Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN
menyebabkan hampir nama Godebag tidak kedengaran lagi, karena nama Suryalaya lebih masyhur dalam ingatan umum.
1
Abah Anom nama aslinya H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin, dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1915, sepuluh tahun setelah pendirian Pesantren
Suryalaya. Pria yang tidak makan daging, dan selalu minum air putih ini, adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Beliau memang disiapkan
ayahnya untuk meneruskan kepemimpinan di Suryalaya.
2
Sebutan Abah Anom merupakan sebutan orang Sunda yang artinya “Ayah MudaKiyai Muda”, nama
yang diberikan ketika beliau masih muda dan sudah menjadi kiyai. Abah Anom lahir adalah putra kelima dari Abah Sepuh, Pendiri Pesantren Suryalaya.
Ibunya Adalah Hj. Juhriyah. Nama lain Abah Anom menurut saudarinya Didah Rasidah Mubarok, adalah Mumun Zakarmudji H. Shohib.
3
Abah Anom, dengan tinggi badan 169 cm, menikah dua kali. Pertama dengan H. Euis Siti Ru’yanah sudah wafat, kemudian dengan Masri Sofiah.
Kini, tokoh yang murah senyum ini menjadi ayah dari 14 anak-anaknya. Dari perkawinannya dengan Ibu Euis Ru’yanah yang meninggal tahun 1978 beliau
mempunyai 13 anak-anak: Dudun Nursaidudin, Aos Huni Falah, Nonong, Didin Hidir Arifin, Noneng Hesyati, Endang Ja’far Sidiq, Otin Khadijah,
Kankan Zulkarnaen, Memet Ruhimat, Ati Unsuryati, Ane Utia Rohane, Baban Ahmad Jihad, dan Nia Nur Iryanti. Dari Istri keduanya, Yoyoh Sofiah yang
beliau nikahi tahun 1978, beliau mempunyai satu orang putra, Ujang Muhammad Mubarok Qodiri, yang dilahirkan tahun 1986.
4
Ketika berusia 35 tahun, Abah Anom membantu ayahnya untuk membimbing pesantren. Usia ini adalah relative anom muda untuk memimpin
sebuah pesantren dan sebuah tarekat sufi. Pada masa itu Abah Sepuh, Ayahnya,
1
M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, h. 213-214
2
Ibid, h. 218
3
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah dengan Refrensi Utama Suryalaya, Jakarta: Kencana, 2010, Cet ke-1, h 212
4
Ibid, h. 214
telah berumur lebih dari seratus tahun, sebuah usia yang dilihat dari sudut pandang mana pun dipandang sebagai sepuh tua. Jadi istilah Anom dan Sepuh
biasa digunakan untuk membedakan kedua pemimpin ini. Di bawah kepemimpinan Abah Anom, Pesantren Suryalaya mengalami
perkembangan yang signifikan, dengan perbaikan kapasitas pendidikan formal, yang sekarang ini terdiri dari pelbagai jenjang pendidikan, dari taman kanak-
kanak sampai pada Pendidikan Tinggi Islam. Sebagai seorang anak Syaikh karismatik, Abah Anom telah mewarisi karisma ayahnya, Abah Sepuh. Di
samping memelihara dan mengembangkan warisan itu, Abah Anom adalah pakar dalam tiga cabang keilmuan Islam yang penting: tauhid teologi Islam,
fiqih hukum Islam, dan tasawuf sufisme. Keunggulannya dalam bahasa Arab, sebuah syarat penting bagi seorang kyai dalam tradisi pesantren, serta
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda juga mendukung keberhasilannya dalam memimpin pesantren dan tarekat sufi.
Abah Anom dan Pesantren Suryalaya dewasa ini menjadi pesantren yang banyak diteliti dan dikaji oleh banyak orang, baik yang mengatasnamakan
pribadi maupun lembaga. Bahkan banyak peneliti Barat yang tertarik melakukan penelitian di Pesantren Suryalaya ini. Para pengkaji tasawuf begitu
akrab mengenal Pesantren Suryalaya ini sebagai penyebar Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyah. Pesantren Suryalaya mengajarkan ilmu TQN, yang
intinya berupa ajaran agama Islam agar manusia hidup dan mati tetap dalam keridhaan Allah SWT., Dengan bersumber kepada Al-
Qur’an, hadis, ijma’ dan
qiyas. TQN merupakan teori agar kita lebih cepat dan tepat dalam menggali api
Islam, iman, dan ikhsan dengan tidak meninggalkan hukum-hukum syariat.
5
Abah Anom seorang pemimpin yang mempunyai wawasan intelektual yang luas, pengetahuan yang banyak dan ketakwaan yang mendalam. Beliau
juga telah mengalami banyak kesulitan dalam kehidupannya, tetapi beliau sangat sabar, berani dan rendah hati. Beliau dikenal konsisten dan setia
5
M. Solihin, op. Cit , h. 219-221
terhadap ajaran Abah Sepuh dan juga sebagai seorang pemimpin yang suka bekerja keras.
6