3.4  Kondisi Sosial dan Ekonomi 3.4.1  Kependudukan
Faktor  kependudukan  memiliki  peran  yang  penting  dalam  proses  suatu perencanaan  kawasan.  Pada  dasarnya  pembangunan  ditunjukan  sebesar-besarnya
untuk memenuhi kepentingan penduduk. Penduduk kota cenderung lebih padat di pusat kota, hal ini terkait dengan konsentrasi kegiatan perkotaan.
Jumlah penduduk Kota Luwuk setiap tahun mengalami peningkatan. Tahun 2009  jumlah  penduduk  50190  jiwa  dengan  laju  pertumbuhan  1.99  pertahun
BPS 2010. Kenaikan jumlah penduduk disebabkan oleh faktor tingkat kelahiran atau  migrasi  dari  wilayah  lain.  Jenis  kelamin  penduduk  Kota  Luwuk  lebih
dominan  jenis  kelamin  perempuan  yaitu  sebesar  25150  jiwa  atau  50.10 dibandingkan laki-laki 25040 jiwa atau 49.90 dengan perbandingan rasio 98.71.
Persentase penduduk menurut agama di Kota Luwuk didominasi oleh agama Islam  yaitu  83.34.  Kota  Luwuk  terdiri  dari  suku  asli  yaitu  Saluan,  Balantak,
Banggai,  dan  pendatang  Tionghoa,  Bajo,  Bugis,  Manui,  Raha  dan  Buton. Kepadatan  rata-rata  Kota  Luwuk  yaitu  rendah  dan  tinggi.  Kepadatan  tertinggi
terdapat di pusat kota Gambar 11.
Menurut Permen No.11M2008 tentang keserasian kawasan perumahan dan pemukiman,  standar  zona  perkotaan  tergolong  kepadatan  rendah  500  jiwakm
2
, sedang  antara  500-1000  jiwakm
2
,  dan  kepadatan  tertinggi  1000  jiwakm
2
. Pentingnya  mengetahui  distribusi  kepadatan  penduduk  terkait  dengan  dampak
negatif  yaitu  terjadinya  penyimpangan  prilaku  sosial.  Kepadatan  Kota  Luwuk dikategorikan  kepadatan  sosial,  hal  ini  dikarenakan  jumlah  individu  bertambah
tanpa diiringi dengan penambahan luas ruangan .
Gambar 11 Peta distribusi kepadatan penduduk Kota Luwuk Bappeda 2011 27
3.4.2  Mata Pencaharian
Menurut  BPS  Kota  Luwuk  2010,  proposi  sektor  terhadap  PDRB  di  Kota Luwuk  yaitu  jasa  24,  pertanian,  19,  perdagangan,  hotel  dan  restoran  13,
industri  pengolahan  12,  pengangkutan  dan  komunikasi  11,  bangunan  10, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 8, pertambangan dan penggalian 2,
listrik dan air bersih 1.
Berdasarkan  komposisi  sektor  ekonomi,  pada  umumnya  penduduk  Kota Luwuk  bergerak  di  sektor  perdagangan  dan  jasa  daripada  pertanian.  Hal  ini
menunjukkan bahwa masyarakat Kota Luwuk tergantung pada daerah sektor jasa. Berdasarkan  usia  produktif  dengan  rentang  usia  15-55  tahun  di  Kota  Luwuk
sebanyak  40288  jiwa  atau  sekitar  61.471  dari  total  jumlah  penduduk.  Hal  ini menunjukkan  Kota  Luwuk  memiliki  potensi  sumber  daya  manusia  yang  tinggi
sehingga dapat mendukung rencana wisata pesisir. 3.4.3  Sarana dan Prasarana
Sarana  dan  prasarna  Kota  Luwuk  cukup  lengkap  dan  memadai  sehingga memiliki potensial dalam mendukung rencana wisata pesisir Lalong Kota Luwuk
Tabel 11.
