Zona Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk

5. Preferensi Stakeholder terhadap Konsep Lanskap Kawasan Wisata Pesisir

Lalong Kota Luwuk Analisis ini bertujuan mengetahui preferensi stakeholder terhadap orientasi atau arah konsep pengembangan kawasan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk. Menurut Hutabarat et al. 2009 menyatakan perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam serta jasa-jasa lingkungan pesisir mencakup keterpaduan ekologis, sektor, disiplin ilmu, dan stakeholder. Oleh karena itu, keberhasilan rencana lanskap wisata sangat dipengaruhi oleh bentuk respon stakeholder. Dengan pertimbangkan prioritas stakeholder akan menghasilkan rekomendasi yang tepat dalam merumuskan model rencana lanskap wisata Lalong Kota Luwuk. Pengumpulan data menggunakan wawancara dengan kuesioner. Responden yang dipilih adalah para pakar dengan kriteria: memiliki keahlian atau menguasai secara akademik bidang yang diteliti, memiliki reputasi atau jabatan dan sebagai ahli pada bidang yang diteliti, dan memiliki pengalaman dalam bidang penelitian yang dimiliki. Responden berjumlah 9 orang Tabel 4. Data kemudian dianalisis menggunakan analysis hierarchy process AHP dengan software expert choise versi 11. Menurut Saaty 1991, prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu kompleks yang tidak terstruktur dan menatanya dalam suatu bentuk hierarki. Parameter pada masing-masing aspek kemudian dianalisis untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan dalam mempengaruhi hasil dari sistem tersebut. Menurut modifikasi Inskeep 1991 dan Indriastjario 2003, komponen-komponen struktur hierarki dalam perencanaan lanskap kawasan wisata LKL ini terlihat pada Gambar 3. Tahapan dalam AHP menurut Saaty 1991, yaitu: a Penetapan sasaran studi yaitu kriteria atau faktor apa yang paling berpengaruh dalam suatu perencanaan wisata pesisir. b Membuat struktur hierarki yang terdiri dari empat level. Level pertama, merupakan tujuan utama. Level kedua, merupakan level komponen utama pembentuk wisata pesisir. Level ketiga, merupakan variabel komponen pembentuk wisata pesisir. Level keempat, merupakan alternatif keputusan berupa aspek yang paling berperan dalam mencapai wisata pesisir. c Melakukan perbandingan berpasangan dengan mengajukan kuesioner kepada pakar atau ahli. Dilakukan perhitungan bobot dengan software expert choise v 11. Pada proses menentukan faktor pembobotan hierarki maupun faktor evaluasi, uji konsistensi consistency ratio CR harus dilakukan. Metode AHP memiliki cara khusus untuk menentukan apakah data yang diperoleh valid layak, yaitu dengan menghitung konsistensi rationya. Jika nilai CR 0.10 10 menunjukkan preferensi penilaian konsisten. Apabila tidak konsisten maka pengambilan data perlu diulangi. d Prosedur pengambilan sampel pakar dengan cara penyebaran kuesioner AHP kepada pihak pakar atau ahli. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. 16

6. Zona Pengembangan Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk

Zona pengembangan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk merupakan hasil zona potensial wisata pesisir. Menurut Hutabarat et al. 2009, zona pengembangan merupakan zona kesesuain wisata pesisir yang terdiri dari aspek ekologi, aspek daya tarik, dan aspek dukungan masyarakat lokal. Hasil zona pengembangan wisata pesisir akan digunakan sebagai bahan perencanaan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk. Formula zona pengembangan wisata pesisir LKL, yaitu: ZPWi = ZPOWi...............................................................................................8 Keterangan: ZPWi : Zona pengembangan wisata pesisir ke-i ZPOWi: Zona potensial wisata pesisir ke-i 7. Daya Dukung Kawasan Pesisir Lalong Kota Luwuk Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan zonasi wisata pesisir yang akan dikembangkan di kawasan Lalong Kota Luwuk. Menurut Hutabarat et al. 2009, daya dukung lingkungan carrying capacity sebagai intensitas penggunaan maksimum terhadap sumber daya alam juga membatasi pembangunan fisik yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan wisata tanpa merusak alam. Zona pemanfaatan kawasan yang dikembangkan akan disesuaikan dengan karakter sumber daya dan peruntukan. Menurut Hutabarat et al. 2009, menghitung daya dukung pengembangan wisata alam dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan DDK. DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Rumus perhitungan DDK, yaitu: DDK = K x LpLt x WtWp Keterangan: DDK : Daya dukung kawasan wisata oranghari K : Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area Lp : Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt : Unit area untuk kategori tertentu Wt : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata per hari Wp : Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu 2.3.3 Rencana Lanskap Kawasan Wisata Pesisir Lalong Kota Luwuk Perencanaan lanskap kawasan wisata pesisir merupakan analisis zona pengembangan wisata pesisir yang disesuaikan dengan daya dukung kawasan wisata pesisir. Formula perencanaan lanskap kawasan wisata pesisir Lalong Kota Luwuk, yaitu: RLi = ZPWi, DDKi..........................................................................................9 Keterangan: RLi : Rencana lanskap ke-i ZWPi : Zona pengembangan wisata pesisir ke-i DDKi : Daya dukung wisata pesisir ke-i Hasil zona potensial wisata pesisir dan daya dukung merupakan bahan untuk merencanakan kawasan lanskap wisata pesisir Lalong Kota Luwuk. Perencanaan lanskap kawasan wisata terdiri dari konsep lanskap untuk