102
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda menyimpulkan bahwa tekanan ketaatan, akuntabilitas, independensi
dan supervisi audit secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit internal. Secara parsial, variabel akuntabilitas,
independensi dan supervisi audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit internal. Sedangkan variabel tekanan ketaatan tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit internal. 1. Tekanan Ketaatan Terhadap Kualitas Audit Internal
Berdasarkan hasil penelitian, secara parsial menunjukkan bahwa tekanan ketaatan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit internal. Arah
negatif pada koefisien tekanan ketaatan menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan ketaatan, maka semakin rendah kualitas audit yang
dihasilkan. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Nadirsyah dan Razaq 2013, yang menunjukkan bahwa tekanan pengaruh sosial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas hasil
kerja auditor. Tekanan ketaatan obedience pressure dan tekanan kesesuaian conformity pressure merupakan dua tipe dari tekanan
pengaruh sosial social influence pressure. Tekanan ketaatan merupakan tekanan yang dihadapi oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya.
Tekanan yang diterima auditor tersebut bisa dari atasan ataupun klien untuk melakukan tindakan menyimpang dari standar atau etika Faisal:
103
2007. Ketidakkonsistenan terhadap penelitian sebelumnya kemungkinan terjadi karena adanya perbedaan responden yang digunakan peneliti.
Dalam penelitian ini responden yang digunakan adalah auditor internal pemerintah Inspektorat Jenderal yang menurut Peraturan Menteri
Keuangan Nomor: 100PMK.012008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depertemen Keuangan, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas yaitu
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan departemen sesuai dengan kebijakan menteri dan berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan intern
terhadap kegiatan kementerianlembaga agar dapat memberikan keyakinan bahwa kegiatan tersebut telah sesuai dengan tolok ukur yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Pendekatan yang dilakukan oleh auditor Inspektorat Jenderal diarahkan lebih bersifat preventif
dengan melalui kegiatan pengawasan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya.
Sedangkan dalam penelitian Nadirsyah dan Razaq 2013 responden yang digunakan adalah auditor eksternal pemerintah Badan
Pemeriksa Keuangan yang menurut Undang-Undang Dasar Nomor 15 Tahun 2004 mengenai Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan
Negara menyatakan bahwa BPK memiliki tugas dan wewenang melakukan pemeriksaan terhadap tanggungjawab keuangan Negara,
memeriksa semua pelaksanaan APBN, dan berwenang untuk meminta
104
keterangan berkenaan dengan tugas yang diembannya. Hasil pemeriksaan itu akan diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan kewenangannya. Peran BPK senantiasa untuk melaporkan hasil auditnya
kepada lembaga yang kompeten untuk pemberantas korupsi. Hasil audit BPK merupakan indikator apakah telah terjadi penyelewengan dalam
penggunaan APBN atau tidak. Laporan BPK yang akurat juga akan menjadi alat bukti dalam pengadilan. Jika memang dideteksi terdapat
penyelewengan, maka hasil audit tersebut sangat berarti bagi KPK yang berperan sebagai penyelidik dan penyidik. Adanya bukti bahwa peran
hasil audit BPK cukup berpengaruh besar, kemungkinan auditor di BPK lebih rentan mengalami kondisi tekanan ketaatan dari atasan maupun dari
instansi yang diperiksa. Tekanan ketaatan dapat menghasilkan variasi keputusan auditor dan dapat memperbesar kemungkinan terjadinya
pelanggaran standar etika dan profesi. Tekanan ketaatan semakin rumit ketika auditor ekternal dihadapkan pada konflik, dimana auditor harus
bersikap independen dalam memberikan pendapatnya, tetapi di sisi lain auditor juga harus memenuhi tuntutan dari instansi yang diperiksa agar
instansi merasa puas dengan pekerjaan yang dilakukan auditor Jamilah et al: 2007. Menurut Tuanakotta 2007 tekanan ketaatan ini timbul akibat
adanya kesenjangan ekspektasi yang terjadi antara entitas yang diperiksa dengan auditor. Didalam suatu audit umum, auditor eksternal dituntut
untuk memberikan pendapat atau opini mengenai laporan keuangan
105
entitas untuk menghindari adanya penilaian terjadinya pelanggaran standar dan kode etik di etitas yang diperiksa. Tuntutan pemberian opini
wajar tanpa pengecualian tanpa didukung bukti audit yang memadai, adanya pemenuhan tuntutan entitas untuk melanggar norma-norma
profesional atau standar audit akan terjadi penuruan terhadap kualitas yang dihasilkan Dezoort dan Lord: 2001.
