petani lobak daikon sebesar 13,95 persen terhadap biaya tunai. Biaya rata-rata sewa lahan per musim tanam yang dikeluarkan petani lobak korea sebesar Rp 30.000 dan petani lobak
daikon sebesar Rp 33.000.
6.3.1.2 Biaya Non Tunai
Biaya non tunai merupakan biaya yang tidak diperhitungkan sebagai biaya yang telah dikeluarkan. Biaya non tunai yang dihitung pada usahatani lobak petani responden terdiri dari
biaya penyusutan alat pertanian dan tenaga kerja petani itu sendiri tenaga kerja keluarga, pengeluaran pada petani lobak daikon relatif lebih besar dari petani lobak korea. Rincian
biaya non tunai petani responden usahatani lobak per musim tanam Tabel 15.
Tabel 15 . Biaya Non Tunai Usahatani Lobak korea dan daikon per Musim Tanam
Uraian Petani lobak korea
Petani lobak daikon Nilai Rp
Nilai Rp Penyusutan
10.500 12.28
13.333.3 13.91
TKDK 75.000
87.72 82.500
86.09 Total Biaya Non Tunai
85.500 100.00
95.833.3 100,00
6.3.1.1.1 Biaya penyusutan alat-alat pertanian
Alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani lobak per satu musim tanam dibebankan pada biaya penyusutan peralatan. Penyusutan peralatan yaitu dengan menghitung
penyusutan alat pertanian yang digunakan dalam usahatani lobak. Peralatan usahatani terdiri dari cangkul dan arit. Peralatan yang digunakan memiliki umur ekonomis yang lama
sehingga dapat digunakan beberapa periode tanam. Biaya yang dibebankan atas pemakaian peralatan tersebut dihitung sebagai biaya penyusutan selama periode satu musim tanam tiga
bulan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi
peralatan setelah umur teknis habis tidak dapat digunakan lagi. Penggunaan peralatan pada masing-masing petani responden berbeda. Hal tersebut berdampak pada biaya penyusutan
masing-masing petani yang berbeda. Biaya rata-rata untuk penyusutan peralatan per satu musim tanam lobak, untuk petani lobak korea sebesar Rp 10.500 dan petani lobak daikon
sebesar Rp 13.333,3. Biaya penyusutan peralatan petani lobak korea lebih kecil dari petani lobak daikon.
Perbedaan persentase alokasi biaya penyusutan peralatan antara petani lobak korea dengan petani lobak daikon tidak jauh berbeda. Persentase alokasi biaya penyusutan peralatan
terhadap biaya non tunai petani lobak korea sebesar 12,28 persen dan petani lobak daikon sebesar 13,91 persen. Nilai persentase Biaya penyusutan peralatan merupakan biaya non
tunai terbesar kedua setelah biaya TKDK pada petani lobak korea dan panjang.
6.3.1.1.2 Tenaga kerja dalam keluarga TKDK
Biaya tenaga kerja dalam keluarga termasuk ke dalam komponen biaya non tunai. Berdasarkan penjelasan sebelumnya diketahui bahwa penggunaan tenaga kerja pada dua
kelompok petani penggunaan tenaga kerja luar keluarga lebih besar dibanding tenaga kerja dalam keluarga. Jumlah biaya TKDK petani lobak korea sebesar Rp 75.000 dan petani lobak
daikon sebesar Rp 82.500. Perbedaan jumlah biaya tenaga keja dalam keluarga antara kedua keompok tani relatif kecil. Hal tersebut karena jumlah keluarga petani lobak korea umumnya
sebanding dengan petani lobak daikon, sehingga penggunaan TKDK pada dua kelompok petani lobak dapat dikatakan sama.
Persentase alokasi biaya TKDK terhadap biaya non tunai petani lobak korea sebesar 87,72 persen dan petani lobak daikon sebesar
86,09 persen. Alokasi biaya TKDK pada petani lobak korea dan panjang merupakan persentase terbesar terhadap biaya non tunai.
Jumlah persentase biaya TKDK petani lobak sangat signifikan dibanding komponen biaya lainnya terhadap biaya non tunai. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran anggota
keluarga dalam usahatani lobak. Jumlah TKDK yang digunakan dapat berperan dalam besarnya pendapatan tunai yang diterima petani.
6.4 Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani dan RC Rasio Petani Lobak korea dengan Petani Lobak daikon
Berdasarkan analisis usahatani yang telah dilakukan diperoleh komponen penerimaan, biaya-biaya, pendapatan serta rasio RC. Nilai pendapatan usahatani diperoleh dengan cara
mengurangi penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan petani. Pendapatan rata-rata usahatani lobak per satu musim tanam yang dihitung adalah pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dengan cara mengurangi penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan total diperoleh dengan
mengurangi penerimaan total dengan biaya total. Perbandingan pendapatan rata-rata dan RC petani lobak korea dengan petani lobak daikon Tabel 16.
Tabel 16 . Pendapatan Usahatani dan RC Rasio Lobak korea dan Lobak daikon per Satu
Musim Tanam per 250 m
2
.
