Dampak Defisit Fiskal terhadap Defisit Perdagangan Negara-Negara di

Pengujian per kelompok negara dilakukan dengan menggunakan dua variabel dummy. Dummy pertama D1 bernilai satu untuk kelompok I dan bernilai nol untuk kelompok lainnya, kemudian dummy kedua D2 bernilai satu untuk kelompok II dan bernilai nol untuk kelompok lainnya. Metode yang digunakan adalah metode terbaik untuk masing-masing model, model defisit perdagangan dengan metode FD-GMM sedangkan model pertumbuhan ekonomi menggunakan metode Sys-GMM. Masing- masing dummy tersebut akan dikalikan dengan variabel defisit fiskal untuk melihat dampak defisit fiskal terhadap defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi pada masing-masing kelompok negara. Seperti terlihat pada Tabel 11, hasil estimasi menurut kelompok negara menyatakan terpenuhinya syarat perlu dengan menggunakan uji Sargan dan uji Arellano- Bond, baik untuk model defisit perdagangan dengan metode FD-GMM maupun model pertumbuhan ekonomi dengan metode Sys-GMM. Meski demikian, terdapat beberapa catatan terkait dengan estimasi yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut, terkait konsistensi dengan hasil estimasi model dasar. Pada model defisit perdagangan yang dibedakan menurut kelompok negara, estimasi dengan metode FD-GMM menunjukkan hasil yang sama dengan model dasar, baik arah maupun signifikansi dari seluruh variabel yang memengaruhi defisit perdagangan. Sedangkan untuk model pertumbuhan ekonomi per kelompok negara dengan metode Sys-GMM memperlihatkan arah dan signifikansi yang sama pada hampir semua variabel, kecuali pengaruh dari defisit perdagangan yang pangaruhnya signifikan pada á sebesar 10 di model dasar, pada model ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

5.2.1 Dampak Defisit Fiskal terhadap Defisit Perdagangan Negara-Negara di

Kawasan ASEAN+3 Berdasarkan model defisit perdagangan pada persamaan 3.63 dengan metode FD- GMM, didapatkan hasil bahwa perubahan defisit fiskal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan defisit perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3. Arah koefisien yang negatif mengandung arti bahwa peningkatan defisit fiskal sebesar 1 persen ternyata tidak menyebabkan defisit perdagangan, justru akan mengurangi defisit perdagangan sebesar 0,3946 persen, ceteris paribus. Hasil estimasi ini mengindikasikan tidak berlakunya twin deficit hypothesis TDH pada negara-negara di kawasan ASEAN+3, tetapi lebih mengarah pada pandangan Ricardian equivalence hypothesis REH. Kesimpulan yang sama diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Bussiere, Fratzscher dan Muller 2005 yang menjadi jurnal acuan pada penelitian ini, dengan menggunakan metode data panel menyatakan bahwa kecil kemungkinan terjadinya TDH PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com pada 21 negara OECD. Arah hubungan yang negatif antara kedua defisit juga dialami oleh beberapa negara diantaranya Jepang, Belgia, Selandia Baru, Perancis, Finlandia, Islandia, Jerman, Italia dan Spanyol berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afonso dan Rault 2008 dengan metode SUR estimation. Hubungan antara defisit fiskal dan defisit perdagangan yang bertanda negatif juga sesuai dengan hasil plot regresi kedua variabel di semua negara ASEAN+3 kecuali China, seperti ditunjukkan Gambar 24 pada Bab 4. Uji kausalitas Granger pada tiga negara yaitu Philipina, Singapura dan Thailand menunjukkan hasil yang sama bahwa defisit fiskal di negara-negara tersebut tidak menyebabkan timbulnya defisit perdagangan. Kekonsistenan arah hubungan kedua defisit ini juga terlihat ketika model defisit perdagangan diuji dengan membagi negara-negara di kawasan ASEAN+3 kedalam tiga kelompok, walaupun secara statistik pengaruh pengelompokan tersebut tidak signifikan. Tabel 13 menyatakan bahwa defisit fiskal pada ketiga kelompok negara ASEAN+3 kesemuanya tidak menyebabkan timbulnya defisit perdagangan, namun besarnya koefisien untuk masing-masing kelompok tersebut berbeda. Perubahan defisit fiskal di empat negara kelompok I mampu mengurangi defisit perdagangan dengan persentase terbesar diantara dua kelompok lainnya. Sedangkan defisit fiskal di negara Indonesia dan Philipina kelompok III mengurangi