Ajaran-ajaran TQN Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah TQN
Juga termasuk adab seorang murid kepada Tuhan-Nya adalah tidak bersembunyi dari seseorang, kecuali karena uzur. Tidak menunda
pemberian kepada orang yang meminta pada waktu lain. Tidak sekali-kali menolak orang yang meminta-minta, kecuali karena
hikmah, bukan karena kikir dan bakhil. Berusaha mengeluarkan kecenderungannya kepada selain Allah dari dalam hati.
Mengutamakan kepentingan saudaranya sesama muslim dengan apa yang dimilikinya. Menjauhi sesuatu yang diagungkan
diperebutkan oleh kebanyakan manusia, termasuk didalamnya adalah berbuat yang tidak jelas hukumnya.
72
2 Adab kepada Mursyid
Adab kepada mursyid Syekh merupakan ajaran yang sangat prinsip dalam tarekat, bahkan merupakan syarat dalam riyadat
seorang murid. Disamping itu juga diyakini para ahli tarekat bahwa ada 3 hal yang dapat mengantarkan seseorang dapat wusul sampai
kepada Allah dalam arti
ma‟rifat, yaitu dzikr sirri dan dzikr khafi dzikir dalam hati, muraqabah kontemplasi, dan senantiasa hadir
, rabitah dan khidmad kepada mursyidnya.
73
Diantara kitab
pegangan murid
tarekat Qadiriyah
wa Naqsabandiyah ada yang menyebutkan secara rinci tentang adab seorang
murid kepada syekhnya. Adab tersebut dirumuskan secara terperinci dalam sepuluh point, yaitu :
a Seorang murid harus memiliki keyakinan bahwa maksud dan tujuan
suluknya tidak mungkin berhasil tanpa perantara gurunya. b
Seorang murid harus pasrah, menurut dan mengikuti bimbingan guru dengan rela hati, serta harus melayani guru dengan rasa senang, rela
dan ikhlas hatinya hanya karena Allah. c
Apabila seorang murid berbeda pendapat dengn guru, baik dalam masalah kulliyat maupun juziyat, masalah ibadat maupun adab, maka
murid harus mutlak mengalah dan menuruti pendapat gurunya karena menentang guru itu menghalangi berkah dan menjadi sebab
su‟ul khatimah.
72
Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 67
73
Ibid, h. 68
d Murid harus berlari dari semua hal yang dibenci gurunya dan
turutmembenci apa yang dibenci gurunya. e
Jangan tergesa-gesa memberikan ta‟bir mengambil kesimpulan atas masalah-masalah seperti impian, isyarat-isyarat, walaupun ia lebih
ahli dari gurunya dalam hal itu. f
Merendahkan suara di majelis gurunya dan jangan memperbanyak bicara dan tanya jawab dengan gurunya, karena semua itu akan
menjadi sebabnya mahjub. g
Kalau mau menghadap guru harus tahu waktu. Jangan menghadap guru dalam waktu sibuk atau dalam waktu istirahat.
h Jangan menyembunyikan rahasia dihadapan guru, tentang kata hati,
impian, maupun karamahnya. Katakanlah dengan terus terang. i
Murid tidak boleh menukil pernyataan guru kepada orang lain, kecuali sekedar yang dapat dipahami oleh orang yang diajak bicara.
j Jangan menggunjing, mengolok-olok, mengumpat, mengkritik, dan
menyebarluaskan aib guru kepada orang lain . k
Apabila murid mempunyai keperluan, jangan sekali-kali mengirim surat telepon-sms atau menyuruh orang lain.
74
3 Adab kepada sesama ikhwan
Syekh Muhammad al-Kurdi menjelaskan bahwa diantara adab kepada sesama ikhwan adalah :
a Hendaknya kamu menyenangkan mereka dengan sesuatu yang
menyenangkan dirimu, dan jangan mengistimewakan dirimu sendiri. b
Jika bertemu mereka, hendaknya bersegera mengucapkan salam dan berjabat tangan, serta bermanis-manis kata dengan mereka.
c Menggauli mereka dengan akhlak yang baik, yaitu memperlakukan
mereka sebagaimana kamu suka diperlakukan.
