Dinamika Pertumbuhan Ekonomi, Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan

negara-negara pada kelompok ini yaitu rata-rata sebesar 12,5 persen. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumbangan sektor pertanian yang paling besar diantara negara sedang berkembang di kawasan ASEAN+3 lainnya yaitu sebesar 15 persen Gambar 12. Sumber : World Bank 2012 Gambar 12 Struktur perekonomian negara sedang berkembang di kawasan ASEAN+3 menurut sektor tahun 2010 persen terhadap PDB.

4.3 Dinamika Pertumbuhan Ekonomi, Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan

dan Faktor-Faktor Pendukungnya Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 1993-2010, sebagaiman disajikan pada Gambar 13, terlihat bahwa negara-negara ASEAN+3 mengalami tingkat pertumbuhan yang bervariasi. Tingkat pertumbuhan tertinggi adalah China dengan rata-rata mencapai 10,33 persen per tahun, diikuti Singapura 6,43, Malaysia 5,57, Korea Selatan 4,91, Indonesia 4,46, Philipina 4,27, Thailand 4,07 dan terakhir adalah Jepang 1,69. Pada dekade 1970-an hingga pertengahan 1990-an, negara-negara di kawasan Asia mempunyai kinerja perekonomian yang sangat baik. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata laju pertumbuhan PDB yang tinggi, sehingga membuat banyak investor asing yang tergiur untuk menanamkan modalnya di kawasan Asia. Namun yang sangat disayangkan, sebagian besar modal asing yang masuk dalam bentuk investasi jangka pendek dengan tingkat suku bunga yang tinggi. Tingkat ketergantungan impor dan ketergantungan atas pinjaman luar negeri termasuk penanaman modal asing yang tinggi membuat perekonomian negara- negara Asia pada umumnya rapuh terhadap guncangan dari pihak luar. Hal inilah yang menjadi akar permasalahan terjadinya krisis ekonomi Asia pada tahun 1997- 1998. Krisis ini bermula dari negara Thailand, terjadinya capital outflow dalam 15 11 12 12 47 44 33 45 38 45 55 43 50 100 Indonesia M alaysia Philipina Thailand Pertanian Industri Jasa PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com jumlah yang besar yang diikuti dengan terdepresiasinya mata uang Baht, membuat perekonomian Thailand collapse Tambunan, 2011. Dalam jangka waktu yang tidak lama, imbas dari krisis ini menyebar di hampir seluruh negara-negara di kawasan Asia, termasuk didalamnya negara- negara ASEAN+3. Dampak dari krisis tersebut serta derajat keparahannya bervariasi antarnegara, tergantung pada banyak faktor khususnya faktor internal seperti misalnya kesiapan pemerintah maupun bank sentral serta kondisi sektor perbankan nasional. Seperti terlihat pada Gambar 13, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 mencapai level terendah dan bahkan bernilai negatif pada tahun 1998 yakni sebesar -4,35 persen. Hampir semua negara mengalami pertumbuhan yang negatif, kecuali China. Pertumbuhan ekonomi China selama periode tersebut paling kokoh dan terus menempati posisi teratas di kawasan ASEAN+3. Hal ini disebabkan, pertumbuhan ekonomi China ditopang oleh investasi asing dan kinerja ekspor yang meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Sedangkan negara yang paling parah terkena imbas krisis ekonomi tersebut adalah Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi sebesar -13,1 persen. Penyebabnya adalah selain dilanda krisis ekonomi, negara ini juga dilanda krisis multidimensi yaitu gabungan antara krisis perbankan, krisis kepercayaan serta krisis sosial politik dan keamanan, sehingga efek yang ditimbulkan menjadi sangat besar. Sumber : World Bank 2012 Gambar 13 Pertumbuhan ekonomi negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 persen. -15 -10 -5 5 10 15 20 Pe rtu m bu ha n Ek on om i Indonesia M alaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com Kebijakan fiskal ekspansif yang ditujukan untuk menstimulasi perekonomian pasca krisis ekonomi dilakukan oleh negara-negara di kawasan ASEAN +3. Sebagai contoh pemerintah Indonesia menghabiskan dana sebesar 50 persen dari PDB untuk tujuan tersebut. Hanya Singapura yang masih mampu mempertahankan keseimbangan fiskalnya dalam posisi surplus pada tahun 1998 yaitu sebesar 4.712 miliar, seperti terlihat pada Tabel 4, dan kondisi surplus fiskal tersebut berlanjut sampai sekarang. Tabel 4 Kondisi fiskal negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun 1998 miliar Negara IND MAL PHI SIN THA CHI JPN KOR Penerimaan 156.470 56.710 462,5 43.073 732,4 987,6 58.224 96.673 - Pajak 102.394 45.336 416,6 20.131 641,6 926,3 51.229 78.310 - Non Pajak 54.014 11.374 45,5 22.942 86,3 61,3 6.995 18.363 - HibahBantuan 62 0,4 4.5 Pengeluaran 172.669 61.713 512,5 38.361 1.034,5 1.188,2 111.926 115.430 - Belanja Rutin 117.527 44.585 467,9 17.256 757,6 909,8 68.559 70.631 - Belanja Modal 55.142 17.128 44,2 10.225 276,9 278,4 43.367 20.359 - Net Lending 0,3 10.880 24.441 Surplus -16.199 -5.002 -50 4.712 -328,8 -200,6 -53.702 -18.757 Sumber : ASEAN Development Bank 2011. Singapura memanfaatkan surplus pendapatan dari setiap periode siklus bisnis untuk menstabilkan neraca fiskal dan