terhadap ajaran Abah Sepuh dan juga sebagai seorang pemimpin yang suka bekerja keras.
6
2. Latar belakang pendidikan
Di Suryalaya,
pengajaran Tarekat
Qodiriyah Naqsabandiyyah
dikembangkan oleh dua figur, Abah Sepuh dan pengganti yang notabene adalah putranya, K.H. A. Shohibulwafa Tajul „Arifin, yang akrab dan lebih
dikenal dengan nama Abah Anom. Abah Sepuh mengajar murid-muridnya melalui pidato-pidatonya dalam masjid dan kumpulan informal di rumah-
rumah masyarakat. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan bahwa pengajaran tarekat ini tidak terdata dengan rapi selama beberapa periode. Hal ini berbeda
dengan putranya, karena Abah Anom telah menuliskan dan mengembangkan pengajaran secara berangsur-angsur dan dari waktu ke waktu mengumpulkan
ke dalam sebuah kitab. Beliau mengikuti pendidikan umum di Sekolah Dasar Zaman Belanda
Vevorleg School di Ciamis 1923-1929, masuk Madrasah Tsanawiyah di Ciawi Kabupaten Tasikmalaya 1929-1931.
7
Pada umur 18 tahun, beliau telah diberi wewenang Abah Sepuh untuk memberikan talqin.
8
Ia kemudian belajar Agama Islam di Pesantren yang berbeda-beda di Jawa Barat seperti di
Cicariang daerah Cianjur, kemudian di Pesantren Gentur dan Jambudipa, kemudian di Pesantren Cireungas Cimalati daerah Sukabumi di mana beliau
memperoleh ilmu hikmah dan tarekat. Beliau juga belajar seni bela diri yang dikenal dengan pencak silat. Abah Anom juga belatih ritual rohaniah
riyadhah di bawah bimbingan ayahnya. Beliau juga sering mengunjungi ziarah makam prang-orang suci
awliya‟ ketika belajar di pesantren Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah. Kemudian beliau pergi ke Bangkalan di
6
Zainal Abidin Anwar, IAILM Pondok Pesantre Suryalaya Tasikmalaya, Tasikmalaya : PT Mawadah Warahmah, h. 12
7
Unang Sunardjo, Sejarah pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya : Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, h. 47
8
Talqin secara harfiah berarti intruksi. Di sini berarti bahwa Abah Anom mewakilkan ayahnya dalam membai’at murid-murid baru.
temani oleh kakanya, H.A Dahlan dan wakil talqin Abah Sepuh, K.H. Faqih untuk daerah Talaga Majalengka.
9
Abah Anom nama aslinya H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Beliau memang disiapkan ayahnya untuk
meneruskan kepemimpinan di Suryalaya. Setelah dua tahun bersekolah di SD, beliau meneruskan pendidikan di pesantren orangtuanya. Abah Anom
melanjutkan ke Tsanawiyah SLTP di Ciamis selama dua tahun. Dari tahun 1930 sampai 1931 beliau melanjutkan pendidikannya di Pesantren Cicariang,
tempat beliau belajar Fiqih, Al-Qur ’an dan Hadis Nabi. Setelah itu, Abah
Anom mempelajari Nahwu, Sharaf, dan Balaghah sastra Arab di Pesantren Jambudipa selama satu setengah tahun. Kemudian Abah Anom belajar pada
beberapa guru tarekat, antara lain Kyai Gentur di Cianjur, Kyai Djunaidi di Pesantren Citengah Panjalu Ciamis, Ajengan Aceng Mumu yang terkenal
karena ilmu hikmah di pesantren Cireunghas di Sukabumi, dan Syaikh Ramli di Makkah.
Antara tahun 1938 dan 1939, Abah Anom pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan tinggal di sana selama tujuh tahun. Selama periode
ini Abah Anom berpartisipasi dalam halaqah bandongan di Mesjid al-Haram, tempat beliau mempelajari tafsir dan hadis. Menurut gambaran Juhaya S. Praja
di Jabal Qubaisy seorang khalifah Abah Sepuh dari Garut, yang bernama Syaikh Ramli, sering mengadakan diskusi tentang sufisme, terutama buku Sirr
al-Asrar dan Ghaniyyah al-Thalibin karya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani pendiri Tarekat Qadiriyyah, dan Abah Anom juga ikut serta dalam diskusi-
diskusi ini.
10
Di Mekkah selama 7 bulan memperdalam ilmu Tasawuf dan Tarekat kepada Syekh H. Romli asal Garut, wakil abah sepuh yang bermukim
di Jabal Gubeys, Mekkah.