Kemungkinan juga terjadi ketidakkonsistenan dalam penelitian ini adanya perbedaan instrumen variabel untuk mempengaruhi kualitas audit
internal. Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tekanan ketaataan. Sedangkan penelitian Nadirsyah dan Razaq 2013
menggunakan instrument variabel tekanan pengaruh sosial untuk mempengaruhi kualitas hasil kerja audit internal. Varibel tekanan
pengaruh sosial memfokuskan pada tekanan ketaatan obedience pressure
dan tekanan kesesuaian conformity pressure sebagai dua tipe tekanan sosial yang dapat mempengaruhi kualitas audit. Obedience
pressure muncul dari perintah yang dibuat oleh individu yang berada
pada posisi otoritas. Sedangkan tekanan kesesuaian conformity pressure adalah perilaku yang dipengaruhi oleh contoh-contoh yang diberikan oleh
rekan kerja, bukan oleh instruksi dari figure otoritas. 2. Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit Internal
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit internal. Arah
positif pada koefisien variabel akuntabilitas menunjukkan bahwa setiap
106
individu yang memiliki akuntabilitas maka akan menghasilkan peningkatan kualitas audit internal.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Salsabilah dan Prayudiawan 2010 yang menunjukkan bahwa auditor Inspektorat
Provinsi DKI Jakarta memiliki prinsip akuntabilitas dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya. Sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa
akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil kerja auditor internal. Penelitian Arianti et al. 2014 juga membuktikan bahwa
akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan tingginya tingkat akuntabilitas publik yang dimiliki auditor, maka akan
meningkatkan kinerja auditor Inspektorat Kabupaten Buleleng. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Mardisar dan Sari 2007
bahwa akuntabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit yang dilakukan di Kantor Akuntan Publik. Akuntabilitas digunakan
auditor sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam menyajikan informasi terhadap laporan keuangan yang digunakan oleh pengambil keputusan.
Akan tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Prihatini et al. 2015
menyatakan bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Kondisi itu terjadi karena kurang efektif dan
efisiennya pelayanan jasa audit yang diberikan di 5 kantor Inspektorat Provinsi Bali.
Akuntabilitas merupakan bentuk dorongan individu untuk mempertanggungjawabkan pekerjannya, sehingga mampu menyelesaikan
107
tugas dengan tepat dan cermat Mardisar dan Sari: 2007. Bagi auditor internal pemerintah pelaksanaan akuntabilitas merupakan bentuk
pertanggungjawaban terhadap publik, dikarenakan pemerintah memiliki kewajiban untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik. Sesuai dengan teori yang diungkapkan
oleh Mardiasmo 2009:171 akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. Semakin besarnya peran seorang auditor akan semakin besar pula
tanggungjawabnya. Jika auditor memiliki akuntabilitas yang tinggi, maka
hasil pekerjaan auditor akan berkualitas. Akuntabilitas merupakan hal sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor untuk dijadikan
dasar dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Adanya rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan atau kesadaran mengenai kewajiban
atas pekerjaannya akan membuat auditor untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dengan usaha yang maksimal, dengan motivasi yang tinggi dan
dengan keyakinan bahwa pekerjaannya akan diperiksa oleh atasan. Semakin tinggi akuntabilitas audior, semakin tinggi kualitas audit yang
dihasilkannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah akuntabilitas audior, semakin rendah kualitas audit yang dihasilkannya Singgih dan
Bowono: 2010.
108
3. Independensi Terhadap Kualitas Audit Internal Berdasarkan hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa
independensi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit internal. Arah positif pada koefisien variabel independensi
menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat independensi auditor, maka semakin meningkat kualitas hasil auditnya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono 2010 dan Alim et al. 2007 yang menyatakan
bahwa variabel independensi merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kualitas auditor. Karena jika auditor kehilangan
independensinya, maka laporan yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan. Auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam membuat laporan dimana hal tersebut
harus didukung dengan sikap independen. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sukriah et al. 2009 yang menyatakan bahwa
independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Ketidaksignifikanan tersebut kemungkinan disebabkan karena auditor
Inspektorat Provinsi Lombok pada saat melakukan penyusunan program pemeriksaan masih adanya intervensi dari pimpinan untuk menentukan,
mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang akan diperiksa. Kemudian pada saat pelaksanaan pemeriksaan masih belum
bebas dari usaha-usaha manajerial obyek pemeriksaan untuk
109
menentukan atau menunjuk kegiatan yang diperiksa, sehingga masih ada auditor yang merasa tidak perlu bekerjasama dengan manajerial.
