No Kelurahan
Potensi objek dan atraksi R
S T
1 Tontouan
53.01 640.30
- 2
Mangkio 34.21
443.27 -
3 Kaleke
9.41 754.15
- 4
Soho 3.10
18.14 -
5 Bungin
34 4.57
60.96 6
Luwuk 54.34
27.31 102.03
7 Baru
0.34 15.84
- 8
kKeraton 8.15
6.89 60.61
Total ha 196.56
1910.51 223.60
2330.67 Total
8.43 81.97
9.60 100
Sumber: Olahan data lapang 2013
Tabel  19  menunjukkan  luasan  kawasan  potensi  objek  dan  atraksi  wisata dengan  klasifikasi  tinggi  T  seluas  223.60  ha  atau  9.60  berada  di  Kelurahan
Bungin, Kelurahan Luwuk, dan Kelurahan Keraton yang memiliki potensi wisata alam  yaitu  pantai  berpasir,  pantai  berbatu,  jenis  terumbu  karang,  biota  endemik
Banggai  cardinal  fish,  dan  perairan.  Potensi  wisata  budaya  yaitu  bangunan bersejarah  dengan  gaya  arsitektur  kolonial  dan  pemukiman  pasar  tua  dengan
rumah  bergaya  arsitektur  lokal.  Sedangkan  potensi  objek  dan  atraksi  wisata dengan klasifikasi sedang S seluas 1910.51 ha atau 81.97 yang berada di Desa
Tontouan,  Kelurahan  Mangkio  Baru,  dan  Kelurahan  Kaleke  memiliki  potensi objek  dan  atraksi  wisata  alam  yaitu  fauna  endemik  Tarsius  Sulawesi.  Kelurahan
Soho  dan  Kelurahan  Baru  berpotensi  wisata  budaya  seperti  jenis  kuliner  khas lokal  dan  bangunan  bersejarah  dengan  gaya  arsitektur  kolonial.  Zona  potensi
objek dan atraksi wisata pesisir LKL dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Peta potensi objek dan atraksi wisata pesisir LKL 37
Tabel 20 menunjukkan potensi objek dan atraksi wisata pesisir LKL. Tabel 20  Potensi objek dan atraksi wisata LKL
No    Ekosistem Objek             Atraksi
Potensi wisata  Keterangan Photo
1    Hutan lahan atas
l l
Fauna Tarsius
Alam Fauna
Tarsius Sulawesi merupakan fauna
endemik yang berasal dari
Sulawesi
2 Lahan
bernilai penting
Akper Gaya
arsitektur kolonial
Budaya Sejarah
Rumah sakit umum pertama di
Kota Luwuk pada masa kolonial
1936
3 Lahan
bernilai penting
Kediaman Anuranta
Gaya arsitektur
kolonial Budaya
Sejarah Rumah keluarga
dokter yang dibangun pada
masa kolonial dan terjaga
keasliannya
4 Lahan
Bernilai Penting
Gereja Bukit
Zaitun Luwuk
Gaya arsitektur
kolonial Budaya
Sejarah Gereja pertama di
Kota Luwuk yang mencapai umur
hampir 100 tahun
5 Lahan
bernilai penting
Museum daerah
Gaya arsitektur kolonial,
galeri budaya Banggai, dan
pertunjukan seni tarian dan
teater Budaya
Sejarah Bangunan
peninggalan kolonila yang
dibangun pada tahun 1930 dan
merupakan bekas distrik
6 Lahan
bernilai penting
Pemukiman pasar tua
Arsitektur lokal
rumah panggung
Budaya Sejarah
Pusat perdagangan pada masa
pemerintahan kolonial yang
didominasi oleh suku Gorontalo
dan bangunan mencapai ratusan
tahun
Sumber: Olahan data lapang 2013