74
Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama
Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 91-93; Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 68-70; Fuad Said,
Hakikat Tarikat Naqsabandiyah, h. 113-117
d Usahakan agar mereka rela, pandanglah bahwa mereka lebih baik dari
dirimu. Bertolong menolonglah dengan mereka dalam kebaktian, taqwa dan cinta kepada Allah.
e Merendahkan diri kepada meraka dan bergaul dengan akhlak yang
baik, lemah lembut dalam menasehati mereka, jika terdapat perilaku yang menyimpang dari kebenaran.
f Perbaikilah prasangkamu kepada mereka. Bila kamu melihat aib pada
mereka katakanlah pada diri anda sendiri :”jangan-jangan ini juga ada pada saya”karena seorang muslim adalah cermin bagi muslim yang
lain. g
Jika ikhwan minta izin keringanan, maka kabulkan. Walaupun kau tahu bahwa ia adalah pembohong.
h Jika ada pertikaian antara sesama ikhwan, maka damaikanlah diantara
keduanya. i
Jadilah kamu teman dalam semua keadaan. Jangan sampai melupakan berdoa untuk mereka, agar diampuni oleh Allah.
j Hendaknya kalian memberi tempat duduk kepada ikhwan dalam
majelis. k
Hendaknya membatasi berpaling dari mereka, dan mendukung mereka secara moral, karena kehormatan adalah kewajiban.
l Tunaikan janji, jika kamu berjanji.
75
4 Adab kepada diri sendiri
Setiap ahli atrekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah harus selalu menjaga diri selama menempuh perjalanan menuju Allah suluk:
diantara adab kepada diri sendiri adalah :
75
Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama
Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 93-95; Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 72-73; Fuad Said,
Hakikat Tarikat Naqsabandiyah, h. 126-135
a Memegangi prinsip tingkah laku yang lebih sempurna, jangan sampai
seseorang bertindak yang menjadikan dia tercela, dan mengecewakan. b
Hendaknya bertingkah laku ihsan, senantiasa meyakinkan dirinya bahwa Allah selalu mengetahui semua yang diperbuat hamba-Nya,
baik lahir maupun batin. c
Hendaknya bergaul dengan orang-orang saleh, dan menjauhi orang- orang yang akhlaknya buruk.
d Tidak diperbolehkan untuk berlebih-lebihan dalam hal : makan,
minum, berbusana, dan berhubungan seksual. e
Hendaknya berpaling dari cinta duniawi, kepada mendambakan ketinggian derajat akhirat.
f Apabila murid terbuai oleh hawa nafsu, misalnya berat melakukan
ketaatan, maka hendaklah meyakinkan diri bahwa payahnya hidup didunia ini sangat pendek waktunya, bila dibanding dengan kepayahan
di akhirat.
76
c Dzikir
Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah termasuk tarekat dzikir, menurut para ahli tarekat, bahwa tarekat sebagai sebuah metode untuk
mendekatkan diri kepada Allah adalah bentuk yamh khas bagi seseorang, maka ia bisa bermacam-macam. Sedangkan bentuk dan jenisnya sesuai
dengan keah;ian dan kecenderungan masing-masing orang. Hanya saja yang ditintut dalam memegangi suatu tarekat jenis amalan dan pengabdian yang
khas bagi seseorang harus bersifat istiqomah, karena dengan istiqomah seseorang akan mendapatkan hasil dan karunia Allah secara memuaskan.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS.Al-Jin : 16
ن
76
Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama
Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 95-96; Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 74-75; Fuad Said,
Hakikat Tarikat Naqsabandiyah, h. 119-124
Artinya : Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan Lurus di atas jalan itu
agama Islam, benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar rezki yang banyak.
