Sistem Manajemen Basis Model

49 basah. Data ini akan digunakan pada model estimasi faktor iklim dan estimasi produksi pucuk basah. B. Data Produksi Pucuk Basah Teh Bulanan Data produksi bulanan pucuk teh basah pada blok kebun tertentu. Data ini digunakan untuk membuat persamaan produktivitas pada kebun tersebut. Data tersebut terdiri dari jumlah produksi pucuk basah setiap bulannya setiap kebun, jenis gilir petikan yang diterapkan pada kebun tersebut, serta luas lahan yang dipetik. Data ini bersama dengan data estimasi faktor iklim menjadi input untuk membuat persamaan estimasi produksi pucuk teh bulanan dan optimasi jadwal petikan teh. Data tersebut digunakan untuk menentukan variabel produktivitas pada persamaan program linier. C. Data Perkebunan Data ini merupakan input untuk penentuan kebutuhan tenaga kerja pemetik teh dan bahan penunjang produksi kayu bakar dan papersack. Data aktual ini terdiri dari kapasitas gudang, kapasitas pemetik, biaya penyimpanan, dan pemesanan bahan penunjang. D. Data Target Optimalisasi Data target optimalisasi merupakan data-data yang dibutuhkan dalam perumusan fungsi kendala kendala dan fungsi tujuan optimalisasi penjadwalan pemetikan. Data target optimalisasi terdiri data persamaan produksi pucuk basah, data kataretistik kebun, dan data luas lahan perkebunan untuk pemetikan. E. Data Nilai Optimal Variabel Kebun Data nilai optimal variabel merupakan hasil penghitungan nilai optimal oleh perangkat lunak LINGO 12.0 LINDO Systems Inc 2010 terhadap variabel-variabel pada fungsi tujuan dan fungsi kendala yang telah dirumuskan. Nilai optimal variabel tersebut akan disimpan untuk kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui penerapan penjadwalan pemetikan optimalnya.

5.2.3 Sistem Manajemen Basis Model

Sistem manajemen basis model merupakan alat analisis yang diperlukan oleh sistem, dimana melalui model-model tersebut dapat diperoleh hasil yang dapat digunakan untuk kebutuhan pengambilan keputusan dalam penentuan penjadwalan pemetikan, prakiraan jumlah produksi, dan kebutuhan tenaga pemetik dan bahan penunjang. Sistem manajemen basis model ini merupakan integrasi dari sub-sub model yang digunakan untuk menganalisis data yang terdapat dalam sistem manajemen basis data. Submodel dari sistem ini terdiri dari adalah: 1. Submodel estimasi faktor iklim Model ini digunakan untuk prakiraan kondisi faktor iklim harian curah hujan dan hari hujan dalam satuan tertentu pada masa yang akan datang. Model estimasi ini menggunakan metode ARIMA dengan dukungan program aplikasi MINITAB 16 Minitab Inc 2010. Input data yang dibutuhkan adalah data faktor iklim masa lalu yang diakses dari basis data faktor iklim. Program MINITAB 16 Minitab Inc 2010 akan melakukan estimasi dan menghasilkan nilai data estimasi untuk periode yang ditentukan. Persamaan model ARIMA yang akan dipakai pada model ini dapat sesuai dengan persamaan 16 atau persamaan 17 atau kombinasi dari kedua persamaan tersebut. Alur model estimasi faktor iklim dapat dilihat pada Gambar 10. 