sepenuhnya manfaat dari perdagangan internasional ditambah lagi tingkat keterbukaan yang tinggi membuat negara-negara di kawasan ASEAN+3 sangat
rentan terhadap setiap gejolak perekonomian di dunia.
5.3 Implikasi Kebijakan
Sub bab ini bertujuan untuk mengulas implikasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian pada uraian sebelumnya yang cenderung memberi penjelasan secara
parsial. Pertama, hasil yang menyatakan bahwa defisit fiskal tidak menyebabkan defisit perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 disebabkan tingkat
tabungan swasta yang lebih tinggi daripada tingkat investasi kecuali pada negara China. Pengurangan tabungan pemerintah dalam rangka kebijakan fiskal ekspansif
akan di offside oleh tabungan swasta yang tinggi, sehingga defisit fiskal yang terjadi tidak mengganggu neraca perdagangan. Tidak berlakunya fenomena TDH
di tujuh negara kawasan ASEAN+3 juga disebabkan hubungan defisit fiskal dan tingkat suku bunga riil yang bertanda negatif dan tidak signifikan. Defisit fiskal
tidak membuat naiknya tingkat suku bunga riil sehingga mekanisme TDH terputus.
Kedua, defisit perdagangan terbukti secara signifikan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3.
Keterbukaan perdagangan tidak selalu memberikan keuntungan bagi suatu negara. Ketika negara tidak mampu bersaing dalam pasar global maka selanjutnya hanya
akan dijadikan pasar yang menjanjikan bagi produk-produk olahan negara lain. Nilai impor yang melebihi nilai ekspornya akan mengganggu neraca perdagangan,
yang akan berujung pada pertumbuhan ekonomi yang rendah. Hasil selanjutnya, dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi
negara-negara di kawasan ASEAN+3 adalah positif. Defisit fiskal yang terjadi di kawasan ini dapat dikatakan masih berada pada level aman, sehingga efektif dan
tepat guna dalam menstimulasi perekonomian. Sesuai dengan pandangan kelompok Keynesian yang menyatakan bahwa ketika perekonomian belum dalam
kondisi kesempatan kerja penuh, peningkatan sisi permintaan akibat defisit fiskal yang dilakukan, akan mendorong produksi domestik dan pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan nasional. Jadi defisit fiskal dalam jangka pendek akan menguntungkan perekonomian.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Hubungan negatif antara defisit fiskal dan tingkat suku bunga atau dengan kata lain defisit fiskal tidak menyebabkan naiknya tingkat suku bunga
berimplikasi pada dua hal penting. Pertama, tidak terganggunya iklim investasi akibat terjadinya defisit fiskal atau lebih dikenal dengan istilah crowding-in effect.
Hubungan positif antara defisit fiskal dan investasi dapat dilihat dari hasil plot regresi Gambar 29 dengan koefisien korelasi Pearson yang signifikan pada á
sebesar 1 persen. Implikasi penting yang kedua, tidak naiknya tingkat suku bunga akibat defisit fiskal menyebabkan mekanisme TDH terputus. Defisit fiskal tidak
mengganggu neraca perdagangan. Crowding-in effect dan tidak terganggunya neraca perdagangan memperkuat efek positif defisit fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3. Selain itu, dampak positif defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi juga
mengindikasikan bahwa kebijakan fiskal ekspansif telah didukung oleh kebijakan moneter yang akomodatif pada negara-negara di kawasan ASEAN+3.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sriyana 2005, sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter yang baik dapat dilihat dari perbandingan antara pertumbuhan
PDB dengan tingkat suku bunga riil. Jika suku bunga riil lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan PDB, maka terdapat indikasi kurang
sinkronnya hubungan antara kebijakan fiskal dan moneter, karena otoritas moneter tidak dapat mempertahankan tingkat suku bunga. Terlihat pada Gambar
30, semua negara-negara di kawasan ASEAN+3 mempunyai rata-rata suku bunga riil yang lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan PDB pada periode
1993-2010. Dan ketika suku bunga riil lebih tinggi dari pertumbuhan PDB, nilainya tidak terlalu jauh dibandingkan nilai pertumbuhan PDB.
Sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter di negara China sudah sangat baik dilakukan. Otoritas moneter negara ini sangat responsif terhadap posisi fiskal
yang terjadi. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata tingkat suku bunga riil sebesar 1,77 persen yang jauh lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDB yang
mencapai 10,33 persen. Oleh karena itu, walaupun defisit fiskal di negara ini dapat menyebabkan defisit perdagangan, tetapi karena didukung oleh kebijakan
moneter yang akomodatif maka dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi tetap positif.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Sumber : World Bank 2012
Gambar 30 Perkembangan suku bunga riil dan pertumbuhan PDB negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 persen.
-40 -20
20
In do
ne sia
RIR GGDP
-20 20
M al
ay sia
RIR GGDP
-10 10
20
Ph ili
pi na
RIR GGDP
-20 20
Sin ga
pu ra
RIR GGDP
-20 20
Th ai
la nd
RIR GGDP
-20 20
Ch in
a
RIR GGDP
-5 5
10
Je pa
ng
RIR GGDP
-10 10
20
Ko re
a
RIR GGDP
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai dampak defisit fiskal dan pertumbuhan ekonomi. Seperti misalnya, Adam dan Bevan 2002 menemukan
hasil bahwa dampak defisit fiskal terhadap pertumbuhan di 45 negara sedang berkembang bergantung pada cara pembiayaan defisitnya. Ketika defisit fiskal
dibiayai dengan mencetak uang seigniorage maka akan menciptakan inflasi dan menghambat pertumbuhan ekonomi. Ketika defisit fiskal dibiayai dengan utang
domestik maka akan memberikan dampak yang sama yaitu mengurangi pertumbuhan akibat adanya crowding-out effect. Sementara pembiayaan defisit
dengan utang luar negeri, dalam batas yang wajar akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dan merujuk pada tujuan dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ricardian equivalence hypotesis REH terbukti di tujuh negara kawasan ASEAN+3 yaitu negara Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand,
Jepang dan Korea. Ketika pengurangan tabungan pemerintah akibat defisit fiskal dapat di offside oleh surplus sektor swasta, tingkat tabungan swasta yang
lebih besar dari investasi, maka hal ini tidak akan menimbulkan defisit perdagangan. Sementara twin deficits hypotesis TDH terbukti di negara China
yang menganut rezim fixed exchange rate dengan tingkat investasi yang lebih besar daripada tingkat tabungan swastanya.
2. Defisit perdagangan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3.
3. Defisit fiskal memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3. Sesuai dengan pandangan kelompok
Keynesian, ketika defisit fiskal berada pada level aman dan berlangsung dalam jangka pendek maka hasilnya akan menguntungkan perekonomian. Hubungan
negatif antara defisit fiskal dan tingkat suku bunga riil, berimplikasi pada dua hal yaitu terjadinya efek crowding-in investment dan tidak terganggunya neraca
perdagangan, yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sinkronisasi yang baik antara kebijakan fiskal dan moneter negara-negara di
kawasan ASEAN+3 semakin memperkuat dampak positif defisit fiskal terhadap pertumbuhan.
6.2 Saran
Merujuk pada hasil penelitian dan kesimpulan yang diuraikan sebelumnya, beberapa arah kebijakan yang disarankan adalah sebagai berikut :
1. Walaupun kebijakan fiskal telah didukung oleh kebijakan moneter yang akomodatif, tetap diperlukan sikap kehati-hatian dari pemerintah dalam
memutuskan besaran defisit agar fiscal sustainability tetap terjaga.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com