Pemilihan pendiri tarekat qadiriyah dan para ahli tarekat pada umumnya, untuk menjadikan dzikr sebagai tarekatnya, adalah karena dzikr
merupakan ibadah yang sangat istimewa. Didalam kitab-kitab pegangan ahli tarekat, banyak dijelaskan tentang keistimewaan dzikr kepada Allah.
Diantara firman Allah yang menisyaratkan tentang betapa pentingnya zikr kepada Allah itu misalnya :
1 QS. Al-Ahzab : 41
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah dengan menyebut nama
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 2
QS. Taha : 14
Artinya : Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain
Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku. 3
QS. Al-Ra’d : 28
Artinya : yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
77
4 QS. An-Nisa’ : 103
77
Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 77
Artinya : Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu sebagaimana
biasa. Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
78
Dalam suatu tarekat, dzikr dilakukan secara terus menerus isitiqomah, hal ini juga dimaksudkan sebagai latihan psikologis
riyadat al-Nafs, agar seseorang dapat mengingat Allah pada setiap waktu dan kesempatan. Tarekat dzikr atau gerakan dzikr
dimasyarakatkan dan ditekankan pada zaman akhir mulai abad XII- XIII M, karena mulai pada saat ini fitnah dan gangguan duniawi
terhadap umat islam begitu berat, sehingga jiwa mereka sangat rawan dan dalam bahaya. Tarekat ini pula perlu dimasyarakatkan untuk
terapi merebaknya patologi sosial. Sedangkan pada masa-masa dahulu termasuk pada zaman Nabi dan Sahabat tidak begitu populer karena
jiwa mereka masih bersih dan tidak banyak fitnah yang menggoncangnya.
79
Dzikrullah menempati sentral amaliah jiwa hamba Allah yang beriman, karena dzikrullah adalah keseluruhan getaran hidup yang
digerakkan oleh kalbu dalam totalitas Ilahi. Selain itu dzikrullah meruapakan amalan khas yang harus diamalkan oleh setiap pengikut tarekat.
Karena dzikr merupakan tiang yang kuat di jalan menuju Allah, bahkan ia adalah tiang yang paling penting, sebab orang tak dapat mencapai Dia tanpa
mengingatnya terus menerus. Dzikr adalah makanan spiritual ahli tarekat. Dzikr dapat membawa
dalam keadaan kejiwaan yang sempurna, dan barang siapa senantiasa ingat
78
Fuad Said, Hakikat Tarikat Naqsabandiyah, h. 51
79
Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h. 78
Allah, ia adalah pendamping Allah yang sejati.
80
Yang dimaksud dzikr dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah aktifitas lidah lisan
maupun hati batin untuk menyebut dan mengingat asm zat nama Allah. Dan penyebutan tersebut tel
ah dibai’atkan atau ditalqinkan oleh seorang mursyid yang muttasil al-fayd bersambung sanad dan berkahnya.
81
Dalam ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, terdapat dua jenis dzikr yaitu :
1 Dzikr Nafi Isbat
Dzikr Nafi Isbat adalah dzikr kepada Allah dengan menyebut kalimat “la ilaha illa Allah”. Dzikr ini merupakan ajaran inti Tarekat
Qadiriyah, yang dilakukan secaar jahr bersuara. Dzikr ini pertama kali di bai’atkan kepada Ali bin Abi Thalib. Yaitu pada malam hijrahnya
Nabi Muhammad dari Mekkah ke kota Yatsrib Madinah. Selanjutnya dzikr ini di talqinkan Ali bin Abi Thalib kepada puteranya, Sayyidina
Husein. Kemudian Husein ibn Ali mentalqinkan dzikr ini kepada puteranya, yaitu Ali Zainal Abidin. Dan seterusnya dzkir ini di talqinkan
secara sambung menyambung kemudian sampai kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Maka setelah metode dzikr ini diamalakan oleh Syekh
Abdul Qadir al-Jailani, orang-orang sesudahnya para muridnya menyebutnya dengan tarekat Qadiriyah atau dzikr Qadiriyah.