neraca perdagangannya. Penerimaan pajak sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah digunakan untuk pembangunan-pembangunan barang publik yang esensial bagi masyarakat dan pelaku bisnis di negara ini. Selain itu, sebanyak 46 persen dari pengeluaran pemerintah digunakan untuk pembangunan sosial yang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas SDM dan 44 persen pengeluaran pemerintah Singapura ditujukan untuk keamanan dan hubungan eksternal yang dimaksudkan untuk menjaga agar iklim bisnis di Singapura tetap kondusif. Kebijakan pemerintah ini mendukung neraca fiskal dan neraca perdagangan di Singapura terjaga kestabilannya dan tetap pada kondisi surplus Ministry of Trade and Industry Singapore , 2010. Dibandingkan tahun 1993, keseimbangan fiskal semua negara-negara di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang negatif kecuali Korea, yang pertumbuhan fiskalnya meningkat sebesar 133,33 persen PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com selama kurun waktu tersebut diatas. Sementara negara Singapura walaupun mengalami pertumbuhan fiskal yang negatif, tetapi negara ini masih mampu mempertahankan posisi surplus fiskalnya pada tahun 2010. Surplus fiskal yang terjadi pada kedua negara yaitu Singapura dan Korea pada tahun 2010, salah satunya dihasilkan dari pendapatan pajak bahan bakar minyak yang cukup tinggi Purwanti, 2011. Sumber : World Bank 2012 Gambar 14 Keseimbangan fiskal negara-negara di kawasan ASEAN+3 tahun 1993, 1998 dan 2010 persen terhadap PDB Defisit fiskal terparah dialami negara-negara di kawasan ASEAN+3 pada tahun 1998 ketika dilanda krisis ekonomi. Pada tahun 2010, kelima negara yaitu Indonesia, Thailand, China, Jepang dan Korea telah mampu mengurangi defisit fiskalnya dengan laju pengurangan sebesar 75,83 persen. Thailand adalah negara yang berhasil mengurangi defisit fiskal terbesar pada kurun waktu 1998-2010 yaitu sebesar 91,55 persen. Sementara tiga negara lainnya yaitu Malaysia, Philipina dan Singapura terus mengalami peningkatan defisit hingga tahun 2010 seperti terlihat pada Gambar 14. Sumber : World Bank 2012 Gambar 15 Neraca perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 persen terhadap PDB. -15 -10 -5 5 10 15 20 Indonesia M alaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea Ke se im ba ng an Fis ka l te rh ad ap PD B 1993 1998 2010 -10 10 20 30 40 te rh ad ap PD B Indonesia M alaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com Tingkat keterbukaan perdagangan yang tinggi pada negara-negara di kawasan ASEAN+3 membuat neraca perdagangan, neraca yang mencatat semua transaksi perdagangan luar negeri, menjadi penting untuk diperhatikan. Selama kurun waktu 1993-2010, neraca perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 mengalami fluktuasi yang cukup tinggi terutama pada negara-negara dengan pangsa perdagangan yang tinggi seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Korea Gambar 15. Tren pergerakan neraca perdagangan Singapura terlihat paling fluktuatif dibandingkan dengan negara ASEAN+3 lainnya. Hal ini antara lain disebabkan oleh tingginya tingkat keterbukaan ekonomi yang dimilikinya, baik keterbukaan dalam perdagangan maupun finansial, sehingga kinerja perekonomian negara ini sangat dipengaruhi oleh gejolak perekonomian di tingkat global. Sementara itu, defisit perdagangan selama kurun waktu tersebut dialami oleh negara Philipina yang memang sangat bergantung pada produk impor dari negara lain. Sumber : World Bank 2012 Gambar 16 Pertumbuhan volume impor negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 persen terhadap PDB. Neraca perdagangan kembali mendapatkan guncangan pada tahun 2009 ketika dunia dilanda krisis keuangan global. Dampak dari krisis ini ternyata tidak hanya mengurangi volume ekspor barang dan jasa, tetapi juga mengurangi volume impor barang dan jasa negara-negara di kawasan ASEAN+3 Gambar 16. Pertumbuhan ekonomi yang lesu membuat daya beli masyarakat melemah, sehingga permintaan barang dan jasa domestik maupun impor juga menurun. Indonesia adalah yang mengalami penurunan pertumbuhan volume impor terbesar yaitu dari 73,50 persen pada tahun 2008 menjadi -25,10 persen pada tahun 2009 atau turun sebesar 134 persen. -60 -40 -20 20 40 60 80 Pe rtu m bu ha n vo lu m e im po r Indonesia M alaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com Perkembangan perdagangan yang memukau selama kurun waktu 1993-2010 ditunjukkan oleh negara China. Tren perdagangan negara ini mengalami peningkatan paling pesat dibandingkan negara ASEAN+3 lainnya. Nilai ekspor China mengalami kenaikan sebesar 1.924,72 persen yakni dari sebesar US 86,56 miliar pada tahun 1993 menjadi US 1,75 triliun pada tahun 2010, dan sejak tahun 2004 merupakan negara pengekspor terbesar di kawasan ASEAN+3 menggantikan posisi Jepang. Selain ketiga variabel diatas yaitu defisit fiskal, defisit perdagangan dan pertumbuhan ekonomi, perkembangan variabel-variabel pendukung lainnya pada periode1993-2010 dibahas secara khusus dibawah ini.

