2.8 Hubungan PDB Negara Lain dan Defisit perdagangan
Dengan mengasumsikan bahwa impor suatu negara adalah konstan, maka variabel yang menentukan kondisi neraca perdagangan hanyalah ekspor. Ekspor
merupakan bagian dari permintaan luar negeri atas barang dan jasa yang diproduksi domestik. Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu variabel yang
memengaruhi ekspor adalah pendapatan atau output negara lain, terutama negara yang menjadi tujuan utama ekspor negara tersebut. Semakin besar pendapatan
negara tujuan ekspor maka permintaan atas barang dan jasa domestik akan meningkat. Ketika terjadi peningkatan ekspor, hal ini berarti bahwa neraca
perdagangan akan mengalami surplus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan atau output negara lain akan memberikan dampak positif terhadap
neraca perdagangan, atau pendapatan negara lain akan mengurangi defisit perdagangan. Selain pendapatan negara lain, variabel yang memengaruhi ekspor
adalah nilai tukar riil. Yaitu perbandingan harga barang domestik dengan harga barang di negara lain. Semakin rendah nilai tukar riil, atau mata uang domestik
terdepresiasi, maka semakin murah harga barang domestik sementara harga barang negara lain semakin mahal, sehingga akan terjadi peningkatan ekspor
Blanchard, 2005. Persamaan fungsi ekspor dapat dituliskan: EX = EX Y, ………………………………………………………… 2.15
+ , - dimana EX adalah ekspor, Y adalah output atau pendapatan negara lain dan
adalah nilai tukar riil.
2.9 Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dijelaskan melalui kurva permintaan agregat. Kurva ini diturunkan dari kondisi keseimbangan pasar barang
dan pasar uang. Keseimbangan pasar barang kurva IS: Y = CY-T + IY,i + G ………………………………………………. 2.16
Keseimbangan ini menunjukkan bahwa total output akan sama dengan total permintaan barang yaitu jumlah dari konsumsi, investasi dan pengeluaran
pemerintah. Keseimbangan pasar uang kurva LM:
………………………………………………………….….. 2.17
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Keseimbangan pasar uang menunjukkan bahwa penawaran uang akan sama dengan permintaan uang. Pada sisi kiri persamaan kurva LM adalah real money
stock , MP. Perubahan real money stock dapat disebabkan oleh perubahan uang
nominal, M, yang dilakukan oleh bank sentral dan juga dapat disebabkan karena perubahan tingkat harga P. Kenaikan tingkat harga sebesar 10 persen akan sama
dampaknya terhadap real money stock dengan penurunan uang nominal sebesar 10 persen. Menggunakan relasi kurva IS dan LM, kita dapatkan hubungan antara
tingkat harga dan tingkat output dari keseimbangan pasar barang dan pasar uang. Kurva IS downward sloping, peningkatan suku bunga akan menyebabkan
pengurangan output. Sementara kurva LM upward sloping, dengan nilai real money stock
yang telah ditentukan, peningkatan output akan meningkatkan permintaan uang dan suku bunga akan naik untuk menjaga jumlah permintaan
uang sama dengan penawaran uang. Sehingga keseimbangan awal kedua pasar adalah dititik A.
Kita lihat efek yang akan ditimbulkan ketika terjadi kenaikan tingkat harga dari P ke P’. Dengan stok uang nominal yang tetap, peningkatan harga akan
mengurangi real money stock. Hal ini akan menggeser kurva LM ke kiri disepanjang kurva IS, dan akan mengakibatkan peningkatan suku bunga dari i ke
i’ serta penurunan output dari Y ke Y’. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan tingkat harga dari P ke P’ akan menyebabkan penurunan output dari Y ke Y’,
sehingga titik keseimbangan bergeser dari A ke A’. Terdapat hubungan negatif antara output dan tingkat harga, yang ditunjukkan dengan kurva permintaan
agregat downward sloping. Prosesnya dapat dilihat pada Gambar 6.
PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com
Sumber: Blanchard 2005
Gambar 6 Penurunan kurva permintaan agregat.
2.10 Hubungan Keterbukaan Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi