Karakteristik Petani Mitra Analisis Pendapatan Usahatani Lobak Korea dan Daikon (Studi Kasus Agro Farm di Desa Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Tabel 9. Petani Lobak korea dan daikon Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur Tahun Petani Lobak korea Petani Lobak daikon Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 34 – 40 6 40 3 20 41 – 45 5 33.4 5 33.4 46 – 50 2 13.3 4 26.6 51 2 13.3 3 20 Jumlah 15 100 15 100 Berdasarkan Tabel 9. Petani lobak korea pada umunya berumur 35 tahun keatas, ini dikarenakan budidaya lobak korea relatif baru dibudidayakan oleh petani sehingga yang tertarik pada budidaya ini kelompok usia yang relatif lebih muda yang memiliki inovasi dan kreatifitas yang cukup baik, sedangkan untuk petani lobak daikon didominasi usia 41 tahun keatas dikarenakan budidaya yang tidak terlalu sulit dan budidaya yang digunakan pun biasanya tidak perlu teknologi yang modern hanya mengandalkan pengalaman saja. Tingkat Pendidikan Petani Mitra Tingkat pendidikan formal petani lobak pada umumnya masih dapat dikatakan rendah, petani lobak beberapa diantaranya berumur sekitar 35 tahun dan berpendidikan terakhir SD. Hal tersebut bertentangan dengan program pemerintah di periode tahun 90an adalah mencanangkan pentingnya pendidikan serta wajib belajar minimal sampai jenjang SLTA, walaupun demikian ada pula petani lobak yang berpendidikan sampai jenjang SLTA Tabel 10. Tabel 10. Petani Lobak korea dan daikon Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jenjang Pendidikan Petani Lobak korea Petani Lobak daikon Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase SD 1 6.6 3 20 SLTP 2 13.4 5 33.4 SLTA 12 80 7 46.7 D3 – S1 - - - - Jumlah 15 100 15 100 Berdasarkan Tabel 10. Petani lobak korea diketahui rata-rata pendidikan pada umumnya yaitu SLTA karena hal ini berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Untuk petani lobak daikon pendidikannya relatif lebih beragam tidak terlalu besar perbedaannya antara pendidikan SD, SLTP dan SLTA ini dikarenakan budidaya lobak daikon telah terlebih dahulu dikenal, karena tingkat pendidikan petani sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan usaha dan membantu petani dalam menganalisa peluang pasar sehingga petani dapat memperoleh benefit yang diharapkan. Luas Lahan Petani Mitra Lahan yang dikelola para petani lobak korea dan panjang berupa lahan sewa dari ornag lain, pembayaran sewa lahan yang dilakukan petani lobak korea dan panjang berupa pembayaran tunai per tahun. Petani selain menanam lobak umumnya juga menanam komoditi lain, sehingga bagi petani yang memiliki lahan sempit tidak mencukupi, luasan lahan yang digarap untuk komoditas pertanian baik petani lobak korea dan panjang berkisar 100m 2 – 350m 2 Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Petani Lobak korea dan daikon Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Luas Lahan m Petani Lobak korea Petani Lobak daikon Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase 100 – 200 9 60 7 46.7 200 – 300 6 40 7 46.7 300 - - 1 6.6 Jumlah 15 100 15 100 Berdasarkan Tabel 11. Luasan lahan yang digunakan tidak jauh berbeda antara petani lobak korea dan panjang dalam pengolahaan lahan untuk usahatani. Pengolahan lahan petani lobak korea terbanyak pada kisaran 100m 2 keatas hal ini dikarenakan budidaya ini baru dan permintaan akan lobak ini belum begitu besar, berbeda halnya dengan luas lahan terbanyak petani lobak daikon pada kisaran 200m 2 keatas hal ini karena budidaya yang dilakukan relatif lebih mudah dan produksinya pun jika terjadi kelebihan tidak khawatir tidak laku karena pasarnya relatif umum beda halnya dengan lobak korea yang pasarnya lebih khusus. Pengalaman Petani Mitra Tingkat pendidikan ataupun pengetahuan yang baik tidak cukup untuk mendukung keberhasilan seorang petani. Selain dari pendidikan yang baik dibutuhkan juga pengalaman dalam berusahatani. Pengalaman petani berusahatani sangat berpengaruh terhadap jumlah total produksi yang dihasilkan Tabel 12. Tabel 12. Petani Lobak korea dan daikon Berdasarkan Tingkat Tingkat Pengalaman thn Petani Lobak korea Petani Lobak daikon Jumlahorang Persentase Jumlahorang Persentase 1 – 2 11 73.4 5 33.3 3 – 4 2 13.3 7 46.7 5 2 13.3 3 20 Jumlah 15 100 15 100 Berdasarkan Tabel 12. Tingkat pengalaman, petani lobak korea pada umumnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan petani lobak daikon hal ini dikarenakan budidaya lobak korea relatif baru untuk diusahakan oleh petani beda halnya dengan budidaya lobak daikon yang terlebih dahulu dikenal oleh petani. Pengalaman berperan penting dalam menjalankan usahatani termasuk lobak karena dengan pengalaman, para petani memiliki skill keterampilan yang diperlukan dalam usahanya.