1. PDB Negara Lain

Dengan mengasumsikan impor konstan, maka hanya kegiatan ekspor yang menentukan neraca perdagangan suatu negara pada posisi surplus atau defisit. Salah satu variabel yang memengaruhi ekspor adalah pendapatan nasional negara lain yang menjadi tujuan ekspor utama masing-masing negara di kawasan ASEAN+3. Negara tujuan ekspor utama Indonesia selama periode 1993-2010 adalah Jepang, negara tujuan ekspor utama Philipina dan China adalah Amerika Serikat, negara tujuan ekspor utama Singapura adalah Malaysia, sedangkan negara tujuan ekspor utama keempat negara yang lain Malaysia, Thailand, Korea dan Jepang adalah China. Ketika pendapatan nasional negara yang menjadi tujuan ekspor utama meningkat, maka permintaan produk ekspor dari negara tersebut juga akan meningkat, sehingga akan mengurangi defisit perdagangan di negara- negara kawasan ASEAN+3. Sumber : World Bank 2012 Gambar 17 PDB negara tujuan ekspor utama negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 persen terhadap PDB. 5000 10000 15000 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 PD B ko ns ta n 20 00 m ill ia rU S Amerika Serikat Jepang China M alaysia PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com Pendapatan nasional yang diukur dengan PDB pada keempat negara yang menjadi tujuan ekspor utama negara-negara ASEAN+3 mempunyai tren yang meningkat pada periode 1993-2010, terlihat pada Gambar 17. Negara China mempunyai pertumbuhan PDB paling pesat yaitu sebesar 640,65 persen, disusul oleh Malaysia sebesar 247,71 persen, Amerika Serikat 124,84 persen dan Jepang 65,63 persen. Hal ini memberikan dampak positif pada meningkatnya nilai ekspor negara-negara di kawasan ASEAN+3 selama periode tersebut.