50 X t = µ’ + ∅ 1 X t-1 + ∅ 2 X t-2 +…+ ∅ p X t-p + e t 16 Dimana : µ’ = suatu parameter ∅ p = parameter autoregresi e t = nilai kesalahan pada saat t X t = µ’ + e t + θ 1 e t-1 + θ 2 e t-2 +…+ θ q e t-k 17 Dimana : µ’ = suatu parameter e t-k = nilai kesalahan pada saat t-k θ 1 sampai θ q = adalah parameter parameter moving average Gambar 10. Diagram Alir Deskriptif Model Estimasi Faktor Iklim 2. Submodel estimasi produktivitas pucuk basah Model estimasi produksi pucuk basah teh bulanan merupakan model untuk melakukan prakiraan jumlah pucuk teh yang akan dipanen dalam satu bulan yang direncanakan. Prakiraan produksi pucuk ini memanfaatkan persamaan regresi yang mewakili hubungan faktor iklim berupa curah hujan dan hari hujan, serta faktor tanaman berupa umur pangkas dan jenis gilir petik terhadap produksi pucuk teh. Input untuk model ini adalah data hasil estimasi faktor iklim dan tanaman. Output yang dihasilkan adalah nilai prakiraan produktivitas pucuk teh sesuai dengan periode yang ditetapkan. Bentuk persamaan regresi yang akan digunakan pada model ini sesuai Mulai Data aktual faktor iklim - Data curah hujan - Data hari hujan Estimasi dengan metode ARIMA Uji Ljung-Box-Pierce untuk mendeteksi indepedensi residual antar-lag Prakiraan faktor iklim: curah hujan, hari hujan Data estimasi faktor iklim - Data curah hujan - Data hari hujan Selesai 51 dengan persamaan 18. Aliran data dalam model estimasi produktivitas bulanan dapat dilihat pada Gambar 11. = 1 + 2 + 3 + 4 18 Dimana : y = produktivitas x1 = curah hujan x2 = hari hujan x3 = umur pangkas x4 = jenis gilir petik Gambar 11. Diagram Alir Deskriptif Model Persamaan Produksi Pucuk Basah 3. Submodel optimasi jadwal pemetikan teh Berdasarkan data yang diperoleh, disusun model optimasi jadwal pemetikan pucuk teh. Model ini mempergunakan optimasi program linier sehingga setiap langkah yang dilakukan dalam penyusunan model ditujukan untuk membentuk fungsi tujuan dan fungsi-fungsi kendala. Selanjutnya, pemecahan model program linier tersebut akan menghasilkan jadwal pemetikan pucuk teh yang optimum. Model program linier untuk pemetikan pucuk teh berisikan: 1. Fungsi tujuan yang berupa memaksimumkan produksi pucuk basah 2. Kendala luas wilayah pemetikan area petik Bentuk umum dari persamaan model program linier untuk pemetikan pucuk teh ialah sebagaimana sesuai pada persamaan 19 dan persamaan 20. Tujuan: Maksimumkan Z = ∑∑∑∑ Y ijkl L ijkl 19 Data aktual faktor iklim - Data curah hujan - Data hari hujan Data produksi pucuk basah Data tanaman umur pangkas dan gilir petik Uji F dan Uji-t Mulai Analisis Korelasi Analisis Regresi Berganda Model Persamaan Regresi Selesai 52 Dengan kendala: 1 Kendala luas hanca wilayah pemetikan ∑∑ L ijkl = A k 20 Dimana: Z = produksi pucuk basah Y ijkl = produktivitas pucuk basah pada periode petik ke-i, bulan ke-j, blok ke-k dan bulan pangkas ke-l L ijkl = luas areal yang dipetik pada periode petik ke-i, bulan ke-j, blok ke-k dan bulan pangkas ke-l A k = luas lahan blok-k i = lama periode daur petik; 1= 8 hari, 2 = 10 hari, 3 = 12 hari j = bulan; 1 = Januari, 2 = Februari, dst k = blok kebun; k = 1,2,3,…,10 l = umur pangkas; l = 1,2,3,4 Solusi model program linier, yaitu luas areal yang menghasilkan produksi pucuk teh maksimum, diperoleh menggunakan paket program LINGO 12.0 LINDO Systems Inc 2010. Penjadwalan pemetikan pucuk teh menggunakan hasil dari penyelesaiaan program linier. Aliran data dalam model optimasi jadwal pemetikan teh dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12. Diagram Alir Deskriptif Model Optimasi Jadwal Pemetikan Teh Mulai Perumusan Tujuan Perumusan Kendala Optimasi dengan LINDO Selesai Data produktifitas dari Model Estimasi Produktivitas Pucuk Basah - Data luas kebun - Data tenaga kerja - Data kapasitas pabrik Jadwal pemetikan optimal 53 21 4. Submodel kebutuhan tenaga pemetik Model ini digunakan untuk menghitung jumlah tenaga kerja pemetik teh yang dibutuhkan setiap bulan. Input yang diperlukan dalam model ini adalah data estimasi produksi pucuk teh bulanan dan input kapasitas pemetikan para pemetik teh atau pancen petik, luas areal petikan yang mampu dijangkau oleh seorang pemetik dalam satu hari kerja efektif atau enam jam per hari 360 menit waktu efektif. Pancen petik yang digunakan adalah pancen petik yang ditetapkan yaitu rata-rata 1 12 patokpemetik atau 0,04 Hapemetik yang dapat dikerjakan per orang pemetik atau tiap pemetik rata-rata menghasilkan 45 kg pucuk tehhari. Jumlah tenaga kerja pemetik teh dihitung dengan membagi jumlah produksi harian setiap afdeling dengan kapasitas pemetikan para pemetik teh. Perhitungan kebutuhan jumlah pemetik sesuai dengan pada persamaan 21. Diagram alir deskriptif untuk model kebutuhan tenaga kerja pemetik teh harian dilihat pada Gambar 13. = Dimana : TKOt = Jumlah pemetik pada tiap kebun petik Orang QRAt = Jumlah luas areal petikan teh pada kebun petik Ha KP = Kapasitas pemetikan HaOrang Gambar 13. Diagram Alir Deskriptif Kebutuhan Tenaga Kerja Pemetik Pucuk Teh Data Ketersediaan Tenaga Kerja Data Optimasi Penjadwalan Pemetikan Teh Mulai Penentuan Kebutuhan Tenaga Kerja Pemetik Pucuk Teh Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Pemetik Pucuk Teh Selesai Data Jumlah Pemetik Pucuk Teh Bulanan Tiap Kebun 54 5. Submodel persediaan bahan penunjang produksi Kegiatan produksi teh membutuhkan persediaan bahan baku raw material, yaitu pucuk teh itu sendiri. Selain pucuk teh, dalam pembuatan teh membutuhkan bahan penunjang seperti kayu bakar dan papersack. Kayu bakar digunakan dalam proses pengeringan di mesin Fluid Bed Dryer dan papersack merupakan kemasan yang digunakan untuk mengemas teh yang sudah jadi. Perlunya model persediaan bahan penunjang guna mempermudah pengaturan bahan penunjang agar tidak terjadi stock out. Perhitungan estimasi jumlah kebutuhan kayu bakar sesuai dengan persamaan 22. Penentuan estimasi jumlah papersack yang akan digunakan tergantung pada hasil estimasi hasil teh kering yang diproduksi. Perhitungan jumlah estimasi teh kering yang dihasilkan sesuai dengan persamaan 23 dan perhitungan kebutuhan papersack sesuai dengan persamaan 23. Model persediaan yang digunakan adalah economic order quantity EOQ. Kebutuhan dalam pembuatan model tersebut yakni estimasi produksi pucuk basah yang dihasilkan dari tanaman sehingga dapat diketahui prakiraan kebutuhan bahan penunjang tersebut. Data yang diperlukan didapat dari Model Optimasi Penjadwalan Petikan yakni terdapat estimasi jumlah pucuk teh yang dihasilkan. Serta data-data dari perusahaan, seperti: biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Diagram alir deskriptif untuk model persediaan bahan penunjang produksi dilihat pada Gambar 14. = Dimana : KB t = Jumlah kayu bakar yang diperlukan m 3 bulan PRB t = Jumlah estimasi produksi pucuk basah kgbulan KK = Koefisien pembakaran kg m 3 = = Dimana : PS t = Jumlah papersack yang diperlukan pcsbulan PRB t = Jumlah estimasi produksi teh kering kgbulan PRB t = Jumlah estimasi produksi pucuk basah kgbulan BK = Koefisien Berat BasahKering KPS = Kapasitas papersack kgpcs

5.2.4 Sistem Manajemen Dialog