Jenis Tanah Kondisi Biofisik .1 Topografi dan Kemiringan Lahan

Kawasan pesisir Kota Luwuk memiliki ekosistem teresterial yaitu hutan lahan atas alami, semi alami, dan tidak alami dan lahan bernilai penting pemukiman dan CBD. Ekosistem akuatik yaitu estuari, pantai berpasir dan berbatu, padang lamun, dan terumbu karang. Luas sempadan pantai wilayah Kabupaten Banggai yaitu 8812.18 ha. Sedangkan panjang garis pantai Kota Luwuk ± 35.36 km DPK 2009. Ekosistem mangrove di Kabupaten Banggai memiliki luas 3370 ha yang hanya terdapat di Kecamatan Bunta seluas 320 ha, Kecamatan PagimanaBualemo seluas 1.600 ha, Kecamatan Lamala seluas 50 ha, dan Kecamatan Toili seluas 1400 ha DPK 2009. Jenis terumbu karang di Kabupaten Banggai yaitu karang bercabang dari marga Porites, Millepora, Acropora, Pocillopora, dan Seriatopora DPK 2009. Keberadaan ekosistem tersebut merupakan potensi sumber daya alam yang memiliki fungsi dan peran yang saling terkait. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya untuk menjaga dan melestarikan sumber daya tersebut. Perencanaan BWK Kota Luwuk merupakan pedoman dalam pengembangan masa depan Kota Luwuk. Namun, BWK Kota Luwuk belum terintegrasi dengan kawasan pesisir yang pada umumnya merupakan kawasan dengan ekosistem yang peka. Hal ini terlihat dari fungsi utama pada BWK yang akan direncanakan. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya penyelarasan rencana wisata pesisir dengan rencana BWK Kota Luwuk. Dengan keselarasan tersebut diharapkan dapat mendukung rencana pemerintah untuk menjaga kawasan pesisir di Kabupaten Banggai khususnya di Kota Luwuk sehingga tercipta kawasan pesisir yang berkelanjutan. Pembagian rencana ruang atau BWK Kota Luwuk dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Peta rencana pola ruang Kota Luwuk Bappeda 2011 26 3.4 Kondisi Sosial dan Ekonomi 3.4.1 Kependudukan Faktor kependudukan memiliki peran yang penting dalam proses suatu perencanaan kawasan. Pada dasarnya pembangunan ditunjukan sebesar-besarnya untuk memenuhi kepentingan penduduk. Penduduk kota cenderung lebih padat di pusat kota, hal ini terkait dengan konsentrasi kegiatan perkotaan. Jumlah penduduk Kota Luwuk setiap tahun mengalami peningkatan. Tahun 2009 jumlah penduduk 50190 jiwa dengan laju pertumbuhan 1.99 pertahun BPS 2010. Kenaikan jumlah penduduk disebabkan oleh faktor tingkat kelahiran atau migrasi dari wilayah lain. Jenis kelamin penduduk Kota Luwuk lebih dominan jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 25150 jiwa atau 50.10 dibandingkan laki-laki 25040 jiwa atau 49.90 dengan perbandingan rasio 98.71. Persentase penduduk menurut agama di Kota Luwuk didominasi oleh agama Islam yaitu 83.34. Kota Luwuk terdiri dari suku asli yaitu Saluan, Balantak, Banggai, dan pendatang Tionghoa, Bajo, Bugis, Manui, Raha dan Buton. Kepadatan rata-rata Kota Luwuk yaitu rendah dan tinggi. Kepadatan tertinggi terdapat di pusat kota Gambar 11. Menurut Permen No.11M2008 tentang keserasian kawasan perumahan dan pemukiman, standar zona perkotaan tergolong kepadatan rendah 500 jiwakm 2 , sedang antara 500-1000 jiwakm 2 , dan kepadatan tertinggi 1000 jiwakm 2 . Pentingnya mengetahui distribusi kepadatan penduduk terkait dengan dampak negatif yaitu terjadinya penyimpangan prilaku sosial. Kepadatan Kota Luwuk dikategorikan kepadatan sosial, hal ini dikarenakan jumlah individu bertambah tanpa diiringi dengan penambahan luas ruangan . Gambar 11 Peta distribusi kepadatan penduduk Kota Luwuk Bappeda 2011 27