2. Suku Bunga Riil

Salah satu instrumen yang dapat digunakan oleh pihak otoritas moneter dalam mencapai tujuan yang diinginkan adalah suku bunga. Penelitian ini menggunakan variabel suku bunga riil yang telah mempertimbangkan faktor inflasi didalamnya. Terlihat pada Gambar 18, suku bunga riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 relatif stabil kecuali Indonesia. Inflasi yang tinggi di Indonesia akibat krisis ekonomi pada tahun 1998 yaitu sebesar 58,39 persen membuat suku bunga riil bernilai negatif yaitu sebesar -25,6 persen. Sumber : World Bank 2012 Gambar 18 Suku bunga riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993- 2010 persen.

3. Nilai Tukar Riil

Nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang di kedua negara, dalam penelitian ini yaitu antara negara-negara di kawasan ASEAN+3 dengan negara Amerika Serikat. Dengan demikian, semakin tinggi nilai tukar riil berarti harga barang-barang luar negeri relatif lebih murah dibandingkan harga barang-barang domestik. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya transaksi impor di negara tersebut sehingga memicu terjadinya defisit perdagangan. Nilai tukar riil negara- negara di kawasan ASEAN+3 mempunyai kisaran angka yang berbeda-beda. -25 -20 -15 -10 -5 5 10 15 Su ku bu ng a rii l Indonesia M alaysia Phiilipina Singapura Thailand China Jepang Korea PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com Negara Malaysia, Singapura dan China berada pada kisaran angka 1 digit, Philipina dan Thailand pada kisaran angka 2 digit, Jepang pada kisaran angka 3 digit, Korea mencapai kisaran angka 4 digit atau ribuan sementara nilai tukar riil yang ekstrim terjadi di Indonesia yaitu pada kisaran angka 5 digit Gambar 19 dan Gambar 20. Sumber : World Bank 2012 Gambar 19 Nilai tukar riil enam negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993- 2010 terhadap US. Sumber : World Bank 2012 Gambar 20 Nilai tukar riil negara Indonesia dan Korea periode 1993-2010 terhadap US. Perkembangan nilai tukar riil negara-negara di kawasan ASEAN+3 terlihat cukup stabil pada periode 1993-1997. Krisis ekonomi tahun 1998 menyebabkan pergerakan nilai tukar riil berfluktuasi. Nilai tukar riil semua negara-negara di kawasan ASEAN+3 melemah atau mengalami depresiasi. Depresiasi terbesar dialami oleh mata uang rupiah Indonesia dari sebesar Rp 7.381,2US pada tahun sebelumnya menjadi Rp 16.298,9US pada tahun 2008. Di satu sisi, depresiasi akan meningkatkan nilai ekspor suatu negara sehingga menciptakan surplus perdagangan. Tetapi di sisi lain depresiasi membuat cicilan pokok dan bunga utang luar negeri membengkak sehingga membebani anggaran fiskal negara tersebut. 50 100 150 Ni la it uk ar rii l te rh ad ap US M alaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang 3000 6000 9000 12000 15000 18000 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 Ni la it uk ar rii l te rh ad ap US Indonesia Korea PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com

