Tekanan Ketaatan dari Atasan

31 maka bisa menyebabkan hubungan auditor dengan klien akan renggang, karena di satu sisi auditor harus berpegang teguh pada standar etika profesi, di sisi lain auditor harus bisa menjaga hubungan baik dengan klien agar klien puas dan tetap menggunakan jasa auditor di masa yang akan datang Jamilah et al: 2007.

b. Tekanan Ketaatan dari Atasan

Dasar teorikal dari teori obedience menyatakan instruksi atasan dalam suatu organisasi mempengaruhi perilaku bawahan karena atasan memiliki otoritas. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power Jamilah et al: 2007. Milgram 1974 dalam teorinya menyatakan bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seorang yang berperilaku autonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Jamilah et al. 2007 mendefinisikan klien atau pimpinan dapat menekan auditor untuk melanggar standar profesi auditor. Hal ini tentunya akan menimbulkan tekanan pada diri auditor untuk menuruti atau tidak menuruti kemauan klien maupun pimpinannya. Oleh sebab itu, seorang auditor seringkali dihadapkan kepada situasi dilema penerapan standar profesi auditor dalam pengambilan keputusannya. Kekuasaan 32 klien dan pemimpin menyebabkan auditor tidak independen lagi, karena ia menjadi tertekan dalam menjalankan pekerjaannya. Berdasarkan beberapa pernyataan yang ada, maka tekanan ketaatan adalah tekanan yang diperoleh auditor berasal dari atasan atau orang yang mempunyai otoritas dan auditor akan melakukan tindakan yang menyimpang dari standar. 4. Akuntabilitas Lembaga Administrasi Negara LAN 2003:3 mendefinisikan akuntabilitas sebagai berikut: “Akuntabilitas merupakan kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab atau menerangkan kinerja dan tindakan seseorangbadan hukumpimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewajiban untuk minta keterangan akan pertanggungjawaban”. Menurut Mahmudi 2010:23 akuntabilitas publik adalah: “Kewajiban agen pemerintah untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat principal ”. Akuntabilitas publik menurut Mardiasmo 2009:20 adalah: “Kewajiban pihak pemegang amanah agent untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala aktifitasnya dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah principal yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut ”. Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan 33 tersebut. Pemerintah, baik pusat maupun daerah harus bisa menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik Mardiasmo, 2009:21. Akuntabilitas mampu menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil audit. Tan dan Kao 1999, Libby dan Luft 1993, Cloyd 1997 mengatakan bahwa terdapat tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas seorang individu itu tinggi atau rendah. Indikator yang pertama adalah seberapa besar motivasi individu untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Indikator yang kedua adalah seberapa besar usaha daya pikir yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Indikator yang ketiga adalah seberapa besar keyakinan mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan. Dibawah ini akan dijelaskan masing-masing ketiga indikator tersebut: a. Seberapa besar motivasi mereka untuk meyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Robbins dan Timothy 2008:222 mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Secara umum motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong bertindak sesuai dengan keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu agar mencapai tujuan. Proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu, yang 34 prosesnya mencakup: pengenalan dan penilaian, penentuan tujuan, dan penentuan tindakan. Adanya rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan atau kesadaran mengenai kewajiban pekerjaannya akan membuat auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dengan usaha yang maksimal. Dengan demikian, auditor yang memiliki akuntabilitas yang tinggi juga memiliki motivasi atau dorongan yang tinggi sehingga, akan mendorong auditor untuk melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik dan menghasilkan hasil audit yang berkualitas Libby dan Luft: 1993. b. Seberapa besar usaha daya pikir yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Setiap auditor dalam melaksanakan pekerjaannya harus memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan analisa yang baik sehingga akan menghasilkan kualitas audit yang baik. Karena dengan adanya analisa yang baik, auditor mampu mengambil keputusan yang paling tepat dalam menghadapi situasi. Kemampuan berpikir fokus pada fakta yang relevan, berpikir cepat dan terperinci yang dimiliki oleh seorang auditor dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkannya. Auditor dengan akuntabilitas tinggi akan mencurahkan usaha daya pikir yang lebih besar dibanding orang dengan akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan Cloyd: 1997. 35 c. Seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan. Seseorang dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh supervisormanajerpimpinan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah Tan dan Kao: 1999. Keyakinan tersebut dapat meningkatkan keinginan dan usaha seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan hasil yang berkualitas. Tetlock dan Kim 1987 meneliti adanya pengaruh akuntabilitas terhadap proses kognitif seseorang dengan mengkaji permasalahan dalam menyelesaikan pekerjaan. Penelitian ini dilakukan dengan membagi subjek penelitian menjadi tiga kelompok, yaitu: Pertama, kelompok yang diberikan intruksi bahwa pekerjaan mereka tidak akan diperiksa oleh atasan no accountability. Kedua, kelompok yang diberikan intruksi awal sebelum melaksanakan pekerjaan bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan preexpore accountability. Ketiga, kelompok yang diberikan intruksi bahwa pekerjaan mereka akan segera diperiksa oleh atasan, tetapi intruksi ini baru disampaikan setelah meraka menyelesaikan sebuah pekerjaan postexposure accountability . Hasil penelitiannya membuktikan bahwa subjek penelitian dalam kelompok preexpore accountability menghasilkan suatu pekerjaan yang lebih berkualitas dibanding dengan kelompok lainnya. 36 Mereka melakukan sebuah proses kognitif yang lebih lengkap, respon yang lebih tepat dan melaporkan keputusan yang bisa dipercaya dan realistis. Tingkat akuntabilitas individu dalam melakukan suatu pekerjaan sangat menentukan bagaimana suatu informasi diproses. Hasil dari informasi yang diproses akan dapat mempengaruhi respon, keputusan maupun tindakan yang akan diambil. Berdasarkan beberapa pernyataan yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban auditor terhadap pekerjaannya agar mencapai suatu tujuan tertentu yang dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan keyakinan kepada masyarakat.

5. Independensi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)

3 15 168

PENGARUH PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL PENGARUH PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL INSPEKTORAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 4 13

KUALITAS AUDIT INTERNAL, PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS PENGARUH PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL INSPEKTORAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 3 36

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME, TEKANAN ANGGARAN WAKTU, DAN FEE AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme, Tekanan Anggaran Waktu, Dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris KAP Jateng

0 3 17

PENGARUH AKUNTABILITAS, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah).

0 2 13

PENGARUH AKUNTABILITAS, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jawa Tengah).

0 3 18

Pengaruh Independensi Auditor Internal terhadap Kualitas Audit.

0 0 25

PENGARUH KEAHLIAN AUDITOR, TEKANAN KETAATAN DAN INDEPENDENSI PADA AUDIT JUDGMENT.

0 0 33

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, SKEPTISISME PROFESIONAL, AKUNTABILITAS, FEE AUDIT DAN OBJEKTIVITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT

0 0 18

Pengaruh Tekanan Ketaatan, Etika, Independensi, Pengetahuan, dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment

1 1 14