82
2 Dzikr Ism Zat
Dzikr Ism Zat adalah dzikr kepada Allah dengan menyebut “Allah,
Allah, Allah” secara sirr atau khafi dalam hati. Dzikr ini juga disebut sebagai dzikr lataif dan merupakan ciri khas dalam tarekat
Naqsabandiyah. Dzikr ini dibai’atkan pertama kali kepada Abu Bakara al-Shidiq; ketika sedang menemani Nabi berada di Gua tsur. Selanjutnya
dzikr ini ditalqinkan kepada Salman al-Farisi, kemudian ia menelqinkan kepada Qasim ibn Abi Bakar. Kemudian diterima oleh Imam Ja’far al-
Sadiq dan terus menerus sambung menyambung sampai kemudian diterima oleh Syekh Baha’uddin al-Naqsabandi. Maka setelah tarekat
80
Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama
Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 96
81
Kharisudin Aqib, Op.cit , h.80
82
Ibid, h. 81
dzikr ini diamalakan oleh syekh tersebut orang-orang menyebutnya dengan tarekat Naqsabandiyah atau tarekat dzikr Naqsabandiyah.
83
Dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, di ajarkan dzikr nafi itsbat dan dzikr ismu dzat secara bersamaan, karena keduanya saling
melengkapi dalam kaitannya dengan metode pembersihan jiwa. Pelaksanaan kedua jenis dzikr ini diamalkan setiap selesai sholat wajib
sengan cara memejamkan mata, agar lebih menghayatai dzikr dan makna kalimat yang diucapkan, yaitu la ilaha illa Allah. Mengucapkan kalimat
“la” dengan panjang, dengan menariknya dari bawah pusar ke arah otak, melalui kening, tepat diantara dua alis. Seolah-olah menggoreskan garis
lurus, dari bawah pusar ke ubun-ubun. Selanjutnya mengucapkan “ilaha”, seraya menarik garis lurus dari otak kearah atas susu kanan, dan
menghantamkan kalimat “illa Allah” kedalam hati sanubari yang ada
dibawah susu kiri, dengan sekuat-kuatnya. Kal ini dimaksudkan agar semakin menggetarkan hati sanubari, dan membakar nafsu-nafsu jahat
yang dikendalikan oleh syetan. Gerakan simbolik tersebut dimaksudkan, agar semua lathaif pusat-pusat pengendalian nafsu dan kesadaran,
teraliri dan terekena panasnya kalimat tahlil tersebut. Setelah sampai pada hitungan 165 kali dzikr dihentikan. Dzikr yang di praktekkan ini,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah, inilah dzikr yang paling utama dan sangatbesar pengaruhnya pada proses tazkiyat al-nafs.
84
d Titik-titik rohani halus Latha‟if
Abah Anom membahas latha‟if dengan merujuk pada al-Ghazali, yng
mengatakan bahwa dihati terdapat titik rohani halus yang terhubung dengan tubuh manusia dan merepresentasikan realitas esensi manusia. Beliau
mengutip dari Syekh Abdul Qadir al-Jailani, yang mengatakan bahwa hati adalah tempat tersimpannya pengetahuan hakikat karena hati adalah titik
83
Ibid, h. 82
84
Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama
Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 100
rohani halus yang mengendalikan seluruh tubuh dengan bertindak sebagai alat yang menembus ke dalam realitas.
85
Latha‟if artinya halus, lembut dan tidak kasar. Secara konseptual para ahli tasawuf merinci tujuh macam sebab pembuat dosa batin atau jiwa yang
disebut tujuh latha‟if, yaitu sebagai berikut :
1. Lathifah al-Qalbiy, yang berhubungan dengan jantung jasmani, letaknya
dua jari di bawah susu kiri. Di sini terletak sifat-sifat kemusryikan, kekafiran, ketahayulan dan sifat-sifat iblis.