4. Inflasi

Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, ekspor-impor, cadangan devisa, utang luar negeri dan kestabilan nilai tukar. Sebelum krisis ekonomi melanda Asia pada tahun 1998, inflasi negara-negara di kawasan ASEAN+3 relatif stabil dan cenderung menurun, kecuali China yang tingkat inflasinya pada tahun 1994 sebesar 24,2 persen akibat dari kebijakan pematokan nilai Yuan yang dimulai pada tahun tersebut, terlihat pada Gambar 21. Kestabilan inflasi memberikan efek positif antara lain berupa kepastian usaha bagi investor asing yang akan menanamkan modalnya di negara-negara kawasan ASEAN+3 yang dinilai sangat menjanjikan. Sumber : World Bank 2012 Gambar 21 Tingkat inflasi negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993- 2010 persen. Kondisi tersebut diatas bertolak belakang setelah kawasan ASEAN+3 dilanda krisis ekonomi. Melemahnya nilai tukar mata uang negara-negara di kawasan ASEAN+3 terhadap dolar Amerika US berdampak pada terus membanjirnya jumlah mata uang domestik yang dilepas di pasaran secara bersamaan oleh para spekulan, sehingga menyebabkan tingkat inflasi meningkat tajam rata-rata sebesar 11,01 persen pada tahun 1998 Junaidi, 2010. Inflasi terparah lagi-lagi dialami oleh Indonesia yaitu dari 6,2 persen pada tahun 1997 menjadi 58,39 persen tahun 1998. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya tingkat inflasi di negara ini terus mengalami fluktuasi, sementara inflasi negara-negara di kawasan ASEAN+3 lainnya relatif stabil dengan kisaran angka dibawah 10 persen. -10 10 20 30 40 50 60 In fla si Indonesia M alaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com

5. Keterbukaan Perdagangan

Secara teori keterbukaan ekonomi menjanjikan keuntungan bagi semua negara yang terlibat didalamnya. Keuntungan dari perdagangan internasional diantaranya berupa pembukaan akses pasar yang lebih luas, pencapaian tingkat efisiensi dan daya saing ekonomi yang lebih tinggi serta peluang penyerapan tenaga kerja yang lebih besar Salvatore, 1997. Pangsa perdagangan di kawasan ASEAN+3 mencapai rata-rata tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 142,09 persen dimana rata-rata pangsa perdagangan dunia hanya sebesar 61,93 persen. Pada tahun 2009, akibat dari krisis keuangan global, kinerja perdagangan kawasan ASEAN+3 mengalami penurunan yaitu mencapai rata-rata sebesar 119,30 persen. Sumber : World Bank 2012 Gambar 22 Keterbukaan perdagangan negara-negara di kawasan ASEAN+3 periode 1993-2010 persen terhadap PDB. Gambar 22 menunjukkan seiring dengan mulai membaiknya perekonomian negara-negara di kawasan ASEAN+3 pada tahun 2010, pangsa perdagangan juga meningkat kembali rata-rata sebesar 126,44 persen. Selama kurun waktu 1993-2010, pangsa perdagangan terhadap PDB sebagai indikator keterbukaan perdagangan di kawasan ini mengalami kenaikan sebesar 28,93 persen. Tren perdagangan luar negeri yang positif tersebut menunjukkan semakin lancarnya arus barang dan jasa antarnegara di kawasan ini seiring dengan semakin berkurangnya hambatan-hambatan dalam perdagangan, baik berupa tarif maupun non-tarif. Singapura adalah negara yang memiliki derajat keterbukaan tertinggi diantara negara-negara di kawasan ASEAN+3 lainnya. Manfaat dari perdagangan luar negeri dapat digunakan oleh negara ini untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah, sehingga posisi surplus fiskal tetap dapat dipertahankan, 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Ke te rb uk aa n Pe rd ag an ga n te rh ad ap PD B Indonesia M alaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea PDF Creator - PDF4Free v2.0 http:www.pdf4free.com dalam kondisi sedang dilanda krisis ekonomi maupun krisis keuangan global sekalipun Ministry of Trade and Industry Singapore, 2010. 4.4 Keterkaitan Defisit Fiskal, Defisit Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-Negara ASEAN+3