11
9
Sri Mulyati, op. Cit , h. 212-213
10
M. Solihin, op. Cit , h. 219
11
Unang Sunardjo, Loc. Cit, h. 47
Di bawah kepemimpinan Abah Anom, Pesantren Suryalaya mengalami perkembangan yang signifikan, dengan perbaikan kapasitas pendidikan formal,
yang sekarang ini terdiri dari pelbagai jenjang pendidikan, dari taman kanak- kanak sampai pada Pendidikan Tinggi Islam. Sebagai seorang anak Syaikh
karismatik, Abah Anom telah mewarisi karisma ayahnya, Abah Sepuh. Di samping memelihara dan mengembangkan warisan itu, Abah Anom adalah
pakar dalam tiga cabang keilmuan Islam yang penting: tauhid teologi Islam, fiqih hukum Islam, dan tasawuf sufisme. Keunggulannya dalam bahasa
Arab, sebuah syarat penting bagi seorang kyai dalam tradisi pesantren, serta dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda juga mendukung keberhasilannya
dalam memimpin pesantren dan tarekat sufi.
12
Abah Anom dipercaya oleh pengikutnya karena memiliki kharisma dan kesaktian, seperti banyak cerita para pengikutnya yang aneh dan mistikal,
sebagaimana kelaziman adanya tentang kekuatan aneh yang dimiliki oleh para guru tarekat yang lain. Pada hari tertentu terdapat antrian orang berjajar
memanjang sampai puluhan meter ba‟da shalat fardu, sambil membawa air
mineral dalam botol yang terbuka tutupnya. Antrian ini semakin memanjang setelah shalat subuh pada acara sawelasan, yaitu acara manaqiban yang
diselenggarakan Pesantren Suryalaya satu bulan sekali setiap tanggal sebelas bulan HIjriyah. Mereka menunggu dengan sabar untuk bisa bertemu dengan
Abah Anom walaupun sekedar bertemu atau mengharapkan sentuhan anggota badan Abah Anom, terutama tangan yang dipercayai mengandung barakah dan
membawa keberhasilan sesuai dengan maksud dan keinginan mereka masing- masing.
Secara psikososiologi, kekuatan kharismatik ini memang dapat mempengaruhi orang, baik secara individual maupun massal, tanpa melibatkan
dimensi-dimensi rasio. Ia lebih didasarkan pada semangat emosi keagamaan yang tumbuh secara perlahan-lahan akibat terjadinya proses internalisasi nilai-
nilai ke dalam perilaku yang diperankannya, sehingga banyak orang yang
12
M. Solihin, op. Cit , h. 220-221
datang tanpa mengenal waktu hanya untuk bertemu dan memperoleh kepuasan psikologis tersendiri. Akhirnya, karena kondisi dan kesehatan Abah Anom
sendiri yang semakin uzur, beberapa waktu terakhir ini perjumpaan dengan beliau mulai dibatasi.
Biasanya para pengunjung diterima di ruang tamu. Mereka duduk bersila di atas lantai berkarpet hijau polos. Begitu duduk, dihidangkan air minum teh
panas dan makanan kecil khas Priangan. Abah Anom duduk besila di atas alas setebal 2 cm; lalu setiap orang maju untuk mendekat dan mengemukakan
maksudnya dengan sangat singkat, rata-rata hanya sekitar 15 detik, baik dalam bahasa Sunda ataupun bahasa Indonesia. Setiap orang tidak merasa segan
memohon doa dengan menyebut maksudnya dengan secara terbuka, tidak khawatir terdengar orang lain. Tamu demi tamu mendekat kepada Abah Anom
secara terus-menerus. Jika telah merasakan kelelahan, Abah Anom mengisyaratkan asisten pribadinya agar menghentikan dulu kedatangan para
tamunya kemudian dilanjutkan setelah istirahat beberapa saat. Perjumpaan dengan Abah Anom, menurut keyakinan para pengikut TQN
Pondok Pesantren Suryalaya mempunyai keuntungan tiga hal. Pertama, pertemuan dengan guru dan bertatap muka merupakan kesempatan langka.
Walaupun telah menunggu berjam-jam atau bahkan berhari-hari, kalau tidak dikehendaki Tuhan, pertemuan itu pun tidak akan pernah terjadi. Pertemuan ini
dipandang sangat penting, mengingat dalam kehidupan para pengikut tarekat, sosok guru harus selalu hadir dalam dirinya. Setiap kali berzikir, para pengikut
TQN dianjurkan terlebih dahulu melakukan rabithah mursyid, yaitu membayangkan wajah guru, seraya berusaha menghadirkan roh guru
ditempatnya. Kedua, bertemu sekaligus dekat dengan guru walaupun sesaat, diyakini
akan menghilangkan dosa dan kesalahan yang telah ia perbuat. Melalui kekuatan charisma yang dimiliki sang guru, ada semacam kesadaran bertobat
ketika bertemu dan memperoleh nasihat darinya. Sebab, seperti pada umumnya