2. Lathifah ar-Ruh, terletak dua jari di bawah susu kanan, berhubungan
dengan hati. Disinilah letaknya sifat bahimiyah binatang jinak, yakni sifat-sifat menuruti hawa nafsu.
3. Lathifah as-Sirri, terletak dua jari di atas susu kiri. Disinilah terletak sifat
sabi‟iyyah binatang buas, yaitu sifat dzalim, pemarah dan pendendam. 4.
Lathifah al-Khafi, terletak dua jari di atas susu kanan, dipengaruhi oleh limpa jasmani. Disinilah letaknya sifat-sifat pendengki dan khianat, yaitu
sifat syaithaniyyah yang membawa celaka dunia dan akhirat. 5.
Lathifah al-Akhfa, letaknya di tengah dada, yang berhubungan dengan empedu jasmani. Disinilah letak sifat rabbaniyah,
seperti riya’, takabbur, ujub, suma’.
6. Lathifah an-Nafs an-Natiqa‟, terletak antara dua kening. Disinilah
tempatnya nafsu amarah, nafsu yang selalu mendorong kepada kejahatan. 7.
Lathifah Kullu Jasad Qalab, yaitu lathifah yang mendominasi seluruh tubuh jasmani. Disinilah terletak sifat-sifat jahil dan lalai.
86
Untuk mempermudah penjelasan tentang latha‟if, dalam buku Sri
Mulyati di klasifikasikan sebagai berikut :
87
Latha’if Lokasi
Nabi Warna
Hati Qalb Dua jari di bawah
dada kiri Adam
Kuning
85
Al-Ghazali, Ihya‟ Ulumuddin, vol.3,3, sebagaimana dikuti oleh Sri Mulyati,
Peran Edukasi TQN dengan referensi utama Suryalaya, h. 350
86
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Tasawuf, op. Cit, h. 128
87
Sri Mulyati, Peran Edukasi TQN dengan referensi utama Suryalaya, h. 347
Roh Roh Dua jari dibawah dada
kanan Ibrahim Nuh
Merah
Suara hati Sirr Dua jari diatas dada
kiri Musa
Putih
Kegaiban Khafi
Dua jari diatas dada kanan
Isa Hitam
Tersembunyi Akhfa
Pusat dada Muhammad SAW
Hijau
Jiwa Nafs Pusat dahi
Biru Badan Qalab
Pada permukaan kulit Bersih
Lathifah-lathifah yang merupakan proses pencapaian ma‟rifat menurut
TQN ialah : Proses pertama : Zikir dimulai dari lathifah Qalb terletak di bawah
susu kiri sekitar dua jari dari susu kiri. Setelah terasa dzikir didalamnya dan terasa getaran yang kuat, maka
masuklah proses berikutnya. Proses kedua : Zikir memasuki lathifah Ruh yang bertempat di sisi
bawah susu kanan sekitar dua jari tengah sehingga zikir mengisi dua arah. Setelah terasa zikir di dua arah
tersebut, maka masuk proses ketiga. Proses ketiga : Zikir dalam lathifah Sirri yang bertempat di atas susu
kiri sekitar dua jari tangan dari susu. Setelah zikir terasa tetap pada lathifah- lathifah itu, masuklah zikir proses
berikutnya. Proses keempat : Zikir pada lathifah Khafi yang bertempat di bagian
atas susu kanan sekitar dua jari kanan dari susu kanan itu. Setelah zikir mantap pada lathifah ini baru
memasuki lathifah lainnya.
Proses kelima : Zikir dalam lathifah Akhfa yang bertempat di tengah- tengah dada. Zikir di lathifah ini telah mantap baru
memasuki zikir berikutnya. Proses keenam : Zikir dalam lathifah Nafsi, yakni terletak diantara dua
kening. Setelah zikir sampai ke lathifah ini, maka lathifah- lathifah lain pun telah berzikir.