defisit perdagangan dengan persentase paling kecil. Berdasarkan hasil eksplorasi mengenai hubungan kedua defisit menggunakan plot regresi lengkap dengan koefisien korelasi Pearson dan uji kausalitas Granger seperti telah dijabarkan pada Bab IV, hasil yang menarik adalah berlakunya fenomena TDH pada negara China. Untuk membuktikan dan memperkuat hasil tersebut, maka dilakukan pengujian model defisit perdagangan persamaan 3.63 dengan menambahkan variabel dummy untuk negara China. Dengan metode panel dinamis FD-GMM ditemukan bahwa hubungan kedua defisit bertanda positif, defisit fiskal sebesar 1 persen di negara China akan menyebabkan defisit perdagangan sebesar 0,7955 persen, ceteris paribus Lampiran 3. Yang membedakan negara ini dengan negara-negara di kawasan ASEAN+3 lainnya adalah rezim fixed exchange rate yang dianut serta kondisi defisit fiskal yang terus berlangsung selama periode pengamatan, kecuali tahun 1997 yang mengalami surplus fiskal sebesar 0,6 persen. PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com Sumber : World Bank 2012 Gambar 27 Perkembangan tingkat tabungan swasta dan investasi negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 persen. REH menyatakan bahwa kehadiran defisit fiskal di suatu negara tidak akan menyebabkan defisit perdagangan ketika negara tersebut mempunyai tingkat tabungan swasta yang lebih tinggi dari tingkat investasinya Barro, 1989. Tingkat tabungan yang tinggi dapat digunakan untuk membiayai defisit fiskal, sehingga kehadiran defisit fiskal tidak mengganggu neraca perdagangan. Terlihat pada 20 40 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pe rs en te rh ad ap PD B In do ne sia Tabungan Invest asi 50 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pe rs en te rh ad ap PD B M al ay sia Tabungan Invest asi 20 40 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pe rs en te rh ad ap PD B Ph ili pi na Tabungan Invest asi 100 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pe rs en te rh ad ap PD B Si ng ap ur a Tabungan Invest asi 50 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pe rs en te rh ad ap PD B Th ai la nd Tabungan Invest asi 50 100 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pe rs en te rh ad ap PD B Ch in a Tabungan Investasi 50 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pe rs en te rh ad ap PD B Je pa ng Tabungan Invest asi 50 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 pe rs en te rh ad ap PD B Ko re a Tabungan Invest asi PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com Gambar 27, kecuali China, negara-negara di kawasan ASEAN+3 lainnya mempunyai tingkat tabungan melebihi investasinya, sehingga defisit fiskal dapat di offside dengan tabungan swasta dan tidak menimbulkan terjadinya defisit perdagangan. Kondisi yang berbeda dialami oleh negara China. Walaupun mempunyai tingkat tabungan yang paling tinggi diantara negara-negara di kawasan ASEAN+3 lainnya yaitu rata-rata sebesar 44,72 persen terhadap PDB pada setiap tahunnya, namun kegiatan industri yang meningkat pesat di negara ini mampu menciptakan investasi yang sangat besar, melebihi tingkat tabungan yang tersedia World Bank, 2012. Sehingga defisit fiskal yang terjadi tidak dapat didanai oleh tingkat tabungan dan menjadi pemicu timbulnya defisit perdagangan. Perubahan suku bunga riil berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap defisit perdagangan. Defisit fiskal dan suku bunga mempunyai arah hubungan yang berbeda dalam memengaruhi defisit perdagangan. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara defisit fiskal dan suku bunga adalah negatif atau defisit fiskal tidak membuat suku bunga riil meningkat seperti terlihat pada Gambar 28. Nilai koefisien korelasi Pearson yang tidak signifikan berarti kedua variabel tidak mempunyai hubungan linier, mekanisme TDH terputus sampai disini. Sumber : World Bank 2012 Gambar 28 Plot regresi antara defisit fiskal dan suku bunga riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010. Temuan ini konsisten dengan hasil sebelumnya yang mendukung pandangan REH bahwa penurunan tabungan pemerintah akan diimbangi dengan peningkatan tabungan swasta, dan oleh karena itu tabungan nasional tetap. Karena tabungan