Sistem Agribisnis Analisis Pendapatan Usahatani Lobak Korea dan Daikon (Studi Kasus Agro Farm di Desa Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

bersangkutan. Subsistem sarana produksi inilah yang menjadi salah satu penentu berhasil atau tidaknya subsistem produksi usahatani. 2. Subsistem produksi ditentukan oleh ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia tenaga kerja dan dukungan dari subsistem sarana produksi. Kemudian hasil produksi komoditas buah-buahan tersebut ada yang mengalir langsung ke subsistem pemasaran dengan atau tanpa pemberian perlakuan terlebih dahulu material handling . Sementara itu, ada pula dari komoditas buah-buahan tersebut yang menjadi bahan baku untuk produk olahan sehingga perlu masuk dahulu ke subsistem penanganan dan pengolahan hasil, sebelum produk olahan tersebut mengalir ke subsistem pemasaran. 3. Subsistem penanganan dan pengolahan hasil juga tergantung dari hasil subsistem produksi dan tersedianya sumber daya manusia. Hal ini menunjukan bahwa industri pengolahan hasil pertanian sangat tergantung dari berjalan atau tidaknya subsistem produksi usahatani yang pada umumnya sangat peka terhadap masalah ketidakpastian harga dan produksi. 4. Subsistem pemasaran, baik itu berorientasi regional, nasional maupun internasioanl expor . Keberhasilan subsistem ini ditentukan oleh lancar atau tidaknya ketiga subsistem sebelumnya serta ketersediaan sumber daya manusia dibidang pemasaran. Menurut Krisnamurthi 1997, sistem agribisnis dapat dibedakan dalam beberapa gugus industri industrial clustered berdasarkan produksi akhir dari sistem agribisnis, yaitu : 1. Sistem agribisnis pangan food and baverage, yakni sistem agribisis yang produk akhirnya berupa produk-produk bahan pangan hewani dan nabati dan minuman. 2. Sistem agribisnis pakan, yaitu sistem agribisnis yang produk akhirnya berupa produk- produk pakan hewan ternak, ikan . 3. Sistem agribisnis serat alam, yakni agribisnis yang menghasilkan produk akhir berbahan baku serat alam seperti produk atau barang-barang karet, kayu pulp, rayon, kertas, produk tekstil, produk kulit dan produk serat alam lainnya. 4. Sistem agribisnis bahan farmasi dan kosmetika, yakni agribisnis yang menghasilkan bahan-bahan farmasi obat-obatan, vaksin, serum dan produk kosmetika sampo, detergen, sabun baik untuk kebutuhan manusia maupun hewan. 5. Sistem agribisnis wisata dan estetika, yakni sistem agribisnis yang menghasilkan produk akhir berupa kegiatan wisata, seperti wisata kebun, wisata hutan tanaman dan sebagainya serta produk-produk keindahan bunga, tanaman hias, ikan hias, dan lain-lain. 6. sistem agribisnis energi terperbaharui, yakni sistem yang menghasilkan produk akhir berupa energi alternatif seperti etanol dan berbagai jenis energi-bio lainnya. Keterkaitan antar usaha dalam sistem mulai dari pengadaan sarana produksi, proses produksi usaha tani, pengolahan hasil, industri, distribusi dan pemasaran merupakan syarat keunggulan bisnis yang bersangkutan. Dengan adanya kemitraan diharapkan dapat menghilangkan permasalahan dalam keterkaitan usaha vertikal sistem agribisnis seperti bentuk persaingan yang tidak sehat akibat struktur pasar yang tidak sempurna. Agribisnis Indonesia merupakan lahan yang sangat subur bagi tumbuh dan berkembangnya kemitraan, karena pola kemitraan merupakan salah satu tuntunan objektif bagi keberadaan agribisnis. Kemitraan merupakan tuntunan logis dari sifat agribisnis sebagai suatu rangkaian kegiatan usaha dalam sistem yang terintegrasi.

3.3. Pengertian Usahatani

Soekartawi 2002 mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor- faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang dikelola oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh hasil dari lapangan pertanian. Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja 1983 mendefinisikan usahatani sebagai suatu organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili unsur alam, unsur tenaga kerja yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam jenisnya, dan unsur pengolahan atau manajemen yang perannya dibawakan oleh seseorang yang disebut petani. Dalam hal ini, istilah usahatani mencakup kebutuhan keluarga, sampai pada bentuk yang paling modern yaitu mencari keuntungan atau laba. Soekartawi 2005 mengemukakan bahwa tujuan usahatani dapat dikategorikan menjadi dua yaitu memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan pengeluaran. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin untuk memperoleh keuntungan maksimum. Sedangkan konsep meminimumkan pengeluaran berarti bagaimana menekan pengeluaran produksi sekecil- kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu.

3.3.1. Unsur-unsur Pokok Usahatani

Hernanto 1989 menyatakan ada empat unsur-unsur pokok usahatani atau dalam istilah lainnya adalah faktor-faktor produksi usahatani. Faktor-faktor produksi tersebut yaitu: 1. Lahan, 2. Kerja, 3. Modal, dan 4. Pengelolaan management

3.3.2. Unsur Lahan

Unsur lahan pada hakekatnya adalah permukaan bumi yang merupakan bagian dari alam. Fungsi lahan dalam usahatani yaitu: 1. Tempat menyelenggarakan kegiatan produksi pertanian usaha bercocok tanam dan pemeliharaan hewan ternak. 2. Tempat pemukiman keluarga petani. Bentuk dan sifat lahan merupakan manifestasi dari pengaruh faktor-faktor alam lainnya seperti topografi, iklim, curah hujan, suhu, penyinaran matahari, dan gelombang nisbah, jenis tanah yang ada di sekelilingnya Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja, 1983. Hernanto 1989 menjelaskan bahwa pada umumnya di Indonesia tanah merupakan faktor produksi yang: a relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya, b distribusi penguasaannya di masyarakat tidak merata. Sifat-sifat lahan antara lain: a luas relatif tetap atau dianggap tetap, b tidak dapat dipindah-pindahkan, c dapat dipindahtangankan dan atau diperjualbelikan. Karena sifatnya yang khusus tersebut tanah kemudian dianggap sebagai salah satu faktor usahatani meskipun di bagian lain dapat juga berfungsi sebagai faktor atau unsur modal usahatani. Empat golongan petani berdasarkan luas tanah yang dimiliki yaitu: 1. Golongan petani luas kepemilikan lahan 2 hektar, 2. Golongan petani sedang antara 0,5 – 2 hektar, 3. Golongan petani kecil kepemilikan lahan 0,5 hektar, 4. Golongan buruh tani tidak memiliki lahan.

3.3.3. Tenaga Kerja

Tjakrawiralaksana dan Soeriatmaja 1983 menyatakan bahwa unsur kerja dalam usahatani diperlakukan untuk menyelesaikan berbagai macam pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan dalam usahatani menurut sifatnya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Pekerjaan yang bersifat produktif mengolah lahan, menyiangi, memupuk dan mencegah hama dan penyakit, 2. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat investasi membuka hutan untuk lahan pertanian, memperbaiki pematang, membuat teras, 3. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat umum memperbaiki alat-alat, menjemur hasil produksi, membeli sarana produksi dan menyelenggarakan akuntansi usahatani. Dalam usahatani unsur kerja dapat diklasifikasikan dalam tenaga kerja manusia dan tenaga kerja ternak. Tenaga kerja manusia dibedakan lagi ke dalam jenisnya tenaga kerja