Proses ketujuh : Zikir dalam lathifah Jasad Qalab. Apabila zikir sampai tahap ini, maka zikir telah memenuhi kehalusan
seluruh badan dan anggota-anggotanya. e
Muraqabah Secara lughawi, muraqabah berarti m
88
engamat-amati atau menantikan sesuatu dengan penuh perhatian. Tetapi secara istilah tasawuf
term ini mempunyai arti : terus menerus kesadaran seorang hamba yang terus menerus tas penghambaan Tuhan terhadap semua keadaannya.
Term ini tampaknyaa lebih dekat pengertiannya dengan istilah kontemplasi.
89
Konsep muraqabah berasal dari kata raqib yang berarti penjaga atau pengawal. Muraqabah berarti melestarikan pengamatan
terhadap Allah SWT. Yang dimaksud muraqabah dalam tradisi sufi adalah kondisi kejiwaan yang sepenuhnya ada dalam keadaan
konsentrasi dan waspada. Sehingga segala daya pikir dan imajinasinya tertuju pada satu fokus kesadaran tentang dirinya.
Muraqabah merupakan bentuk hal yang sangat penting. Karena pada dasarnya segala perilaku peribadatan adalah dalam rangka
muraqabah atau mendekatkan diri kepada Allah. Dengan kata lain muraqabah juga dapat diartikan sebagai kondisi kejiwaan dimana
seorang individu senantiasa merasakan kehadiran Allah, serta meyadari sepenuhnya bahwa Allah selalu mengawasi segenap
perilaku hambanya. Dengan kesadaran semacam ini seorang hamba akan selalu mawas diri, menjaga diri untuk tetap pada kualitas
kesempurnaan penciptannya.
90
88
T im Penyusun Buku TQN Sejarah, Asal-usul dan perkembangannya Pondok
Pesantren suryalaya, h. 156-157
89
Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h.84
90
Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman
Beragama Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 108
Muraqabah memiliki perbedaan dengan dzikr terutama pada obyek pemusatan kesadaran konsentrasinya. Kalau dzikr memiliki obyek
pemusatan pada simbol, yang berupa kata atau kalimat, sedangkan muraqabah menjaga kesadaran atas makna, sifat, qudrat, dan iradat
Allah. Demikian juga media yang digunakan juga memiliki perbedaan. Dzikr menggunakan lidah baik lidah fisik maupun lidah batin,
sedangkan muraqabah menggunakan kesadaran murni yang merupakan imajinasi dan daya khayali.
Muraqabah dalam tarekat dilaksanakan sebagai ajaran pokok, karena Allah senantiasa memperhatikan hambanya. Sebagaimana firman-
Nya dalam QS. An- Nisa’ : 1
Artinya : Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Maka muraqabah disini bernilai sebagai latihan psikologis riyadat al-nafs untuk menanamkan keyakinan yang dalam akan makna firman
Allah tersebut. Adapun tujuan akhir dari ajaran muraqabah ini adalah agar seseorang menjadi seorang mukmin yang sesungguhnya.
Dalam tarekat qadiriyah wa Naqsabandiyah, muraqabah diyakini sebagai asal semua kebaikan, kebahagiaan dan keberhasilan. Seorang
hamba tidak akan sampai pada muraqabah keculai setelah muhsabat al- nafs dan mampu mengatur waktu dengan baik. Pada ajaran Tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah terdapat 20 macam jenis cara muraqabah. Ada 13 macam dari 20 macam muraqabah yang ada pada Tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah, sama persis dengan muraqabah dalam Tarekat Naqsabandiyah Mujaddidyiah, sedangkan selebihnya merupakan
pendalaman dari jenis-jenis tertentu dari muraqabah tarekat tertentu. Dan diantara 20 jenis muraqabah tersebut hanya ada 3 macam muraqabah
yang memiliki kesamaan obyek tidak sama dalam nama dan tata cara dengan sistem muraqabah yang ada dalam tarekat Qadiriyah.
