43
5.5 Sejarah Kasepuhan Sinar Resmi
Kasepuhan Sinar Resmi bukan satu-satunya kasepuhan yang ada di Desa Sinar Resmi. Ada dua kasepuhan yang lain yaitu, Kasepuhan Cipta Gelar dan
Kasepuhan Cipta Mulya. Ketiga kasepuhan ini satu sama lain saling terikat dan memiliki sejarah yang cukup panjang yang sampai generasi kesembilan ini
kasepuhan masih cukup eksis. Berdasarkan keterangan beberapa orang sesepuh komunitas, munculnya
masyarakat kasepuhan berawal dari hancurnya Kerajaan Pajajaran sebagai akibat peperangan dengan Banten. Pada saat itu juga terjadi pemberontakan dari dalam
sehingga penguasa saat itu tidak dapat bertahan dan untuk menyelamatkan “harta- benda” kerajaan pasukan yang setia terhadap penguasa melarikan diri ke arah
selatan menuju tiga daerah yang berbeda. Pasukan pertama yang menjaga harta kekayaan kerajaan melarikan diri ke daerah Galuh dan sampai sekarang dikenal
sebagai orang-orang yang sukses dan kaya di daerah Ciamis dan sekitarnya. Pasukan kedua diminta untuk menyelamatkan ajaran agama wiwitan dan
melarikan diri ke arah Banten Selatan dan sampai saat ini masi bertahan dengan ajaraan tersebut dan dikenl sebagai komunitas Badui. Pasukan terakhir melarikan
diri ke arah Barat dan diminta menuju ke Gunung Halimun untuk menyelamatkan sistem pertanian dan sampai saat ini bertahan sebagai komunitas kasepuhan yang
tinggal di sekitar Gunung Halimun dan Gunung Salak. Berdasarkan tapak tilas yang sampai saat ini masih dapat dilihat, diketahui
bahwa komunitas kasepuhan pertama kali didirikan di Bogor yaitu di kampung Cigudeg, Leuwiliang. Sebelum Indonesia merdeka komunitas kasepuhan
44 berpindah berturut-turut sesuai wangsit yang diterima ketua adat ke Lebak Larang
Banten, Lebak Binong, Tegal Luhur, Bojong, Pasir Telaga, dan Pasir Jenjig. Semua daerah tersebut berada di sekitar Gunung Halimun dan sampai saat
ini komunitas yang ditinggalkan masih memegang aturan adat kasepuhan. Hal ini dikarenakan perpindahan komunitas kasepuhan sesuai wangsit yang diterima oleh
“Abah” sebutan bagi pimpinan kasepuhan hanya dilakukan oleh pimpinan- pimpinan kasepuhan. Sementara sebagian besar anggota kasepuhan pengikut
tetap tinggal dan melanjutkan ajaran kasepuhan. Pada tahun 1959 lokasi kepemimpinan kasepuhan berpindah dari Cicemet
ke Cikaret dan bernama kasepuhan Sinar Resmi dengan Abah Rusdi sebagai pimpinan kasepuhan. Pada tahun 1960, pimpinan kasepuhan digantikan oleh Abah
Harjo karena pimpinan sebelumnya meninggal. Tahun 1979, pusat kasepuhan dipindahkan ke Sinarasa dan kasepuhan Sinar Resmi ditinggalkan. Pada tahun
1983 Abah Harjo meninggal dan sesuai wasit kepemimpinan dilimpahkan ke Abah Ujat, karena saat itu Abah Ujat menjabat sebagai kepala desa maka
kepemimpinan kasepuhan kemudian dilimpahkan ke Abah Anom. Abah Anom kemudian memindahkan kasepuhan ke Ciptarasa dan pada tahun 2000 pindah ke
Ciptagelar yang dulunya di Cicemet. Abah Ujat sendiri pada tahun 1985 dikarenakan dorongan wangsit yang
kuat pada akhirnya membuka kasepuhan baru di Sinar Resmi. Pada tahun 2003 Abah Ujat meninggal dan berdasarkan wangsit kepemimpinan kasepuhan
dilimpahkan ke Abah Asep yang ada pada saat itu masih bekerja dan berdomisili di Jakarta. Untuk sementara kasepuhan Sinar Resmi tidak ada yag meminmpin
dan kemudian Abah Uum yang merupakan saudara Abah Ujat mendirikan