6. Zona Pengembangan Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk
Zona pengembangan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk merupakan hasil zona potensial wisata pesisir. Menurut Hutabarat et al. 2009, zona
pengembangan merupakan zona kesesuain wisata pesisir yang terdiri dari aspek ekologi, aspek daya tarik, dan aspek dukungan masyarakat lokal. Hasil zona
pengembangan wisata pesisir akan digunakan sebagai bahan perencanaan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk. Formula zona pengembangan wisata pesisir LKL,
yaitu: ZPWi = ZPOWi...............................................................................................8
Keterangan: ZPWi : Zona pengembangan wisata pesisir ke-i
ZPOWi: Zona potensial wisata pesisir ke-i 7.
Daya Dukung Kawasan Pesisir Lalong Kota Luwuk
Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan zonasi wisata pesisir yang akan dikembangkan di kawasan Lalong Kota Luwuk. Menurut Hutabarat et
al. 2009, daya dukung lingkungan carrying capacity sebagai intensitas penggunaan maksimum terhadap sumber daya alam juga membatasi
pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan wisata tanpa merusak alam. Zona pemanfaatan kawasan yang dikembangkan akan
disesuaikan dengan karakter sumber daya dan peruntukan.
Menurut Hutabarat et al. 2009, menghitung daya dukung pengembangan wisata alam dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan DDK. DDK
adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada
alam dan manusia. Rumus perhitungan DDK, yaitu: DDK = K x LpLt x WtWp
Keterangan: DDK : Daya dukung kawasan wisata oranghari
K
: Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp
: Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt
: Unit area untuk kategori tertentu Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata per hari
Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu 2.3.3
Rencana Lanskap Kawasan Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk
Perencanaan lanskap kawasan wisata pesisir merupakan analisis zona pengembangan wisata pesisir yang disesuaikan dengan daya dukung kawasan
wisata pesisir. Formula perencanaan lanskap kawasan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk, yaitu:
RLi = ZPWi, DDKi..........................................................................................9 Keterangan:
RLi
: Rencana lanskap ke-i ZWPi : Zona pengembangan wisata pesisir ke-i
DDKi : Daya dukung wisata pesisir ke-i Hasil zona potensial wisata pesisir dan daya dukung merupakan bahan
untuk merencanakan kawasan lanskap wisata pesisir Lalong Kota Luwuk. Perencanaan lanskap kawasan wisata terdiri dari konsep lanskap untuk
pengembangan kawasan wisata dan rencana lanskap. Konsep pengembangan lanskap terdiri dari konsep ruang dan aktivitas serta konsep sirkulasi.
a. Konsep pengembangan kawasan wisata
Konsep perencanaan yang dikembangkan pada kawasan Lalong Kota Luwuk adalah kawasan wisata perkotaan yang berkelanjutan. Arah konsep
pengembangan disesuaikan dengan hasil rekomendasi dari para ahli dengan menggunakan metode AHP. Menurut Gunn 1994 dan Inskeep 1991, konsep
tersebut
merupakan konsep
rencana pengembangan
kawasan yang
mengakomodasikan keberlanjutan dan kualitas lingkungan. b.
Konsep ruang dan sirkulasi wisata
Konsep lanskap pengembangan terdiri dari konsep ruang dan sirkulasi. Konsep ruang wisata yang akan dikembangkan merupakan zona wisata pesisir
terpadu. Menurut Gunn 1994, ruang menjadi wadah untuk melakukan aktivitas, dimana aktivitas yang dilakukan disesuaikan dengan fungsi yang akan
dikembangkan pada ruang tersebut. Ruang pada tapak terdiri dari ruang utama dan ruang penunjang wisata.
Konsep sirkulasi digambarkan dengan membuat jalur wisata yang menghubungkan kelompok kegiatan wisata dan antara kegiatan wisata dengan
kegiatan wisata lainnya di dalam kawasan Gunn 1994. Pola pergerakan prilaku pengunjung akan dipengaruhi oleh objek dan atraksi yang dibentuk dalam ruang
Lew dan McKercher 2006. c.
Rencana ruang dan sirkulasi wisata
Rencana ruang adalah hasil analisis konsep pengembangan ruang. Ruang wisata terdiri dari ruang wisata utama dan ruang wisata penunjang. Ruang wisata
utama adalah ruang untuk melakukan aktivitas wisata. Ruang penunjang terdiri dari ruang penerima dan ruang transisi. Sedangkan rencana sirkulasi merupakan
penghubung antara ruang wisata. Sirkulasi wisata terdiri dari sirkulasi primer, sirkulasi sekunder, dan sirkulasi tersier.
d.