Kedua puluh macam muraqabah itu adalah : 1
Muraqabah ahadiyah Muraqabah ini adalah kontemplasi aats sifat kemahaesaan Allah.
Ajaran muraqabah ini ada dalam Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Dalam kontemplasi diimajinasikan datangnya al-fayd
al-rahmani pancaran karunia Allah berasal dari enam arah yaitu : atas-bawah, muka-belakang, dan kana-kiri. Sedangkan dalam tarekat
Naqsabandiyah Mujaddidiyah NM, muraqabah ini merupakan kesadaran dipusatkan dalam lina lathaif secara bertahap, yaitu : lataif
al-qalbi, ruhi, sirri, khafi, dan latifah al-akhfa. 2
Muraqabah ma‟iyyah Jenis muraqabah ini ada dalam kedua tarekat induknya Qadiriyah
wa Naqsabandiyah. Akan tetapi dalam hal teknis lebih dekat dengan ajaran muraqabah yang ada pada tarekat Qadiriyah. Muraqabah
ma‟iyyah adalah kontemplasi akan makna kebersamaan Allah dengan dirinya.
3 Muraqabah aqrabiyah
Arti dari muraqabah ini adalah memperhatikan dengan seksama dalam kontemplasi akan makna dan hal kedekatan Allah dengan
tarekat ini. Namanya sama dengan yang ada dalam tarekat Naqsabandiyah, sedangkan filosofinya lebih dekat dengan yang ada
dalam Tarekat qadiriyah. 4
Muraqabah al-mahabbah fi al-dariat al-ula 5
Muraqabah al-mahabbah fi al-dariat al-tsaniyah 6
Muraqabah al-mahabbah fi al-dariat al-qaus Ketiga jenis muraqabah ini adalah jenis kontemplasi atas kecintaan
kepada Allah pada orang-orang yang beriman dan kecintaannya orang mukmin kepada Allah. Ketiganya merupakan pendalaman dan
perincian atas muraqabah al-aqrabiyah dan al-mahabbah yang ada dalam Tarekat Naqsabandiyah.
7 Muraqabah wilayat al-„ulya
Muraqabah jenis ini hanya ada dalam ajaran tarekat Naqsabandiyah. Walaupun menggunakan nama yang berbeda terkadang juga disebut
dengan nama yang sama, tetapi cara dan sasarannya sama. Sedangkan dalam tarekat Qadiriyah jenis muraqabah ini terlaksana dalam
muraqabah yang ketujuh sama sasaran dan dalilnya. 8
Muraqabah kamalat al-nubuwwah Yaitu muraqabah kontemplasi, atas qudrat Allah yang telah
menjadikan sifat-sifat kesempurnaan kenabian. 9
Muraqabah kamalat al-risalat Adalah kontemplasi atas Allah, zat yang telah menjadikan
kesempurnaan sifat kerasulan. 10
Muraqabah kamalat al-ulul azmi Adalah muraqabah kontemplasi atas diri Allah yang telah
menjadikan para Rasul yang mendapat gelar Ulul Azmi. Ketiga jenis muraqabah tersebut hanya terdapat dalam ajaran Naqsabandiyah
Mujaddidiyah NM. 11
Muraqabah al-mahabbah fi al-dariat al-khullat Yaitu muraqabah atas Allah, zat yang telah menjadikan hakikat Nabi
Ibrahim sebagai khalilullah. 12
Muraqabah al-mahabbah fi al-dariat al-sirfa Yaitu muraqabah atas Allah yang telah menjadikan hakikat Nabi
Musa As, yang sangat dikasihi, sehingga bergelar kalimullah. 13
Muraqabah al-zatiyah al-muntazibal bi al-mahabbah Yaitu muraqabah kepada Allah, yang telah menjadikan hakikat Nabi
Muhammad yang telah menjadi kekasihnya yang asal dan dicampur dengan sifat pengasih.