nasional tidak mengalami perubahan maka suku bunga riil pun tidak akan terpengaruh. Penelitian dengan hasil yang sama yaitu defisit fiskal tidak membuat -30 -20 -10 10 20 -15 -10 -5 5 10 15 20 25 Su ku Bu ng aR iil Defisit Fiskal t erhadap PDB r = -0,049 PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com naiknya tingkat suku bunga telah dilakukan oleh Findlay 1990 dan Monadjemi 1989. Sedangkan variabel selanjutnya yaitu nilai tukar riil ternyata memberikan pengaruh positif terhadap defisit perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan hipotesis awal. Teori umum tentang hubungan nilai tukar riil dengan defisit perdagangan menyatakan bahwa ketika nilai tukar riil meningkat atau mata uang domestik mengalami depresiasi akan membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri dan sebaliknya harga barang-barang luar negeri menjadi lebih mahal, sehingga impor akan berkurang dan ekspor akan meningkat. Neraca perdagangan berada dalam posisi surplus. Pola perilaku neraca perdagangan sebagai akibat perubahan nilai tukar dapat digambarkan dengan kurva J. Neraca perdagangan akan mengalami defisit untuk beberapa periode setelah mata uang domestik terdepresiasi. Perubahan dalam harga terjadi lebih cepat daripada perubahan dalam kuantitas perdagangan. Pada awalnya, perubahan kuantitas perdagangan adalah kecil karena pembeli memerlukan waktu dalam mengubah perilaku mereka. Perjanjian kontrak yang telah dilakukan sebelumnya tidak mungkin diubah dalam waktu singkat. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, depresiasi memberikan dampak yang positif bagi neraca perdagangan. Intinya dalam jangka pendek depresiasi akan memperburuk neraca perdagangan sebaliknya dalam jangka panjang akan menciptakan surplus. Berdasarkan uraian tersebut diatas, hasil yang tidak sesuai teori dapat dijelaskan karena periode penelitian yang kurang panjang sehingga efek positif depresiasi terhadap neraca perdagangan tidak dapat terlihat. Menurut Zuhroh dan Kaluge 2007, proses pembentukan kurva J khususnya di negara- negara Asia dapat terlihat secara jelas ketika penelitian menggunakan data triwulanan dengan series yang panjang. Depresiasi yang menyebabkan defisit perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 juga disebabkan ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor yang besarnya melebihi 50 persen dari total barang impor. Negara pengimpor bahan baku industri terbesar adalah Malaysia yaitu mencapai 74,23 persen dari total barang impor pada tahun 2010, diikuti Thailand 70,01, PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com Philipina 67,31, Singapura 65,69, Indonesia 64,51, China 61,45, Korea 56,83 dan terakhir adalah Jepang 50,58 World Bank, 2011. Akibatnya depresiasi yang terjadi akan membuat pengeluaran impor negara- negara di kawasan ASEAN+3 meningkat dan menjadi penyebab timbulnya defisit perdagangan. Variabel lainnya yang tidak signifikan memengaruhi defisit perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 adalah lag pertama dari variabel dependen defisit perdagangan tahun sebelumnya yang mempunyai koefisien bertanda negatif. Ketidaksignifikanannya lag variabel dependen menunjukkan bahwa kondisi neraca perdagangan saat ini tidak dipengaruhi oleh kondisi neraca perdagangan pada tahun sebelumnya, tetapi lebih dipengaruhi oleh variabel lain defisit fiskal dan suku bunga riil maupun kebijakan perdagangan serta kondisi perekonomian di masing-masing negara ASEAN+3. Perubahan laju pertumbuhan PDB negara lain yang menjadi tujuan ekspor utama masing-masing negara ASEAN+3 juga berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap perubahan defisit perdagangan. Selain PDB negara lain dan nilai tukar, faktor lain yang memengaruhi permintaan produk ekspor suatu negara adalah selera. Ketika pendapatan suatu negara bertambah maka selera akan ikut menyesuaikan, ada keinginan untuk mengganti produk dengan kualitas yang lebih baik yang mungkin berasal dari negara bukan anggota ASEAN+3 meskipun dengan harga yang relatif lebih mahal. Ketika PDB negara lain yang menjadi tujuan ekspor utama masing-masing negara ASEAN+3 mengalami peningkatan belum tentu akan membuat nilai ekspor negara-negara tersebut ikut meningkat.

5.2.2 Dampak