LATAR BELAKANG Model perencanaan bahan baku industri teh: studi kasus di PTPN VIII Kebun Cianten, Jawa Barat

20 I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Model perencanaan adalah suatu representatif dari suatu sistem nyata dalam rangka persiapan yang terarah dan sistematis agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sebuah rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya melakukan pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pada dasarnya semua perusahaan mengadakan perencanaan bahan dengan tujuan pokok menekan biaya dan untuk memaksimumkan laba dalam waktu tertentu. Dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku yang terjadi, masalah utama adalah menyelenggarakan persediaan bahan yang paling tepat agar kegiatan produksi tidak terganggu dan dana yang digunakan dalam persediaan bahan tidak berlebihan. Djunaidi et al 2005 menyatakan jika penjadwalan tidak teratur akan menyebabkan membengkaknya biaya persediaan, maka diperlukan adanya suatu perencanaan pembelian material, agar dapat diketahui pengaruhnya terhadap pengendalian persediaan. Perhatian terhadap perencanaan dan pengendalian produksi telah banyak dilakukan. Vasant 2003 dan 2006 mengembangkan program linear fuzzy yang diaplikasikan pada perencanaan produksi. Model perencanaan produksi yang diterapkannya hanya merencanakan kombinasi jumlah produksi dari beberapa jenis produk. Hasil studi tersebut masih belum mampu melibatkan faktor-faktor penting lainnya yang patut dipertimbangkan dalam sebuah sistem perencanaan dan pengendalian produksi, seperti kebijakan persediaan, ketersediaan tenaga kerja dan lain-lainnya. Penurunan jumlah produksi pucuk teh dapat disebabkan berbagai hal, salah satunya jumlah pucuk daun yang dihasilkan dikebun tidak maksimal. Pada industri teh, pucuk daun merupakan bahan baku utama. Sehingga pucuk teh menjadi penentu dalam proses pengolahan teh tersebut. Pucuk teh didapatkan dari hasil pemetikan di kebun. Kualitas dan kuantitas pucuk teh sangat ditentukan dari sistem pemetikan yang diterapkan di kebun. Jenis gilir petik dan cara pemetikan termasuk dalam sistem pemetikan menjadi hal yang penting untuk dapat menentukan jadwal pemetikan karena akan menentukan di saat pengolahan teh tersebut. Selain pucuk teh, diperlukan bahan penunjang lain dalam industri teh seperti kayu bakar yang digunakan dalam proses pengeringan, dapat diganti dengan solar, serta papersack yang digunakan sebagai kemasan. Dalam pengadaan bahan penunjang tersebut diperlukan perencanaan agar efektif dalam penggunaan biaya. Salah satu perusahaan negara yang menghasilkan komoditas teh adalah PT Perkebunan Nusantara VIII. PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cianten merupakan salah satu unit kebun yang tergabung dalam PT Perkebunan Nusantara VIII. Komoditi yang dihasilkan dari Kebun Cianten adalah teh. Pada Kebun Cianten terdapat proses pengolahan teh hitam CTC. Hasil pengolahan teh di Kebun Cianten sebagian besar akan diekspor. Permasalahan penurunan produksi juga terjadi pada Kebun Cianten ini, karena pada tahun 2008 menghasilkan hingga enam juta ton pucuk basah sedangkan pada tauhun 2009 hanya lima juta ton. Penurunan hasil pucuk basah tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti penjadwalan pemetikan yang tidak optimal, kurangnya tenaga pemetik yang ada. Permasalahan tersebut berakibat pada penyesuaian perencanaan bahan penunjang. Jadwal pemetikan yang baik dapat menjaga kualitas pucuk teh yang dipetik serta tanaman itu sendiri. Jadwal petikan yang optimal bertujan memaksimalkan pucuk basah yang dihasilkan 21 sehingga memperoleh pucuk teh yang maksimal akan tetapi harus mempertimbangkan kualitas pucuk teh tersebut. Selain itu, permasalahan tenaga pemetik yang kadang tidak sesuai dengan kebutuhan luas lahan yang dipetik mengakibatkan pucuk teh yang dihasilkan tidak akan maksimal. Permasalah tersebut berakibat pada perencanaan kebutuhan bahan penunjang produksi seperti kayu bakar, kemasan, solar, air, dan lainnya. Penyelesaian masalah tersebut akan dibahas dalam penelitian ini. Pembuatan jadwal pemetikan berdasakan faktor produktivitas tanaman, perencanaan tenaga pemetik berdasarkan pada jadwal petikan, serta perencanaan bahan penunjang berdasarkan pada estimasi pucuk yang didapatkan dari kebun. Dengan adanya penyelesaiaan tersebut dapat meningkatkan efektivitas produksi. Dengan adanya efektivitas akan menyebabkan penurunan biaya produksi.

1.2 TUJUAN PENELITIAN