Terakhir, pada saat penyusunan laporan masih sering menggunakan bahasa atau istilah yang menimbulkan multi tafsir.
Sesuai dengan teori Rai 2008:49 menyatakan bahwa pelaksanaan audit oleh orang yang mempunyai keahlian dan pengetahuan saja tidaklah
cukup. Dibutuhkan suatu sikap independensi atau ketidakberpihakan dari auditor. Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain agar dapat mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak dalam
perencanaan program, pelaksanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Mulyadi, 2011:26-
27. Tuntutan sikap independensi harus ada didalam diri auditor, terutama
bagi auditor internal pemerintah yang memiliki peran sebagai pengawasan intern dalam menemukan apabila terjadi kasus korupsi,
kolusi dan nepotisme. Independensi merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi auditor dan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. 4. Supervisi Audit Terhadap Kualitas Audit Internal
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel supervisi audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit
internal. Arah positif koefisien variabel supervisi audit menunjukkan
110
bahwa semakin tinggi supervisi audit maka semakin tinggi kualitas yang dihasilkan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nadirsyah dan Razaq 2013 yang menunjukkan bahwa supervisi audit memiliki
pengaruh positif terhadap kualitas hasil kerja yang dihasilkan auditor Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia perwakilan Aceh.
Semakin bagus supervisi yang diberikan oleh supervisor, maka semakin meningkatkan kualitas hasil kerja auditor. Penelitian Pohan 2014 juga
menunjukkan adanya pengaruh positif supervisi audit terhadap kualitas audit Inspektorat Provinsi Sumatera Selatan. Untuk menghasilkan audit
yang berkualitas sangat tergantung dalam hal supervisi terhadap pekerjaan auditor.
Berdasarkan Pernyataan Standar Audit PSA Nomor 5 supervisi merupakan sikap pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit
dan penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Pelaksanaan supervisi pada audit internal pemerintah merupakan salah satu bagian pokok untuk
mendukung aktivitas organisasi dan dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan adanya kepatuhan terhadap standar audit,
kebijaksanaan, prosedur dan program audit yang disusun. Wooten 2003 menggambarkan perlunya supervisi dalam melaksanakan pekerjaan audit.
Supervisi audit merupakan salah satu aktivitas manajerial yang berfungsi untuk melakukan pengawasan, pengontrolan atas penugasan audit agar
tujuan audit dapat dicapai dengan ekonomis, efektif dan efisien untuk
111
memberikan rekomendasi perbaikan kinerja auditi. Dalam penugasan audit, supervisi bukan hanya merupakan aktivitas manajerial berupa
pengawasan saja, melainkan juga merupakan upaya pengendalian dan penjaminan terhadap mutu hasil audit quality control and quality
assurance .
Supervisi harus dilakukan pada seluruh tahapan audit agar tercapai sasaran audit, terjaminnya kualitas audit yang tinggi, dan
meningkatnya kemampuan auditor. Tawaf 1999:75 berpendapat adanya pengaruh supervisi audit
terhadap kualitas hasil kerja auditor tentu akan tampak dari seberapa baiknya pendampingan yang dilakukan oleh auditor senior kepada auditor
juniornya. Salah satu sistem pengendalian kualitas yang harus diikuti oleh auditor adalah pekerjaan yang dilakukan oleh semua tingkat harus
disupervisi untuk meyakinkan bahwa pekerjaan telah sesuai dengan standar kualitas.
112
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tekanan ketaatan, akuntabilitas, independensi dan supervisi audit terhadap kualitas audit
internal. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tekanan ketaatan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit internal. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Nadirsyah dan Razaq
2013 yang menunjukkan variabel tekanan pengaruh sosial berpengaruh negatif terhadap kualitas audit internal.
2. Akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit internal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Salsabilah dan
Prayudiawan 2010 dan Arianti et al. 2014 yang menujukkan variabel akuntabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit internal.
Tetapi penelitian ini tidak mendukung penelitian Prihatini et al. 2015 yang menunjukkan variabel akuntabilitas tidak memiliki pengaruh positif
terhadap kualitas audit internal. 3. Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit
internal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Singgih dan Bawono 2010 dan Alim et al. 2007 menunujukkan bahwa variabel
independensi berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit. Tetapi