Rencana aktivitas dan fasilitas wisata
Keberhasilan suatu aktivitas apabila menyesuaikan dengan kondisi lingkungan WALROS 2011. Aktivitas yang direncanakan diarahkan pada
aktivitas yang mengajak wisatawan terlibat langsung dalam berbagai atraksi wisata sehingga mengalami kesan dan pengalaman yang menyenangkan serta
dapat menjaga kelestarian kawasan pesisir Lalong Kota Luwuk. Sedangkan fasilitas pendukung aktivitas wisata yang dikembangkan disesuaikan dengan
aktivitas pada masing-masing ruang yang terdapat di kawasan wisata pesisir LKL. 19
3 KONDISI UMUM KOTA LUWUK
3.1 Kota Luwuk
Kota Luwuk merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banggai yang berada di pesisir Selat Peleng Selatan Kabupaten Banggai dan secara administrasi
terletak di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis Kota Luwuk terletak antara 122
°
42´-122
°
57´ BT dan 0
°
54´-1
°
3´ LS. Batas wilayah yaitu sebelah Utara dengan Teluk Tomini, sebelah Timur dengan Laut Maluku, sebelah Selatan
dengan Selat Peling Kabupaten Banggai Kepulauan dan Teluk Tolo, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Poso Gambar 5. Kondisi tersebut menjadikan Kota
Luwuk menjadi salah satu wilayah yang strategis dalam berbagai sektor sehingga perkembangan kota cukup pesat.
Perkembangan wilayah Kota Luwuk diawali oleh pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang, hal ini terbukti dengan adanya pusat pemerintahan kota lama
di Kelurahan Soho dan Kelurahan Bungin. Kota Luwuk mengalami perkembangan pesat setelah kedatangan para pedagang dari Cina dan Arab serta
masuknya suku Gorontalo, Buton, Raha, dan Manui yang membentuk pola perkampungan baru Djalumang 2012. Luas wilayah Kota Luwuk 150.27 km
2
yang terdiri dari 20 kelurahandesa Gambar 6 dengan jumlah penduduk 50190 jiwa Badan Pusat Statistik 2010.
Gambar 5 Peta orientasi Kota Luwuk Bappeda 2011
Gambar 6 Peta administrasi Kota Luwuk Bappeda 2011
3.2 Sejarah Pemerintahan
Banggai awal kesejarahannya merupakan kerajaan kecil yang masuk dalam sebelas wilayah Kerajaan Kediri 1041 M dengan nama Ping ye yang berarti
Banggai dan dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan di Banggai Kepulauan sampai saat ini. Pada tahun 1906 pemerintahan kolonial Belanda
menguasai kerajaan Banggai dengan nama Onderafdeling dan membagi wilayah kekuasaan menjadi dua yaitu Landschap Luwuk berkedudukan di Luwuk Kota
Luwuk dan Landschap Banggai Kepulauan berkedudukan di Banggai Djalumang 2012. Setelah Jepang mengalahkan Belanda, Jepang menguasai
pemerintahan Kerajaan Banggai dan mendarat di Luwuk pada tanggal 15 Mei 1942. Selanjutnya kemerdekaan Bangsa Indonesia mengubah status pemerintahan
Swapraja Banggai menjadi Daerah Tingkat II yang dipimpim oleh seorang bupati yang berkedudukan di Luwuk sampai saat ini.
Kota Luwuk di pimpin oleh seorang bupati yang diangkat berdasarkan pemilu secara demokratis melalui masing-masing partai. Luwuk terdiri dari tiga
kecamatan dan masing-masing kecamatan dipimpin oleh seorang kepala camat. Setiap kecamatan di Luwuk terdiri atas kelurahan atau desa yang dipimpin oleh
kepala kelurahan. Klasifikasi kelurahan terdiri dari swadaya, swakarya, dan swasembanda. Ditingkat lingkungan kelurahan terdiri dusun, rukun warga RW,
dan ruang tetangga RT. Pada masing-masing-masing kelurahan memiliki banyak lembaga pemerintahan yaitu LKMD atau LKML dan PKK. Untuk menjaga
keamanan dan ketertiban warga di setiap kelurahan terdapat Linmas atau Hansip dan terdapat petugas blok sensus penduduk.
3.3 Kondisi Biofisik 3.3.1 Topografi dan Kemiringan Lahan
Kondisi alam Kota Luwuk sebagian besar bergelombang dan bergunung Tabel 8. Kondisi topografi dapat lihat pada Gambar 7.
Tabel 8 Kelas lereng di Kota Luwuk
No Kelas Luas
Jenis penggunaan
ha 1 Datar 0-8
3163.37 21.05 Kawasan tepi pantai
2 Bergelombang 8-15 5480.18
36.47 Kawasan pemerintahan, perdagangan, dan jasa 3 Berbukit 15-45
2733.35 18.19 Pemukiman
4 Bergunung 45 3650.09
24.29 Kawasan hutan lindung Total
15027 100
Sumber: Bappeda 2011
Gambar 7 Peta kelas lereng Kota Luwuk Bappeda 2011
3.3.2 Geomorfologi
Geomorfologi pesisir Kota Luwuk berupa barisan Stable cruisal yang memanjang hingga kepulauan Sula sampai Papua. Pantai pesisir Kota Luwuk di
dominasi sifat-sifat fisik yang berupa batu-batuan dan perbukitan dengan topografi agak curam. Karakteristik perairan di wilayah pesisir terletak pada
bagian selatan yaitu Selat Peleng dengan kedalaman laut relatif dalam yaitu 0- 1000 m Dinas Perikanan dan Kelautan 2009. Secara vertikal, zona perairan Kota
Luwuk termasuk zona mesopelagis, zona ini merupakan bagian teratas dari zona afotik atau sampai isoterm 10 °C.