Tabel 11 Sarana dan prasarana di Kota Luwuk
No  Sarana dan prasarana  Jenis Jumlah  unit
1 Pendidikan
TK 33
SD 44
SMP 12
SMA 23
PT 4
2 Peribadatan
Masjid 517
Gereja 177
Pura 40
Vihara 4
3 Kesehatan
Rumah sakit milik pemerintah 1
Rumah sakit bersalin 2
Puskesmas 12
Posyandu 42
Apotik 9
Toko obat 12
Puskesmas 12
4 Utilitas
Jaringan listrik PT. PLN Persero 2
Jaringan air bersih PDAM 1
Jaringan telekomunikasi -Sentral telepon
2 -Sambungan
6904 -Umun
121 TPA
1 5
Hotel dan penginapan  Hotel 14
Penginapan 8
6  Perdagangan dan jasa Pasar
187 Toko
2 Kios
260 Restoran
1515 Warung
102 Keuangan Bank, BPR, Asuransi, KUD, KPN, dan Koperasi
58 7
Transportasi Udara lapangan udara
1 Darat agen travel, mobil penumpang, dan bus
830 Laut PELNI, ASDP, dan kapal rakyat
31 8
Olahraga Sepak bola, voley, bulu tangkis, dan tenis meja
58 Sumber: BPS 2010
3.5  Potensi Pariwisata
Kota  Luwuk  memiliki  banyak  potensi  sumber  daya  alam,  salah  satunya potensi  wisata  pesisir.  Kota  Luwuk  memiliki  daya  tarik  wisata  pesisir  karena
berada  di  antara  bukit  dan  pantai  yang  membentuk  teluk  sehingga  memiliki karakter  pemandangan  lanskap  kota  pesisir  yang  indah.  Kota  Luwuk  memiliki
fauna  endemik  berupa  tarsius  dan  biota  endemik  berupa  ikan  hias.  Kota  Luwuk memiliki pusat kota tua dan memiliki bangunan-bangunan arsitektur kolonial.
Kota  Luwuk  memiliki  berbagai  jenis  makanan  khas  lokal.  Selain  itu,  Kota Luwuk  memiliki  fasilitas,  akomodasi,  dan  transportasi  kota  yang  cukup
mendukung  kegiatan  wisata.  Berdasarkan  data  dari  Dinas  Kebudayaan  dan Pariwisata Kabupaten Banggai Tahun 2013, delapan tahun terakhir  yaitu periode
tahun  2005  sampai  2012  jumlah  kunjungan  wisatawan  mengalami  peningkatan Tabel 12. Hal ini ditujukan dengan peningkatan hotel dan penginapan.
Tabel 12 Data kunjungan wisatawan di Kota Luwuk
No Tahun
Wisatawan Domestik
Mancanegara Total
Rata-rata hari Total
Rata-rata hari
1 2005
450 3
115 3
2 2006
2475 3
153 3
3 2007
958 3
24 3
4 2008
415 3
167 3
5 2009
5956 3
86 3
6 2010
11179 3
48 3
7 2011
6948 3
96 3
8 2012
7550 3
154 3
Total 35931
843 36774
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2013
Kunjungan  rata-rata  wisatawan  domestik  4491  orangtahun  dan  wisatawan asing  105  orangtahun.  Wisatawan  domestik  pada  umumnya  berasal  dari  Palu,
Manado, Makasar, Surabaya, dan Jakarta. Wisatawan asing berasal dari Malaysia, Jepang,  Australia,  Austria,  Prancis,  Spanyol,  Swiss  dan  Amerika.  Tujuan  utama
wisatawan  domestik  dan  wisatawan  asing  adalah  melihat  view  LKL,  menelusuri bangunan peninggalan bergaya arsitektur kolonial, dan menikmati makanan khas
Kota Luwuk dengan rata-rata lama tinggal 3 hari.
Salah  satu  faktor  meningkatnya  kunjungan  wisatawan  baik  domestik maupun  mancanegara  di  Kota  Luwuk  adalah  telah  dibukanya  sektor  tambang
minyak  gas  di  wilayah  Kecamatan  Batui  yang  terletak  di  sebelah  Barat  Kota Luwuk  dengan  jarak  kurang  lebih  30  km  dari  pusat  Kota  Luwuk.  Kegiatan
tambang  gas  tersebut  secara  tidak  langsung  telah  mendorong  pertumbuhan ekonomi Kota Luwuk.