5.8. Gambaran Umum Budidaya Lobak korea dan Lobak daikon di Desa Ciherang

Proses budidaya yang dilakukan petani lobak korea dan daikon umumnya sama yaitu dimulai dari persiapan lahan sampai panen dan pasca panen. Perbedaan terletak pada penggunaan pupuk dan kegiatan pengendalian penyakit, karena dipengaruhi oleh pengalaman dan modal yang dimiliki petani. Petani yang sudah berpengalaman atau petani yang memiliki modal besar akan menggunakan pupuk dan pestisida yang baik sesuai kebutuhan. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan pupuk dan pestisida secara intensif akan tinggi. Petani dengan pengalaman yang masih kurang dan juga modal yang rendah, akan menggunakan pupuk dan pestisida serta saprotan lain dengan seadanya dan masih kurang intensif. Proses budidaya l o b a k yang dilakukan oleh petani mitra responden adalah sebagai berikut.

1. Persiapan Lahan

Petani responden adalah petani yang mata pencaharian utamanya bertani, sehingga lahan yang digunakan petani umumnya merupakan lahan yang telah ditanami oleh komoditas lain. Oleh karena itu, petani tidak perlu melakukan pembukaan dan pembersihan lahan terlebih dahulu. Kegiatan dalam persiapan lahan yang dilakukan petani hanya pengolahan tanah sampai pembuatan bedengan dan pemberian pupuk dasar di atas bedengan. Tujuan utama pengolahan tanah adalah menyediakan media tumbuh yang baik bagi tanaman. Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya. Pembersihan lahan selain menghilangkan sisa-sisa tanaman dapat mensterilisasi lahan dari hama atau penyakit tanaman sebelumnya. Kegiatan persiapan lahan umumnya diikuti dengan pembuatan saluran drainase. Pembuatan saluran drainase berfungsi untuk memasukkan air saat kekeringan dan membuang kelebihan air saat berlebih. Saluran air juga dibuat di sekitar lahan yang berfungsi untuk memasukkan air, sehingga memudahkan pengambilan air untuk penyiraman. Petani yang memiliki kolam ikan di dekat lahan memiliki keuntungan, karena dapat digunakan sebagai sumber air untuk penyiraman di musim kemarau. Pengolahan tanah dilakukan satu minggu atau tiga hari sebelum tanam dengan cara mencangkul tanah. Kegiatan selanjutnya setelah pengolahan tanah adalah pembuatan bedengan. Lebar bedengan yaitu 80 cm dan ada juga yang menggunakan jarak 130 cm, panjang bedengan disesuaikan dengan panjang lahan. Tanaman membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhan. Unsur hara yang tersedia dalam tanah tidak mencukupi untuk kebutuhan tanaman sehingga diperlukan pemupukan. Pemberian pupuk kandang dilakukan dengan cara disebar di atas bedengan. Pemberian pupuk dasar lainnya yang biasa digunakan yaitu Kurakron, Antrokon, Supergrowth dan Tenastikron. Kegiatan selanjutnya yaitu pemasangan mulsa plastik dilakukan setelah pemberian pupuk dasar. Penggunaan mulsa untuk melindungi tanaman dengan meminimalisasi gulma yang tumbuh dan juga dapat menjaga kelembaban tanah. Mulsa dipasang dengan cara menutup permukaan bedengan. Bagian ujung bedengan dipatok agar mulsa tidak lepas. Mulsa selanjutnya dilubangi untuk penanaman dengan diameter sekitar 10 cm.