14 Muraqabah al-mahbubuyah al-sirfah
Yaitu muraqabah kepada Allah yang telahmenjadikan hakikat Nabi Ahmad yang memiliki sifat pengasih yang tulus.
Keempat jenis muraqabah ini no. 11,12,13,14 merupakan pendalaman dari muraqabah ulul azmi yang ada dalam tarekat
naqsabandiyah al-Mujaddidiyah. 15
Muraqabah hubb al-sirf Yaitu muraqabah kepada Allah yang telah mengasihi orang-orang
mukmin dengan tulus yang cinta kepada Allah, para malaikat, para rasul, para Nabi dan wali, cinta pada para ulama’ dan kepada sesama
mukmin. Muraqabah ini didalam tarekat Naqsabandiyah disebut dengan muraqabah al-mahabbah.
16 Muraqabah la ta‟yin
Adalah kontemplasi akan hak Allah yang tidak dapatdinyatakan zat- Nya, oleh semua makhluk tanpa kecuali. Muraqabah jenis ini tidak
terdapat dalam kedua tarekat induknya. Akan teknik dan sasaran dari muraqabah sudah tercakup didalam muraqabah ahadiyah pada
tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah. 17
Muraqabah hakekatu al-ka‟bah Adalah kontemplasi kepada Allah, zat yang telahmenciptakan hakikat
ka’bah sebagai kiblatnya orang yang bersujud kepada Allah. 18
Muraqabah haqiqat al-Qur‟an Muraqabah ini adalah berkontemplasi atas Allah yang telah
menjadikan hakikat al- Qur’an yang diturunkan kepada nabi
Muhammad, yang merupakan ibadahbagi pembacanya. 19
Muraqabah haqiqat al-sirfah Adalah muraqabah atas Allah yang telah mewajibkan kepada
parahambanya untuk melakukan sholat yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan.
20 Muraqabah dariat al-ma‟budiyah al-sirfah.
Adalah muraqabah dengan berkontemplasi akan Allah yang memiliki hak untuk di sembah oleh semua makhluk-Nya.
Keempat jenis muraqabah ini 17,18,19,20 sama persis dengan muraqabah yang ada dalam tarekat Naqsabandiyah Mujaddidiyah.
91
Untuk mencapai derajat muraqabah, paling tidak ada tujuh anak tangga yang harus dilalui, yaitu :
1 Muhasabah instropeksi, kita melakukan evaluasi baik dan buruk
terhadap segala perbuatan yang sudah kita lakukan. 2
mu‟aqabah sanksi terhadap pelanggaran, apabila kita melakukan keburukan, kita harus mengecam diri kita, mempersoalkannya dan
kemudian menghukumnya. 3
Muhasanah memperbaiki situasi masa kini, kita berjanji kepada diri sendiri untuk membiasakan perbuatan baik atau menghindari
perbuatan buruk. 4
Mujahadah optimalisasi, kita berjuang keras untuk mengoptimalkan segala yang baik.
5 Istiqamah disiplin kita menjaga kesinambungan untuk terus menerus
berada dalam kebaikan. 6
Muraqabah merasakan pengawasan Allah. 7
Mukasyafah atau musyahadah terbukanya tabir antara diri dengan Allah.
Seseorang yang Muraqabah berarti menjaga diri untuk senantiasa melakukan yang terbaik sesuai dengan kudrat dan eksistensinya.
Sementara ketidaksiplinan ditunjukkan dengan sikap sembrono serta mudah terlena dengan kenikmatan-kenikmatan duniawi yang sifatnya
nisbi.
92
91
Kharisudin Aqib, Al-Hikmah Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah wa naqsabandiyah, h.87-90
92
Martin Van Bruinessen, Tarekat Masyarakat indonesia, sebagaimana yang dikutip oleh Sururin, Perempuan dalam duni Tarekat, Studi tentang Pengalaman Beragama
Perempuann Anggota Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, h. 111