66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Riwayat Hidup Abah Anom
Dalam mengupas sejarah dan pemikiran tasawuf di Indonesia, kita tidak bisa menafikan tokoh penting seperti K.H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin, yang
biasa dikenal dengan sebutan Abah Anom Kyai Muda dan ayahnya yang bernama Syaikh Haji Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad, yang terkenal
sebagai Abah Sepuh Kyai Tua, beliau meninggal pada 25 Januari 1956. Syaikh Abdullah Mubarak bin Nur Muhammad, yang biasa dipanggil Abah
Sepuh dilahirkan pada tahun 1836 di kampong Cicalung, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung
kelahiran beliau itu letaknya sekitar 3 kilometer dari Pondok Pesantren Suryalaya yang ada sekarang ini.
Nur Muhammad, ayahanda Abah Sepuh, adalah dikenal dengan panggilan Eyang Upas, karena pada tahun 1836 beliau menjadi Upas, yang
zaman itu umumnya menjadi kebanggaan dan idaman setiap pemuda. Abah Sepuh mempelajari ilmu syariah dan ilmu-ilmu penunjang lainnya di tanah air
dan juga di Makkah, sampai mendirikan Pondok Pesantren di Kampung Godebag dengan menamakan Pondok Pesantren Suryalaya sekarang ini, yang
menyebabkan hampir nama Godebag tidak kedengaran lagi, karena nama Suryalaya lebih masyhur dalam ingatan umum.
1
Abah Anom nama aslinya H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin, dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1915, sepuluh tahun setelah pendirian Pesantren
Suryalaya. Pria yang tidak makan daging, dan selalu minum air putih ini, adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Beliau memang disiapkan
ayahnya untuk meneruskan kepemimpinan di Suryalaya.
2
Sebutan Abah Anom merupakan sebutan orang Sunda yang artinya “Ayah MudaKiyai Muda”, nama
yang diberikan ketika beliau masih muda dan sudah menjadi kiyai. Abah Anom lahir adalah putra kelima dari Abah Sepuh, Pendiri Pesantren Suryalaya.
Ibunya Adalah Hj. Juhriyah. Nama lain Abah Anom menurut saudarinya Didah Rasidah Mubarok, adalah Mumun Zakarmudji H. Shohib.
3
Abah Anom, dengan tinggi badan 169 cm, menikah dua kali. Pertama dengan H. Euis Siti Ru’yanah sudah wafat, kemudian dengan Masri Sofiah.
Kini, tokoh yang murah senyum ini menjadi ayah dari 14 anak-anaknya. Dari perkawinannya dengan Ibu Euis Ru’yanah yang meninggal tahun 1978 beliau
mempunyai 13 anak-anak: Dudun Nursaidudin, Aos Huni Falah, Nonong, Didin Hidir Arifin, Noneng Hesyati, Endang Ja’far Sidiq, Otin Khadijah,
Kankan Zulkarnaen, Memet Ruhimat, Ati Unsuryati, Ane Utia Rohane, Baban Ahmad Jihad, dan Nia Nur Iryanti. Dari Istri keduanya, Yoyoh Sofiah yang
beliau nikahi tahun 1978, beliau mempunyai satu orang putra, Ujang Muhammad Mubarok Qodiri, yang dilahirkan tahun 1986.
4
Ketika berusia 35 tahun, Abah Anom membantu ayahnya untuk membimbing pesantren. Usia ini adalah relative anom muda untuk memimpin
sebuah pesantren dan sebuah tarekat sufi. Pada masa itu Abah Sepuh, Ayahnya,
1
M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, h. 213-214
2
Ibid, h. 218
3
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriyyah Naqsabandiyyah dengan Refrensi Utama Suryalaya, Jakarta: Kencana, 2010, Cet ke-1, h 212
4
Ibid, h. 214