No Uraian
Lobak korea Lobak daikon
Unit Sat
uan Harga
Rp Nilai
Rp Unit
Sat uan
Harga Rp
Nilai Rp
A Penerimaan
896 Kg
1.500 1.344.000
985.6 Kg
1.300 1.281.280
B B.Tunai:
1. Sewa Lahan 896
Met 600
537.600 985.6
Met 600
591.360 2. Saprotan:
Benih 40
Gr 550
22.000 44
Gr 500
22.000 Pupuk
4 Kg
15.000 60.000
4.4 Kg
15.000 66.000
Obat-obatan 24.000
26.400 3. TKLK
30 Jam
2.700 81.000
33 Jam
2.700 89.100
Total B Tunai 724.600
794.860 C
B. Non Tunai: 1. Penyusutan
10.500 13.333.3
2. TKDK 30
Jam 2.500
75.000 33
Jam 2.500
82.500 Total B. N Tunai
85.500 95.883.3
D Total
Biaya B+C
810.100 890.693.3
E PAB Tunai A-B
619.400 486.420
F PAB Total A-D
533.900 390.586,7
G RC Atas B Tunai
1.85 1.61
H RC Atas B Total
1.66 1.44
Berdasarkan Tabel 12 perolehan penerimaan rata-rata petani lobak korea per satu musim tanam adalah sebesar Rp 1.344.000 dan petani lobak daikon sebesar Rp 1.281.280.
Dengan mengurangi penerimaan tersebut dengan biaya tunai dari masing-masing kelompok petani maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai kelompok petani lobak korea sebesar Rp
619.400 dan petani lobak daikon sebesar Rp 486.420. Pendapatan atas biaya total adalah petani lobak korea Rp 533.900 dan
petani lobak daikon Rp 390.586,7. Pada dasarnya usahatani lobak korea maupun panjang sama-sama mendatangkan keuntungan bagi petani,
namun bila dilakukan perbandingan, terlihat bahwa pendapatan tunai dan non tunai petani lobak korea lebih besar dibandingkan dengan petani lobak daikon, sehingga dapat diketahui
bahwa usahatani lobak korea dapat mendatangkan pendapatan yang lebih besar. Oleh karena itu, kemitraan lobak umumnya dan lobak korea khususnya dapat memberikan manfaat
pendapatan kepada petani.
Berdasarkan perolehan nilai penerimaan dan nilai biaya dapat diketahui nilai rasio RC kedua kelompok petani responden. Perhitungan analisis RC yaitu pendapatan dibagi
biaya. Rasio tersebut diperoleh dengan cara membagi penerimaan total dengan biaya tunai untuk memperoleh rasio RC atas biaya tunai dan biaya total untuk memperoleh rasio RC
atas biaya total. Perolehan rasio RC atas biaya tunai petani lobak korea adalah sebesar 1,85 dan petani lobak daikon sebesar 1.61. Besarnya RC tersebut artinya setiap 1 rupiah biaya
tunai yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,85 untuk petani lobak korea dan Rp 1.61 untuk petani lobak daikon. Nilai rasio RC atas biaya total petani lobak
korea sebesar 1.66 dan petani lobak daikon sebesar 1.44. Artinya, setiap 1 rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.66 untuk petani lobak korea
dan Rp 1.44 untuk petani lobak daikon. Nilai rasio RC atas biaya tunai maupun biaya total petani lobak korea lebih besar
dibandingkan petani lobak daikon, namun perbedaannya relatif kecil. Penerimaan yang dihasilkan petani lobak korea besar dengan total biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan
lobak daikon. Oleh karena itu, pendapatan dan RC petani lobak korea lebih besar dibanding pendapatan dan RC petani lobak daikon. Hasil analisis tersebut dapat menjelaskan bahwa
kemitraan dapat mendatangkan keuntungan bagi petani lobak bulat maupun panjang. Akan tetapi apabila dilakukan perbandingan antara usahatani lobak korea dengan lobak daikon,
maka dapat disimpulkan bahwa usahatani lobak korea lebih menguntungkan dan efisien dibandingkan usahatani lobak daikon.
6.5 Saluran Pemasaran Lobak korea dan Panjang
Pemasaran lobak korea dan lobak daikon di Desa Ciherang melalui kemitraan dengan Agro Farm dimulai dari petani lobak. Selanjutnya lobak hasil panen petani dikumpulkan di
Agro Farm sebagai mitra petani. Lobak yang dibawa ke Agro Farm baik bulat maupun panjang disesuaikan dengan standar yang sudah ditetapkan Agro Farm seperti ukuran, warna
dan bentuk serta penampilan fisik lainnya. Setelah itu, Agro Farm akan menjual lobak hasil panen tersebut ke restoran-restoran Korea dan Jepang yang sudah menjadi langganan Agro
Farm. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemasaran lobak korea dan panjang yang dilakukan oleh Agro Farm tergolong eksklusif karena ditujukan bagi pasar khusus dengan harga jual
yang berbeda dibandingkan dengan harga jual di pasar tradisional. Selain jaminan dalam hal pemasaran, petani lobak korea dan daikon yang bermitra
dengan Agro Farm juga memperoleh jaminan dalam hal harga jual dimana harga jual sudah ditetapkan oleh pihak Agro Farm pada kisaran stabil sebesar Rp 1.500kg untuk lobak korea
dan Rp 1.300kg untuk lobak daikon. Apabila terjadi perubahan harga, maka pihak Agro Farm akan memberitahukan kepada petani lobak mitra sehingga petani memperoleh
informasi yang memadai mengenai perkembangan harga dan pasar. Hal ini untuk menjamin bahwa petani juga memperoleh pengetahuan dan gambaran mengenai perubahan yang terjadi
di pasar, baik dalam hal harga, tingkat permintaan dan penawaran.