Kota  Luwuk  merupakan  pusat  kota  di  Kabupaten  Banggai  dengan  sarana dan  prasarana  yang  cukup  memadai,  memiliki  pemandangan  lanskap  kota  yang
indah,  fauna  endemik  Tarsius  Sulawesi,  biota  endemik  Banggai  cardinalfish, bangunan  peninggalan  kolonial,  kuliner  khas  Kota  Luwuk,  aktivitas  penduduk
lokal, dan tarian suku Banggai,  suku Saluan, dan suku Balantak  sehingga Kota Luwuk menjadi potensi tujuan bagi para pengunjung. Kondisi ini menjadi potensi
untuk pengembangan wisata di kawasan pesisir Lalong Kota Luwuk. 29
4  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Kepekaan Ekosistem Pesisir Lalong Kota Luwuk 4.1.1  Ekosistem Kawasan Pesisir Lalong Kota Luwuk
Ekologi  kawasan  pesisir  terdiri  dari  ekosistem-ekosistem  yang  membentuk lanskap  pesisir.  Pendekatan  ekologi  berbasis  ekosistem  merupakan  salah  satu
bentuk konsep pembangunan berkelanjutan. Menurut Sloan 1993 dalam Dahuri et  al.  1996,  setiap  kawasan  pesisir  memiliki  karakteristik  ekosistem  yang
berbeda. Karakteristik ekosistem menunjukkan tingkat kerapuhan suatu ekosistem. Kawasan  pesisir  Lalong  Kota  Luwuk  terdiri  dari  ekosistem  tereterial  dan
ekosistem akuatik.
Tabel 13 Luas ekosistem kawasan wisata pesisir LKL
No Kelurahan
Ekosistem teresterial Ekosistem akuatik
Hutan lahan atas
Lahan bernilai penting
Estuari Pantai
Padang lamun
Terumbu karang
A la
mi S
em i
al am
i Ti
d ak
a la
m i
P em
u k
im n
CBD S
emi te
rb u
k a
B er
p asi
r B
er b
at u
P en
u tu
p an
40 -8
P en
u tu
p an
40 -8
1      Tontouan 640.30
43.95   0.39 8.65
- -
- -
- -
2   Mangkio 443.27
14.28   2.19 17.74
- -
- -
- -
3     Kaleke 691.94
62.21   3.75 5.66
- -
- -
- -
4   Soho -
- 3.10
18.14 -
- -
- -
- 5   Bungin
- 28.55   5.45
51.91 -
- 1.90   -
4.57 7.15
6   Luwuk -
47.95   6.39 64.16   27.31  37.87
- -
- -
7   Baru -
- 0.34
15.84 -
- -
- -
- 8   Keraton
- 6.51      8.15
46.95    5.14 -
1.04  0.09 1.75
6.02 Total ha
1775.51   203.45    29.82 229.05   32.45    37.87   2.94  0.09
6.32 13.17  2330.67
Total 76.18
8.73   1.28 9.84    1.39    1.62   0.12  0.003    0.27
0.56 100
Sumber: Olahan data lapang 2013
Tabel 13 menunjukkan luas ekosistem teresterial di kawasan pesisir Lalong Kota  Luwuk  lebih  besar  dibandingkan  dengan  luas  ekosistem  akuatik,  yaitu
2270.28  ha  atau  97.41.  Ekosistem  teresterial  terbesar  yaitu  hutan  alami  yang berada  di  Desa  Tontouan,  Kelurahan  Mangkio,  dan  Kelurahan  Kaleke.  Ketiga
lokasi memiliki karakter lanskap alami di kawasan wisata pesisir LKL. Sedangkan ekosistem akuatik terbesar yaitu estuari yang berada di Kelurahan Luwuk. Hal ini
menunjukkan  kondisi  lanskap  kawasan  pesisir  LKL  memiliki  karakter  lanskap alami. Kota yang memiliki karakter lanskap alami merupakan salah satu aset yang
dapat dikembangkan sebagai potensi wisata perkotaan.
Ekosistem akuatik di kawasan pesisir LKL umumnya memiliki karakteristik lanskap  alami  tetapi  memiliki  luas  yang  kecil.  Hal  ini  menunjukkan  ekosistem
akuatik  memiliki  potensi  tingkat  kerusakan  yang  tinggi.  Semakin  kecil  luasan suatu ekosistem akan semakin tinggi tingkat kerusakan atau gangguan. Mengingat
pertumbuhan  pemukiman  di  kawasan  pesisir  LKL  yang  cukup  tinggi  dan  padat sehingga peluang perubahan lanskap atau kerusakan semakin tinggi. Oleh karena
itu,  dibutuhkan  penilaian  kepekaan  untuk  mengetahui  tingkat  kerusakan  setiap ekosistem tersebut. Zona kawasan pesisir LKL dapat dilihat pada Gambar 12.