dan Rp 1.300kg untuk lobak daikon. Apabila terjadi perubahan harga, maka pihak Agro Farm akan memberitahukan kepada petani lobak mitra sehingga petani memperoleh
informasi yang memadai mengenai perkembangan harga dan pasar. Hal ini untuk menjamin bahwa petani juga memperoleh pengetahuan dan gambaran mengenai perubahan yang terjadi
di pasar, baik dalam hal harga, tingkat permintaan dan penawaran.
V11. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kemitraan Agro Farm mulai diterapkan tahun 2000 dengan jumlah
mitra tani yang semakin berkembang. Pola kemitraan yang diterapkan Agro Farm
dengan petani mitra dikategorikan ke dalam pola KOA Kerjasama Operasional Agribisnis. Agro Farm sebagai
pihak perusahaan mitra menyediakan pinjaman sarana produksi berupa bibit, bimbingan teknis budidaya, dan jaminan pasar. Petani mitra menyediakan lahan, tenaga kerja dan sarana.
Kerjasama kemitraan berhasil dijalankan dengan konsep tipe sinergis dan saling menguntungkan serta didasari azas kesetaraan didalam menikmati keuntungan.
Manfaat teknis lainnya dengan menjadi mitra yaitu adanya penyediaan bibit,
sehingga petani mitra tidak perlu melakukan pembibitan sendiri. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani lobak yang dilihat
dari pendapatan tunai dan non tunai serta RC rasio tersebut nilai petani lobak korea lebih besar dibandingkan dengan petani obak panjang. Hasil analisis tersebut dapat menjelaskan
bahwa dengan bergabung dengan program kemitraan dapat mendatangkan manfaat pendapatan usahatani lobak, baik lobak korea maupun lobak daikon.
Berdasarkan perolehan nilai penerimaan dan nilai biaya dapat diketahui nilai rasio RC kedua kelompok petani responden. Perhitungan analisis RC yaitu pendapatan dibagi
biaya. Rasio tersebut diperoleh dengan cara membagi penerimaan total dengan biaya tunai untuk memperoleh rasio RC atas biaya tunai dan biaya total untuk memperoleh rasio RC
atas biaya total. Perolehan rasio RC atas biaya tunai petani lobak korea adalah sebesar 1,85 dan petani lobak daikon sebesar 1.61. Besarnya RC tersebut artinya setiap 1 rupiah biaya
tunai yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,85 untuk petani lobak korea dan Rp 1.61 untuk petani lobak daikon. Nilai rasio RC atas biaya total petani lobak
korea sebesar 1.66 dan petani lobak daikon sebesar 1.44. Artinya, setiap 1 rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.66 untuk petani lobak korea
dan Rp 1.44 untuk petani lobak daikon. Nilai rasio RC atas biaya tunai maupun biaya total petani lobak korea lebih besar
dibandingkan petani lobak daikon, namun perbedaannya relatif kecil. Penerimaan yang dihasilkan petani lobak korea besar dengan total biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan
lobak daikon. Oleh karena itu, pendapatan dan RC petani lobak korea lebih besar dibanding pendapatan dan RC petani lobak daikon. Hasil analisis tersebut dapat menjelaskan bahwa
kemitraan dapat mendatangkan keuntungan bagi petani lobak korea maupun daikon.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka rekomendasi yang dapat diberikan penulis yaitu lebih dianjurkan kepada petani. Rekomendasi yang diajukan dengan mengacu pada
keuntungan masing-masing pelaku kemitraan dalam melaksanakan budidaya lobak, sebaiknya petani mempertahankan hubungan kerjasama kemitraan.
Petani lobak korea dan daikon disarankan untuk lebih bisa mempertahankan budidaya yang sesuai dengan arahan perusahaan mitra, jangan hanya kuantitas saja yang di tingkatkan
tetapi kualitas tidak diperhatikan, sehingga penggunaan input-input produksi bisa lebih maksimal dan dapat menghemat pengeluarkan biaya-biaya produksi. Dalam penelitian ini
peneliti belum banyak menggali tentang kemitraannya hanya berfokus saja pada pendapatan yang diterima oleh petani.