Penerimaan Usahatani Analisis Pendapatan Usahatani Lobak Korea dan Daikon (Studi Kasus Agro Farm di Desa Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

digunakan dalam usahatani untuk bibit, dan yang digunakan sebagai pembayaran yang disimpan. Penilaian ini berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Menurut Soekartawi et al 1986, penerimaan total usahatani farm receipt didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup uang untuk keperluan usahatani. Pendapatan kotor usahatani gross farm income didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi value of production atau penerimaan kotor usahatani gross return. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani Soekartawi et al, 1986. Pengeluaran total usahatani total farm expense merupakan nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, termasuk tenaga kerja keluarga petani. Selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih usahatani dapat digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Oleh karena itu, pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk dapat membandingkan penampilan beberapa usahatani Soekartawi et al, 1986. Ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil adalah penghasilan bersih usahatani net farm earnings. Angka ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dengan mengurangkan Bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman Soekartawi et al, 1986. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebihan. Oleh karena itu, dalam analisis pendapatan usahatani selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Menurut Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja 1983, analisis hubungan rasio penerimaan dan biaya RC rasio dapat dipakai untuk melihat keuntungan relatif dari kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Dalam analisis ini akan diuji seberapa jauh setiap nilai rupiah, biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya. Jika unsur penerimaan dan biaya total telah diperoleh maka RC rasio dapat dihitung.

3.5. konsep Biaya Usahatani

Konsep biaya usahatani lebih mengkaji aspek-aspek biaya produksi. Biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan dalam beberapa bagian Hernanto, 1989: a. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari: 1. Biaya tetap, adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman. 2. Biaya variabel, adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan, dan biaya tenaga kerja. b. Berdasarkan biaya yang langsung dikeluarkan dan langsung diperhitungkan terdiri dari: 1. Biaya tunai, adalah biaya tetap dan biaya variabel yang langsung dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan Bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel misalnya biaya untuk pengeluaran bibit, obat-obatan, pupuk, dan tenaga kerja. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki petani. 2. Biaya tidak tunai diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri biaya tetap dan tenaga kerja dalam keluarga biaya variabel. Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani.

3.7. Kerangka Pemikiran Operasional

Kemitraan antara petani lobak di Desa Ciherang Kabupaten Cianjur dengan Agro Farm diawali dari program yang dimiliki oleh Agro Farm untuk mengembangkan lobak korea atau yang lebih dikenal dengan lobak bulat. Melalui program kemitraan ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang bermitra. Dalam melaksanakan program kemitraan ini banyak sekali kendala yang dihadapi, baik oleh pihak petani maupun perusahaan. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas menjadi faktor yang sangat penting dalam melaksanakan program kemitraan ini. Hasil yang diharapkan dari program kemitraan ini bagi petani adalah terjaminnya pasar bagi lobak yang diproduksinya serta dapat meningkatkan pendapatan mereka. Sedangkan bagi perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan pasar. Agar program kemitraan ini dapat berjalan dengan lancar maka diperlukan bentuk pola kemitraan yang tepat sesuai dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing- masing pihak. Dengan adanya program kemitraan ini juga diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah atau kendala-kendala yang timbul sehingga program kemitraan ini dapat dilanjutkan. Dalam evaluasi pelaksanaan kemitraan antara petani lobak dan Agro Farm ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh kedua belah pihak yang bermitra. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat pendapatan petani selama mengikuti program kemitraan. Kemitraan yang dikaji pada Agro Farm pada intinya ditujukan untuk mengetahui perbedaan mengenai pendapatan para petani lobak yang bermitra dengan Agro Farm dibandingkan dengan para petani lobak yang tidak menjalin kemitraan dengan Agro Farm sehingga dapat diketahui secara lebih signifikan peranan kemitraan bagi kesejahteraan petani dilihat dari segi pendapatan usahatani Gambar 6.