Potensi Pariwisata Landscape Planning of Coastal Tourism Area in Lalong Luwuk City,Central Sulawesi
Tabel 15 Luas kepekaan ekosistem teresterial kawasan wisata pesisir LKL
No Kelurahan
Ekosistem teresterial Hutan lahan Atas
Lahan bernilai penting Alami
Semi alami Tidak alami Pemukiman
CBD 1
Tontouan 640.30
43.95 0.39
8.65 -
2 Mangkio
443.27 14.28
2.19 17.74
- 3
Kaleke 691.94
62.21 3.75
5.66 -
4 Soho
- -
3.10 18.14
- 5
Bungin -
28.55 5.45
51.91 -
6 Baru
- -
0.34 15.84
- 7
Luwuk -
47.95 6.39
64.16 27.31
8 Keraton
- 6.51
8.15 46.95
5.14 Total ha
1775.51 203.45
29.82 229.05
32.45 2270.28
Total 78.20
8.96 1.31
10.10 1.43
100 Klasifikasi P
CP TP
TP TP
Sumber: Olahan data lapang 2013 TP: tidak peka 14-18, CP: cukup peka 9-13, P: peka 4-8
Tabel 15 menunjukkan luasan kawasan tidak peka TP yaitu 291.32 ha atau 12.84 dari total luas kawasan yang berada di kelurahan yang memiliki hutan
tidak alami, pemukiman, dan CBD sehingga memiliki potensi pengembangan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk. Luasan kawasan cukup peka CP yaitu
203.45 ha atau 8.96 berada di kelurahan yang memiliki hutan semi alami sehingga memiliki cukup potensi dalam pengembangan wisata pesisir dengan
tetap menjaga kualitas kawasan tanpa merusak ekosistem yang ada. Sedangkan luasan kawasan peka P memiliki luas terbesar yaitu 1775.51 ha atau 78.20 dari
luas total kawasan yang berada di Kelurahan Kaleke, Kelurahan Mangkio, dan Desa Tontouan. Oleh karena itu, ketiga kelurahan memiliki potensi
pengembangan kawasan yang bertujuan konservasi.
Kawasan tidak peka TP dan kawasan cukup peka CP merupakan kawasan yang strategis bagi masyarakat Kota Luwuk sehingga pemanfaatan
tersebut memicu pencemaran sampah dan sedimentasi setinggi 7 m di kawasan teluk LKL DPL 2013. Hal ini akan berdampak pada kerusakan habitat endemik
ikan hias Banggai cardinal fish Pterapogon kauderni yang dilindungi. Menurut Vagelli 2005, habitat Banggai cardinal fish BCF sangat peka terhadap
gangguan lingkungan. Oleh karena itu, diupayakan implementasi buffer zone pantai untuk pelestarian sumber daya alam kawasan pesisir LKL.
Sedangkan kawasan peka P terkait dengan kondisi topografi yang pada umumnya bergelombang dan berbukit sehingga memiliki potensi terjadinya
longsor dan sedimentasi. Selain itu, kesadaran masyarakat akan kebutuhan menikmati pemandangan lanskap yang indah borrowing view dari atas bukit
memicu perubahan hutan alami menjadi kawasan jasa villa dan cafe. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya implementasi aspek legal dalam kebutuhan buffer
zone sehingga dapat menjembatani kebutuhan ruang penduduk dan kelangsungan habitat fauna endemik seperti Tarsius, Babi Rusa, dan Kus-kus yang rentan
terhadap gangguan manusia.
Zona kepekaan kawasan teresterial pesisir LKL dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Peta kepekaan ekosistem teresterial kawasan pesisir LKL